Kolom Bachtiar Adnan Kusuma
Membuka lembaran tulisan singkat ini, penulis mengutip pernyataan salah seorang penulis berkembangsaan Amerika Serikat, Ursula Krober Le Guin. Perempuan kelahiran 21 Oktober 1929 di Barkeley, California ini, menegaskan bahwa membaca buku, sesungguhnya kita sedang mencari jati diri kita. Penulis setuju pernyataan Ursula Le Guin, ketika penulis membaca buku di atas baris-baris kalimat ciptaan seorang penulis atau pengarang, sama halnya penulis ikut serta berbaris dalam deretan kalimat tersebut.
Menariknya, karena penulis sulit menangkap diri penulis yang sedang memeragakan diri lewat urutan-urutan kalimat yang disampaikan penulis. Proses kreatif membaca, lalu menelaah sebuah bacaan dari buku, memahami jalan pikiran penulis atau pengaranya sangatlah penting.
Karena itu, bacalah buku sebanyak mungkin. Dan, pilihlah buku yang padat warna dan cerita tentang kehidupan, terutama tentang tokoh yang diceritakan dalam buku tersebut. Nah, libatkan diri kita dalam setiap baris kata-kata yang diciptakan seorang penulis.
Berikutnya, penulis memantik hikmah dari Bupati Maros, A.S. Chaidir Syam, yang begitu peduli dan tak sekadar piawai menarasikan diksi, penting lagi beliau menutup sebuah cerita dengan aksi. Demikian pula tatkala Chaidir Syam membuktikan kecintaannya merawat kemampuan intelektualnya dengan membaca dan menulis buku.
Di tengah padatnya menunaikan ibadah Haji di tanah suci Makkah, Chaidir Syam masih menyempatkan diri menyelesaikan bukunya berjudul” Mencintai Maros Tanpa Batas”. Tidak heran jika penulis menyebut Chaidir Syam adalah Bupati Literasi, Bupati yang penulis dan pecinta buku.
Akhirnya, penulis menarik kesimpulan jika ilmu haruslah diikat dengan menuliskannya dalam buku. Benarlah kata Ursula Le Guin, kalau membaca buku seperti mencari jati diri kita. Dan, ikatlah ilmu dengan menulis, kata Sayyidina Ali bin Abi Thalib, sahabat Rasulullah Muhammad SAW.