PINISI.co.id- Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional, Dr.Adin Bondar, M.Si. kembali menegaskan tingkat kemajuan peradaban suatu bangsa, dilihat saja kualitas dan kuantitas buku yang dihasilkan. Adin Bondar yang menulis buku “Literasi Berawal dari Diksi, Berakhir Pada Aksi” mengakui bahwa hanya dengan pengetahuan akan meningkatkan kreativitas, inovasi dan produktivitas dan berdampak pada perbaikan ekonomi individu dan masyarakat.
Adin mempertegas masyarakat berpengetahuan adalah masyarakat yang terinformasi melalui informasi dan pengetahuan yang baik dan dapat menuntun hidupnya lebih baik. “Masyarakat berpengetahuan tentunya masyarakat yang berliterasi” tegas Adin Bondar, dalam bukunya yang ditulis dan beredar di seluruh Indonesia ini. Adin mengurai bahwa gambaran masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang melek informasi, tidak mudah terprovokasi karena daya nalarnya kritis dan rasional dalam menimbang berbagai permasalahan.
“Mereka bukan masyarakat yang reaktif dan mudah terbakar emosi karena banyak membaca,” tulis Adin Bondar.
Kembali, Adin Bondar mempertegas, literasi tak sekadar bicara tentang kemampuan membaca, menulis dan berhitung, tapi lebih dari itu. Ia menegaskan literasi berkaitan dengan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan sehingga mampu memahami apa yang tersirat dari yang tersurat. Nah, untuk memperbaiki kemampuan literasi masyarakat salah satu caranya dengan membuka akses buku-buku bermutu yang dibutuhkan masyarakat Indonesia.
“ Pemerintah Kabupten kota diharapkan ikut serta terlibat menumbuhkan hadirnya penulis-penulis lokal yang membuka askes ketersediaan buku-buku bermutu di Indonesia,” tambah Adin Bondar.
Karena itu, Bupati Maros Chaidir Syam, mengakui kendala saat ini adalah kurangnya buku-buku bermutu yang dibutuhkan masyarakat. Penulis buku “Mendekap Maros” ini, berharap terus mendorong hadirnya perpustakaan-perpustakaan sampai ke pelosok desa dan lorong dalam bentuk perpustakaan desa, lorong, pojok baca. Selain itu, Chaidir Syam juga tengah menggerakkan Perpustakaan Berbasis Masjid dan Pesantren. “ Saya berharap dengan membuka akses ke desa, lorong, masjid dan pondok pesantren bisa mendekatkan akses buat masyarakat dalam memeroleh bahan bacaan dan membangun kegemaran membaca baik dalam bentuk penyediaan buku-buku fisik maupun buku digital melalui perpustakan digital yang terus disosialisasikan di Maros,” kata Chaidir Syam, Senin, 24 Juli 2023 di Maros.
Sementara itu, Tokoh Literasi dan Deklarator Nasional Perkumpulan Penulis Profesional Indonesia Pusat yang juga Deklarator Utama Gerakan Nasional Guru, Pustakawan Bergerak Menulis Satu Buku untuk Indonesia, Bachtiar Adnan Kusuma, mendorong para guru, pustakawan dan penulis agar memerhatikan aspek kebutuhan masyarakat terutama penyediaan sumber-sumber bacaan yang bermutu di Indonesia.
Menurut BAK, penulis dan penerbit tidak hanya sekadar menulis dan menerbitkan buku, tapi yang lebih penting, apakah buku-buku yang ditulis dan diterbitkan berdasarkan atas kebutuhan masyarakat. Caranya, sebelum menerbitkan buku, sebaiknya dimulai dari kajian kebutuhan pembaca, apakah buku yang ditulis dan diterbitkan dibutuhkan masyarakat pembaca Indonesia? Benarkah, buku-buku yang ditulis dan diterbitkan bisa membuka akses kesejahteraan kepada penulis dan penerbitnya?
BAK, berharap dengan pertanyaan-pertanyaan inilah yang perlu menjadi pikiran dan langkah bersama untuk menjawabnya. Selain buku telah menjadi industri kreatif dan industri bisnis, diperlukan penanganan profesionalisme dan kajian pasarnya haruslah jelas. “ Buku-buku yang terbit tak sekadar life style, tapi yang paling penting buku-buku yang ditulis penulis, apakah dibaca masyarakat secara meluas.
” Kami butuh kedaulatan perbukuan Nasional ada di tangan penulis, penerbit dan Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten Kota,” tegas Ketua Umum Forum Nasional Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI ini. ( Van)