Kolom Fiam Mustamin
MASIH dalam suasana silaturahmi lebaran puasa 1444 Hijryah.
Kami berlima dalam satu mobil sewa dari Makassar meuju Soppeng melalui jalur pegunungan Camba Maros.
Saya dari Jakarta, menghadiri Pertemuan Saudagar Bugis Makassar ke 23 tgl 29 sd 30 Mei 2923.
Seorang dari yg Ambon dan 3 orag dari Makassar, yang salah satunya perempuan dari Toppo Jompi Solie Donri Donri.
Mereka datang untuk hajat kawinan keluarga.
Dua orang dianra itu adalah seorang pedagang, namanya Lamassi dan Lassu, guru sekolah lanjutan pertama seangkatan dengan Nori, guru bahasa Inggeris.
Kedua orang tua itu seumuran 70 tahunan bercerita dan saling bertukar pemahaman tentang ajaran kearifan leluhur yang diperaktekkan dalam kehidupan sehari harinya.
Kami bertiga yang lain sebagai pendengar dan penanya yang perlu penjelasan penjabarannya.
Di perjalanan se mobil itu tercipta sebagai majlis spontan seperti sesuatu yang sudah terencakan.
Di persingahan warung makan, berjumpa dengan Andi Mattaatta, ext Menteri Hukum dan Ham yang akan ke Bone. Sekian tahun tidak jumpa beliau tetap mengenal dan menyapa namaku.
Paseng Pallaung Rumah dan Padangkang.
DUA hal paseng toriola/ petuah orang tetua dulu itu yang dibicirakan.
Dirasikan dalam bahasa Bugis Klasik yang jarang didengar dalam percakapan umum.
Pesab pesan adab itu memerlukan pemahaman untuk bisa memaknai pengertian hakikatnya.
Pallaung ruma dikenal dalam Lontara untuk semua aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan pertanian/ bercocok tanam.
Kemudian narasi Padangkang / Mappasilele yang berkaitan dengan aktivis perdangan jual beli barang.
Kearifan budaya ini masih terpelihara di komunitas orang tua kita dan menjadi warisan budaya yang implementasi spirit dan adaptasinya dapat disenergikan dengan kehidupan moderen saat kini.
Kedatangan di Kampung Baru Tajuncu, kawasan Saoraja Watanlipue untuk silaturahmi dengan keluarga besar khususnya dengan keluarga Petta H. Mahmud Mangga alm, Pendiri masjid Nurul Ikhsan.
Legolego, Kp Baru, 3 Mei 2023
