Alif we Onggang: BARANI, Hidup Bermartabat, Tafsiran Kehidupan yang Berakhir dengan Kematian

0
851
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

Alif menulis dan menafsirkan.

Tulisan-tulisannya yang telah dipublisir khusus dalam buku-bukunya dapat dibaca dan dinikmati dengan gaya penulisannya yang cair secara metaforis dan kritis.

Gaya setiap penulis spesifik berbeda, menulis dengan apa yang telah dibaca, dilihat dan didengar, diolah dalam renungan/penghayatan untuk menyerap makna hakikatnya.

Dalam renungannya, Alif menformulasikan dengan penguatan imajinasi/nawa-nawa menjadi materi tulisan yang sudah berbentuk/mappatepu dalam Lontara.

Alif dapat melakukannya semua itu dengan proses yang terus diasah dengan referensi bacaan-bacaan serta interaksinya dengan fenomena realitas kehidupan lebih 40 tahun sejak studi Seni Rupa di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) pada 1980-an. Sekarang IKJ. Di IKJ yang masih selingkungan TIM, Alif menikmati pemikir-pemikir garda depan masa itu seperti Rendra, Asrul Sani, Mangunwijaya, Cak Nur, Cak Nun, Mochtar Lubis, Goenawan Mohamad hingga Arief Budiman dan Gus Dur.

- Advertisement -

Selain menulis, ia perancang grafis yang dilakoninya secara sporadis, pun mengedit, termasuk sejumlah buku saya. Alif rupanya juga membuat sajak, dan cerpen. Tak jarang ia menulis secara bersama dan sering pula Alif berperan sebagai penulis bayangan (ghost writer). Bersama saya, kami menulis Kiprah KKSS, Perekat Etnis Nusantara (2000), Membangun Harapan dan Akal Sehat di Era Pandemi (2021).

Adapun karya buku yang telah ditulisnya di antaranya Tentang Sejumlah Orang Sulawesi Selatan (1998), Mati Ketawa Ala JK ( 2004) Lopa yang Tak Terlupa (2018) dan karya tebarunya BARANI, Hidup dengan Martabat, Mati dalam Gairah (2024).

Ia menjadikan tulisan dalam bukunya itu sebagai jariyah ibadah.

BARANI dan Bernyali

Judul itu kata sifat/karakter yang mesti berpasangan untuk menegaskan aktualisasinya dalam menegakkan apa yang diyakini menjadi Siri’ (kehormatan, harga diri dan martabatnya).

Bernyali itu muncul dari suatu kesadaran penuh seseorang yang tampil menegakkan Siri’ dengan konsekuensi pilihannya: Hidup sebagai pemenang pertaruhan atau mati mengalahkan atau mati bersama dalam duel pertaruhan; dalam satu sarung.

Mati dalam pertaruhan komunal dikenal dengan adanya Parreng dari komunitas Makassar dengan ketahanan menahan sakit luka parah dan bangkit melakukan perlawanan dan menewaskan beberapa lawan.

Laku personal serupa itu juga dikenal dengan kata Amuk/Majjallo di komunitas Bugis.

Narasi pengantar buku BARANI

Filosolfi berani /warani dari spirit kepeloporan dan kepemimpinan itu merupakan sebuah warisan genetik hidayah/ Pammase kepada suku bangsa Bugis Makassar ini.

Merujuk pada penerapan dan pemahaman empat unsur perwatakan (Empa Sulapa) : Malempu/jujur, Macca/ cerdas, Sugi/ berada dan Mapesse Pe’ru/ solidaritas sosial, Warani/ berani dan Magetteng/tegas dengan tindakan. Kemudian Mappesona/ berserah diri kepada Allah SWT.

Empat Sulapa itu diaktualisasikan dalam demokrasi kerakyatan: Otoritas kemerdekan/kedaulatan : Ade Emi Napu Puang/hanya hukum yang dipertuan. Tidak mengenal adanya keistimewaan pembedaan perlakuan dengan anak dan cucu dan kerabat di hadapan hukum.

Penjabaran dan Aktualisasi Nilai Keberanian

TUJUH bab laku keberanian yang diuraikan secara faktual sebagai berikut:

1. Dari EPOS klasik penjelajahan Sawerigading turunan Dewa/peradaban imajinatif antara bad ke-8 dan ke-15 sebagai awal keberanian 2. KEBERANIAN keutamaan hidup dan penyempurnaan kehidupan 3. MEMULIAKAN harga diri titian antara hidup dan mati 4. HEROISME melintasi ruang dan waktu 5. SINGA-singa betina mengaum dan menerjang 6. TO WARANI menjadi perisai negara dan 7. KEBERANIAN yang lebih mulia.

Bacaannya itu didukung 87 buku referensi yang terakumulasi dinarasikan menjadi 283 halaman.

Pesannya bahwa buku ini hendaknya terbaca oleh generasi terutama para pemangnku amanah publik/umat di semua level kelembagaan yang tidak hanya menjadi pembaca dan penghafal literasi. Tulisan itu penuh makna yang perlu dipahami dari warisan mulia leluhur kita. Topada salama na mabbarakka aamiin.

Legolego Ciliwung 30 September 2024.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here