PINISI.co.id- Hidup ini ibarat sebuah novel, ditulis dan diceritakan dalam sebuah buku yang apik dan menarik dengan sebait penggal cerita yang menarik. Demikianlah perjalanan hidup seseorang, dilalui dengan tahap demi tahap. Sebuah kisah hidup yang diawali dengan sebuah cerita yang menarik, indah, suka dan duka, ujungnya ditutup dengan sebuah epilog. Perjalanan hidup Abd. Rahman Bando, ibarat novel yang diceritakan dalam sebuah kisah panjang, unik dan menarik.
Sebagai ASN profesional, jujur dan humanis, ARB memiliki pengalaman-yang tidak bisa dilupakan dalam sepanjang perjalanan karirnya selama 22 tahun mengabdi pada masyarakat, bangsa dan negara. Inilah cita-cita saya sejak awal bertekad berhenti dari PNS pada usia 50 tahun dan memilih panggung pengabdian lain yaitu sebagai pengusaha,” kata Dr.H.Abd.Rahman Bando, M.M. kepada BachtiarAdnan Kusuma, Tokoh Penggerak Literasi Sulsel yang juga penggagas Perpustakaan Lorong kota Makassar, dalam pertemuan berkali-kali di tempat yang berbeda.
“Saya bersyukur, sebagai ASN ketika ada buah-buah pikiran yang bisa disampaikan pada masyarakat, bukan dari rutinitas masyarakat itu, ada kepuasan batin yang luar biasa. Karena ketika di luar pemerintah dan dibawah status jabatan berbeda kepuasannya,” kata ARB.
ARB ingin mengabdi di panggung lain yaitu panggung yang berinteraksi langsung dengan masyarakat tanpa membawa embel-embel jabatan. Misalnya ARB menguraikan kalau ia berinovasi di luar yang dikembangkan oleh dinas yang dipimpinnya itu jauh lebih puas dengan menggagas objek wisata mangrove yang tidak didukung oleh anggaran daerah.
“Saya puas dan jujur inilah inovasi yang berharga sebagai ASN”, kata ARB.
Selain itu, ARB menggagas listrik tenaga surya lalu ada elemen lain melaporkan bahwa ada penggelapan unit yang seharusnya 200 unit, tetapi hanya 50 unit yang terrealisasikan sehingga ia dilaporkan dan diperiksa berkali-kali. Karena adanya dugaan penggelapan, kemudian ARB mendokumentasi bahkan dari 55 unit diparalelkan masih ada 50 unit sehingga 55 paralel ini itu ada yang di realisasikan, satu paralel kelima rumah ada yang empat rumah hingga semua bisa mendapatkan listrik penerangan. Kemudian para warga penerima bantuan listrik membuat pernyataan bahwa betul yang direalisasikan pada saat itu hanya ada 50 karena mungkin yang dihitung rumahnya ada 200 lebih sehingga semua rumah tangga itu harus bertanda tangan ke walikota Makassar.
“Saya datang ke pulau lagi baru-baru ini untuk monitoring dan alhamdulillah masih dipakai sebenarnya akinya 3-4 tahun tetapi saat ini masih ada. Pulau yang gelap gulita lalu ada penerangan inovasi yang membuat kami bahagia. “Demikian pula saya membuat wisata mangrove karena pinggiran kota, kami ingin membangun dari pinggiran yang sudah kita buktikan bukan sekedar cerita, tapi sebuah bukti nyata” kata ayah dari tiga orang putra dari perkawinannya dengan drg.Hj.Sulpiah Arifin.
“Syukur alhamdulillah selama aktif 22 tahun menjadi ASN, saya di dalam fase-fase kehidupan di dalam 50 tahun ini, akan melakukan jalur lain untuk mengabdi kepada masyarakat dan juga kembali ke habitat saya membangun ekonomi keluarga agar dapat berbuat kepada masyarakat yang lebih luas,” ucapnya.
“Saya harus akui ketika saya menerima amanah kerja untuk berbuat untuk kepentingan sosial karena tidak mungkin dengan jabatan yang diemban bisa membuat seseorang jadi kaya raya, apalagi berpartisipasi lebih luas dengan menyumbang di masjid saja dibatasi. Sebelum menjadi pejabat saya sudah bisa membangun masjid,” kata ARB kembali.
Nah, di usia 50 tahun bertepatan tahun ini, ARB punya komitmen di internal keluarganya, cukup 50 tahun umur di ASN lalu ia ingin mencari jalur lain lagi untuk mencari nafkah dan mengembangkan ilmu kepada masyarakat. ARB berfikir ketika ia pensiun sekaligus memberikan kesempatan kepada generasi berikutnya untuk menempati posisi Kadis.
“Sebagai ASN 22 Tahun mengabdi di panggung birokrasi cukup sudah sebagai sebuah epilog pengabdian universal,” kunci Abd.Rahman Bando. [Fan]