PINISI.co.id- Penggagas Perpustakaan Lorong kota Makassar Bachtiar Adnan Kusuma (BAK) mendukung penuh Program Perpustakaan Nasional Republik Indonesia bertajuk” Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial”. Tokoh Literasi Sulawesi Selatan dan tokoh Perbukuan Nasional ini, menggagas pertamakali perpustakaan lorong tahun 2016 akhir yang dilaunching Walikota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, 2017 yang terletak di Jalan Daeng Tata Tiga Lorong 7 Kelurahan Parangtambung, Kota Makassar.
Menurut BAK, gagasan dan ide tentang perlunya perpustakaan di setiap lorong, desa dan kelurahan pertamakali ia lontarkan tatkala pemilihan langsung Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Parangtambung pada akhir 2016.
“Salah satu visi dan misi saya kalau terpilih menjadi ketua LPM adalah menyediakan Room to Read yaitu perpustakaan lorong sebagai jalan tol menggugat budaya membaca masyarakat dari lorong-lorong di kota Makassar,” kata Penerima Penghargaan Tokoh Penggagas dan Motivator Perpustakaan Lorong kota Makassar dari Pemerintah Kota Makassar, 2017 yang diserahkan Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo di lapangan Karebosi bersama Walikota Makassar Danny Pomanto, 2017 lalu.
Gagasan BAK menghadirkan perpustakaan lorong bersama tokoh-tokoh masyarakat Parangtambung termasuk RT, RW, BKM terwujud dan berjalan berkesinambungan. Dari gagasannya mendirikan perpustakaan lorong atas swadaya masyarakat, oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui Dinas Perpustakanan dan Kearsipan Provinsi Sulsel menjadikan contoh perpustakaan berbasis inklusi di Sulawesi Selatan. BAK kemudian membuka kerjasama dengan berbagai pihak termasuk tokoh-tokoh masyarakat untuk mendirikan beberapa titik perpustakan lorong di Jalan Daeng Ngadde, kelurahan Tanjung Merdeka, kelurahan Jongaya, kelurahan Paccerakang, kelurahan Buakana, Rappocini, Ujungpandang, Mariso, Birka, Pangkep, Maros, Takalar dan Gowa atas dukungan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulsel, Dr.H.M. Amir Uskara, M.Kes., Bosowa Peduli.
BAK setuju dengan nafas perjuangan Perpustakaan Nasional menjadikan Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial sebagai program memberdayakan masyarakat melalui perpustakaan berbasis mandiri.
“Kami bersyukur atas konsep pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku di tengah-tengah masyarakat mendirikan perpustakaan lorong berbasis sosial dengan melibatkan kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat, kalangan kampus Fakultas Psikologi UNM, Universitas Bosowa dan beberapa CSR dari berbagai perusahaan swasta termasuk melibatkan relawan dan mentor dari berbagai kampus dan tokoh masyarakat,” kata penerima Parmusi Award 2019 sebagai Tokoh Literasi dan perbukuan ini.
Karena itu, BAK menilai konsep memberdayakan masyarakat melalui gerakan literasi lorong berbasis inklusi adalah sangat tepat terutama membangun kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan menggunakan potensi sendiri. “Gagasan awal dari masyarakat, dan berproses sampai mewujudkannya, kemudian hadir Negara melalui Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Provinsi Sulsel dan Perpustakaan Kota maupun Kabupaten di Sulsel. Inilah konsep memberdayakan literasi masyarakat dengan menggunakan kekuatan sendiri dari masyarakat” aku BAK yang juga penerima Penghargaan dari Pemerintah Kota Makassar sebagai Tokoh Peduli pendidikan non formal dan Ketua LPM Terbaik 1 Kota Makassar tahun 2017.
“Saya yakin dan percaya kalau literasi masyarakat maju, otomatis tingkat kesejahteraan masyarakat bisa maju. Karena dengan literasi yang maju, bisa meningkatkan horison wawasan masyarakat, meningkatkan life skill masyarakat dan membantu memperkuat ekonomi masyarakat karena cerdas literasi,” tegas penulis ratusan buku biografi tokoh, parenting dan literasi ini. (Van)