Oleh : Fiam Mustamin
Bersama sahabat H. Amin Badawi duduk santai minum kopi tanpa gula khas racikan starbuck Plaza Indonesia.
Memandang Hotel Indonesia (HI) yang berganti nama menjadi Kempinski memberi kenangan di tahun 1960 dan 1970 an.
Di tahun itu di area jalan Kebon Kacang Raya deret samping belakang HI dikenal adanya Sanggar Teater Populer (TP) yang dipimpin dan dibina oleh seniman Teguh Karya (Steve Lem).
Sanggar TP itu melahirkan aktor dan aktris kawakan seperti Slamet Raharjo, N. Riantiarno, Tuti Indra Malaon, Selvi Nainggolan, Dewi, Ninik L Karim, Hengky Sulaiman, Ishak Iskandar, Boyke dan beberapa yang lain sebagai pekerja artistik, juru kamera, editing dan ilustrator musik.
Film Cinta Pertama disutradarai oleh Teguh Karya yang mengorbitkan aktris Christina Hakim dan sejumlah pemain anggota Parfi yang diutus menjadi siswa akting (seni peran) atas kerjama dengan Lembaga Pendidikan Kesenian
Jakarta (LPKJ) yang disponponsori oleh Departemen Penerangan (Deppen).
Selain Christine Hakim terorbit pula nama Nani Wijaya, Sari Narulita, Rosalina Oscar, Robby Sugara, Soultan Saladin, El Manik, Iwan Wahab dan mahasiswa- mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Film ini kemudian banyak mendapatkan penghargaan piala Citra di Festival Film Indonesia pertama di tahun 1973.
HI tak terpisahkan dengan TP tempat pentas karya-karya sandiwara di Bali Room yang prestisius di kurun waktu itu sebelum adanya Taman Ismail Marzuki (TIM).
Dari seberang pulau di kota Makassar mengenal perhelatan spektakuler The Best Actor dan Actris dari PWI Jaya yang digelar di tempat itu.
Termasuk menjadi pembicaraan umum karya film berdialog teatrikal : Wajah Seorang Lelaki yang menarik perhatian para kalangan Kritikus Film yang mengapresiasi kehadiran orang teater di Perfilman.
Kemudian dari itu kita mengenal sejumlah sastrawan dan teateran (dramawan) yang berkiprah memberi bentuk film Indonesia antaranya Asrul Sani, Wahyu
Sihombing, Arifin C. Noer, Chairul Umam, MT. Risyaf, Edo Pesta Sirait, Bay Isbahi, Ismail Subarjo, Slamet Raharjo dan lain-lain.
Tugu Selamat Datang
Tugu dalam bentuk relief sepasang atlit sedang berlari dengan melambaikan jari tangan yang salah satunya menggenggam seuntai kembang simbol ungkapan selamat datang.
Ungkapan selamat datang itu untuk menyambut duta duta olahraga Asian Games Ke IV tahun 1962 di Jakarta.
Disain relief dan HI ini kabarnya dirancang oleh Bung Karno Presiden pertama Republik Indonesia. Disayangkan nama HI yang monumental bersejarah itu tergantikan oleh kekuatan kapital bernama Kempinski. Meskipun bentuk dasar awalnya tetap dipertahankan.
Penulis adalah budayawan