Kolom Denny JA
Satupena Sumbar Menyelenggarakan Festival International IMLF 2023 (International Minangkabau Literacy Festival).
“Jika budaya Korea Selatan bisa populer di dunia, budaya Indonesia pun seharusnya bisa.”
Setahun lalu, tahun 2022, ketua pimpinan Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Sumatra Barat, Sastri Bakry, menyampaikan gagasannya.
Ujar Sastri: “Bekerjasama dengan pihak lain, Satupena Sumbar akan membuat International Minangkabau Festival Literacy. Berbagai peserta dari negara lain, tak hanya Asia Tenggara, tapi juga peserta dari India, Bangladesh, Aljazair, Argentina hingga Zimbabwe akan hadir.
Mendengar gagasan Sastri Bakry itu saya terpana. Pertama, terpana karena senang melihat geliat pengurus daerah Satupena berniat membuat kerja besar.
Ini kerja besar bukan hanya karena begitu banyak elemen negara di luar Indonesia yang akan terlibat di sana. Ia juga besar karena akan mengangkat kembali budaya Minangkabau ke dunia global.
Kedua, saya terpana karena langsung teringat prestasi budaya Korea Selatan di tingkat dunia.
Di tahun 2020, film dari Korea, Parasite, menang sebagai film terbaik Oscar. Di tahun 2017 dan 2018, BTS (BangTan Boys, pop musik Korea) dinobatkan Billboard Music Award sebagai Top Social Artist. BTS pun ditulis sebagai The Beatles abad 21 karena popularitasnya .
Budaya Asia bisa disukai dunia. Jika Korea Selatan bisa, mengapa Indonesia tidak bisa? Bukankah banyak kultur lokal di Indonesia yang unik? Kita punya budaya dari Papua hingga Aceh dan Minangkabau.
Sayapun teringat Sir Thomas Stamford Bingley Raffles FRS (6 Juli 1781 – 5 Juli
1826). Ia adalah seorang negarawan Inggris, Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1811- 1816).
Raffles juga keliling ke berbagai wilayah yang kini disebut Indonesia. Ia menyimpulkan Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu (1). Dari Minangkabau, bangsa Melayu menyebar ke berbagai kepulauan di Timur.
Setelah Indonesia merdeka, teritori utama etnik Minangkabau diberi nama Sumatra Barat.
Sumatra Barat telah melahirkan begitu banyak kaum terpelajar yang kemudian ikut menjadi founding fathers Indonesia: Muhamad Hatta, Muhamad Yamin, Haji Agus Salim, Sutan Sjahrir, Muhamad Natsir, hingga Tan Malaka.
Sumatra Barat juga melahirkan begitu banyak penulis besar. Hamka lahir di sana, seorang penulis yang juga seorang ulama. Asrul Sani, A. A, Navis, Marah Roesli, Idrus, Nun Sutan Iskandar juga lahir di sana.
Sejak lama, Sumatra Barat dikenal sebagai ibu kandung dunia literasi Indonesia.
Dengan konteks seperti itu, dan potensi budaya yang kaya, sudah tepat budaya Minangkabau digali dan dipopulerkan kembali, bahkan ke tingkat dunia.
Selamat untuk teman- teman Satupena Sumbar untuk festival internasional di tanggal 22-27 Febuari 2023. Semoga kerja internasional ini memberi inspirasi Satupena di Bali, Kalimantan, Papua, dan daerah lainnya, membuat festival international serupa, untuk kekuatan kultur lokal masing- masing.
Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena.
Januari 2023.
(1) Raffles menyatakan Minangkabau adalah kekuatan utama dan akar budaya Melayu
Reid, Anthony (2001). “Understanding Melayu (Malay) as a Source of Diverse Modern Identities”. Journal of Southeast Asian Studies. 32 (3): 295–313. doi:10.1017/S0022463401000157.Dari Minngkabau untuk Dunia, Sumatera Barat Ibu Kandung Literasi Indonesia