Arung Adalah Cerminan Adab dan Adat

0
1095
- Advertisement -

Catatan Andi Wahida Sulaiman

Apakah Arung Itu?

Arung sebagai suatu cerminan diri adalah hakikat nilai – nilai seorang manusia yang beradab lagi beradat.

Arung, pengertiannya tidaklah sekadar bangsawan turunan raja – raja. Walaupun tidak dipungkiri bahwa bangsawan itu awalnya adalah seorang raja.

Arung yang mengerti dan memahami hakikatnya sebagai cerminan dirinya sehingga mampu bersikap dalam kehidupan.

- Advertisement -

Menghargai hamba Allah sebagai sesama ciptaan sehingga tercipta harmonisasi.

Manusia sebagai makhluk sosial yang berbudaya seharusnya mampu membawa dirinya agar punya nilai diantara sesama makhluk dan lebih – lebih dihadapan Pencipta-Nya ( Tuhan).

Cerminan itu bersumber dari sifat Asma Tuhan.

  1. Arungngi Asogirenna.

Bukan berarti ia banyak uang tidak.

Namo nadokoki dui ko de’gaga harga diri berarti de’gaga angke’na. ( Walaupun terbungkus duit kalau tidak ada harga diri tidak ada juga harganya ).

Asogireng mengartikan adalah sebuah kekayaan hati ( masagenae ).

  1. Arungngi Ada – Adanna :

Yaitu mawirikkada Ada – ada marilaleng na magetteng na malempu laona. ( Berbicara dengan kata – kata terbaik benar dan lurus dengan kejujuran.

  1. Arunggi Kedo – Kedoana.

Yaitu ade ipakkiade na pukedo watakkale ( Adat lagi beradat), dan lain sebagainya.

Seorang yang dari keturunan Arung, mengalir darah para leluhurnya tidak lain dari darah Maddaratakku ( darah murni ). Sehingga walaupun diera sekarang uang adalah raja dan orang diliputi penyakit wahn artinya uang yang berkuasa tetapi orang tetap mencari Arung untuk dijadikan pasangan hidupnya bahkan dengan mahar tinggi sekalipun.

Kenapa? Karena ada jaringan spritual tinggi dalam diri Arung itu bagi Arung yang mengerti jati dirinya.

Manusia sebagai Hamba Allah mengerti setidaknya memahami dalam diri kita ada jaringan spritual yg harus di sambungkan kembali dan di kembalikan kembali ke tempatnya.

Jaringan spritual itu agar terhubung dengan Al Qur’an. Karena Al Qur’an bisa bernafas dan bergerak. Al Qur’an itu bisa hidup, isinya sebuah Panngadereng.

Karena di suatu hari nanti apabila masa itu tiba, maka kitalah yang akan menjadi suatu cerminan, bahasa Bugisnya Napukedo watakkale mappangedereng.

  1. Arungngi Amaccangenna, yaitu jenius serta arif bajik dan bijak menanggapi suatu hal dalam segala aspek kehidupan.

( Diskusi dalam Wija Malebbina Tana Ogi dengan Andi Amirullah dkk ).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here