Kolom Bachtiar Adnan Kusuma
Istilah minimalis adalah konsep hidup sederhana yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW sejak zaman dahulu yang menegaskan kalau kekayaan bukanlah untuk berfoya-foya, tapi untuk umat lewat jalan perjuangan. Kendati demikian, minimalis dalam pengertian umum adalah cara hidup sadar dengan sesuatu yang dibutuhkan seseorang. Istilah sadar sesungguhnya adalah sebuah keputusan yang diputuskan secara sadar atas segala apa yang dibutuhkan. Termasuk tindakan hidup akan kebutuhan barang-barang yang dibutuhkan.
Kembali pada judul tulisan saya di atas, Cara Hidup Minimalis Rasulullah adalah konsepsi dan kemauan meneladani kesederhanaan hidup Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah SAW hidup sebagai pedagang yang punya kemampuan dan bisa disebut bahwa segala kemauannya bisa terwujud, kendati Rasulullah memilih menjalani hidupnya dengan cara sederhana, apa adanya. Misalnya saja, dari pakaian yang dikenakan, makanan yang dimakan, tempat tinggal dan bahkan segala hal yang ada dalam dirinya adalah bentuk kesederhanaan yang amat baik ditiru atau diteladani.
Bahasa milinealnya adalah hidup sederhana dan secukupnya. Prinsip-prinsip inilah yang bisa digunakan oleh generasi masa kini, meskipun tidak harus sama persis dengan Rasulullah. Namun dengan dasar yang sama sederhana, maka generasi masa kini bisa hidup dengan lebih baik. Hal ini juga menjauhkan kita dari perbuatan tercela, termasuk praktik korupsi yang kian menggurita di tanah air. Selain itu, kita mungkin bisa menjadi salah satu hamba-Nya yang disayangi karena meneladani sikap Rasulullah, kekasih-Nya.
Apa hikmah yang bisa dipetik dari Cara hidup Minimalis Rasulullah?
Pertama, sederhana membawa berkah. Dalam Al-Quran Allah SWT menjelaskan bahwa hidup di dunia hanya sementara dan hidup di dunia diumpamakan seperti permainan dan senda gurau.” Dan hidup di dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (QS.Al-An”am : 32).” Tidak masalah bukan, hidup sederhana dan tinggal di rumah yang biasa saja. Akan tetapi di akhirat kita mendapatkan ganti yang lebih baik.
Rasulullah meski beliau adalah seorang Nabi dan Rasul, kepala negara dan kekasih Allah, tetapi beliau hidup dengan sangat sederhana. Beliau tak pernah hidup bermewah-mewah. Padahal jika beliau mau, mudah bagi Allah untuk mengabulkan semua keinginannya. Sebagai contoh, rumah Rasulullah hanya berukuran sekitar 8 X 4 meter. Rumah beliau sangat sederhana, jika dibandingkan dengan rumah yang kita miliki saat ini, sangat jauh berbeda. Rumah Rasulullah hanya berdinding tanah liat, alasnya pun dari tanah, lalu atapnya dari pelepah kurma. Perabotan yang dimiliki Rasulullah pun hanya sederhana.
Kedua, sejak awal Rasulullah mengajarkan kesederhanaan kepada umatnya. Mengapa kita tidak meniru dan meneladani cara hidup sederhana Rasulullah? Konsep hidup sederhana yang dicontohkan Rasulullah akan membuat hidup kita jauh lebih tenang. Kita takkan sibuk memikirkan gengsi saling berlomba memamerkan harta yang kita miliki. Kita pun tidak berlebihan. Kesederhanaan sesungguhnya membuat kita lebih dekat kepada Allah. Karena di setiap waktu dan tempat, hati kita akan teringat kepada-Nya. Hidup sederhana, apa adanya, bukan hidup sederhana yang dibuat-buat.
Ketiga, Rasulullah memberikan contoh yang baik tentang kesederhaan mulai dari tempat tidurnya, pakaian, sandal dan gelasnya. Suatu ketika Umar bin Khattab menangis ketika melihat keadaan Nabi Muhammad SAW yang tidur hanya dengan beralaskan tikar. Bagaimana bisa seorang Rasul dan pemimpin umat harus tidur dalam keadaan yang begitu sederhana. Padahal Raja Romawi dan Kisra bermewah-mewahan. Menurut Rasulullah, tempat tidur di surga jauh lebih indah dan megah dibandingkan dengan tempat tempat tidur yang ada di dunia. Karena itu, cukuplah jika di dunia, Rasulullah hidup sederhana. Demikian pula pakaian, sandal dan gelas Rasulullah mencerminkan pola hidup sederhana yang patut dicontoh umatnya.
Memilih hidup sederhana, seperti yang digambarkan Rasulullah, tidak mudah kita ikuti, apalagi menaklukkan derasnya pengaruh hidup di zaman sekarang ini. Dan meneladani cara hidup minimalis Rasulullah, akan menajauhkan hidup kita dari hidup boros, dan kurang pandai bersyukur atas nikmat Allah yang diberikan pada umatnya. Hidup minimalis ala Rasulullah, sesungguhnya cara hidup mulia, dan bisa menjauhkan kita dari hidup boros, korupsi dan berfoya-foya. Bukankah manusia yang hidupnya selalu boros berteman dengan syetan?
Penulis Jubir Parmusi Sulsel