Aryo Rama Chadra: Rakyat Butuh Pangan yang Berkesinambungan untuk Stabilitas

0
627
- Advertisement -

Kolom Fiam Mustamin

DUA suku kata itu dapat disimpulkan sebagai sebuah pemikiran konsepsional dari seorang profesional yang memahami persoalan mendasar yang dihadapi oleh negeri ini.

Kebutuhan pangan yang terjamin kesinambungannya bagi konsumsi lebih dari 270 juta rakyat.

Negeri ini dikarunia dengan potensi sumberdaya alam agraris pertanian dan perairan kelautan yang sangat luas.
Seyogianya menjadi prioritas kebijakan landasan utama dalam pembangunan bangsa.

Itulah gambaran pemikiran rekan ini, Aryo Rama Candra lulusan Institut Pertanian Bogor bidang Ilmu Tanah.

- Advertisement -

Pangan yang dimaksudkan adalah dari tanaman budidaya yang dikelola dengan full mekanisasi dan teknologi pupuk yang memadai sesuai kebutuhan pertumbuhan tanaman itu untuk menghasilkan kuantitas dan kualitas yang optimal.

Dengan gagasannya itu, Aryo yang penggemar Kaledo (Kaki Lembu Donggala) makanan khas Palu, merintisnya dengan membina petani sebagai mitra dan percontohan pada areal lahan persawahan kawasan ex-transmigrasi di kabupaten
Pulang Pisau Kalimantan Tengah sejak beberapa tahun silam. Dan saat ini sudah dapat ditanami dan panen tiga kali setahun.

Bagaimana Mewujudkan Ketersediaan/ Ketahanan Pangan

ADA empat faktor/variabel yang menjadi perhatian yaitu, pertama; terkait kepemilikan lahan dari para petani dan bukan hanya sekadar menjadi buruh tani penggarap lahan.

Petani sejatinya adalah seorang wirausahawan, karena itu perlu ada minimal lahan yang dikelola sebagai modal produksi untuk mencapai skala ekonomi usaha budidaya tanaman pangan sehingga dapat menjamin kesejahteraan dari keluarga petani.
Untuk pertanian tanaman pangan idealnya luas lahan yang dikelola petani adalah 5 hektar/keluarga petani. Mengacu pada program Transmigrasi yang sudah berjalan, luas lahan 2 hektar dinilai cukup untuk tiap keluarga petani.

Salah satu upaya perluasan lahan untuk pemilikan lahan adalah dengan mengaktifkan kembali program Transmigrasi ke wilayah yang masih memiliki ketersediaan lahan cukup luas dengan kesesuaian sumber daya alamnya misalnya di Kalimantan maupun Papua.

Budidaya tanaman padi tidak mutlak adanya hanya di lahan persawahan, tanah daratan/lahan kering dapat pula dikembangkan dengan memanfaatkan curah hujan maupun menggunakan modifikasi sistem teknologi pengairan yang tepat. Sehingga kawasan lahan kering pun dapat diolah menjadi lahan pertanian pangan padi.

Hal seperti ini sudah dibudidayakan masyarakat di Sulawesi Selatan yang dikenal dengan nama Dare/Kebun Galung/Sawah LangiE.

Kedua, dengan penerapan pengelolaan pertanian menggunakan teknologi Mekanisasi untuk percepatan dan peningkatan produksi, bukan lagi dengan konvensional yang bertumpu pada tenaga manusia.

Ketiga, mengintegrasikan sistem produksi mulai dari budidaya (on-farm) seperti pengolahan tanah, pengairan, penggunaan benih unggul, pemupukan, dan pengendalian hama. Hingga pasca panen (off-farm) yang meliputi pemanenan, pengeringan, penggilingan, pengemasan hingga gudang penyimpanan. Hal-hal tersebut diperlukan untuk menjaga produktivitas dan kualitas yang menjamin kesinambungan/ ketahanan pangan.

Keempat, sistem keuangan meliputi pembiayaan budidaya produksi dan menajemen risiko (sistem asuransi pertanian), serta pemasaran yang memberi nilai tambah dalam pemenuhan kebutuhan lain bagi petani selain hanya menjadi bahan konsumsi.

Seperti itulah yang menjadi obsesi Aryo, Direktur Eksekutif BNB sekaligus Ketua Umum pergerakan JOKER untuk bersama membangun kesejahteraan rakyat yang mayoritasnya adalah petani.

Selain itu perlu dimulai pembudayaan bahan konsumsi pangan non beras padi seperti jagung pulut dan singkong yang diolah menjadi beras.

Beras jagung sudah lama dikomsumsi oleh masyarakat Sulawesi Selatan, selain sagu di Papua.

Pada saatnya perlu membangun lumbung-lumbung pangan baru di wilayah sentra produksi yang cukup luas untuk kesinambungan kehidupan mayoritas rakyat.

Pangan adalah kebutuhan manusia yang paling asasi.Krisis kebutuhan lain masih boleh ditunda tapi kebutuhan pangan tidak.

Pangan bukan hanya sekadar pemenuhan kebutuhan biologis semata, tapi terkait dengan harga diri dan martabat kemanusiaan dalam ruang lingkup sosial.

Rawan pangan bukan hanya berdampak bencana kemanusiaan dengan kelaparan dan rawan gizi. Dapat mengakibatkan bangsa ini akan kehilangan generasi (losing generation)

Negeri ini harus Berdaulat Pangan dalam kemandirian ekonomi.

Legolego Ciliwung 11 Maret 2022

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here