PINISI.co.id- Sudah enam bulan lebih Covid-19 membekap dan tidak dipastikan kapan melandai, membuat semua sektor ekonomi terpuruk, kecuali pertanian yang tumbuh positif, seperti yang dialami daerah Sulawesi Selatan.
Sufiany Nasrullah, sukarelawan BPP KKSS 2014-2019, yang disapa Uphy, bersama suami pulang ke kampungnya di desa Binanga Karaeng, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, untuk menjadi petani milenial.
Saat ia balik ke kampung, Januari lalu, waktu itu pandemi belum mewabah di Indonesia. Naas, saat Maret ia ingin balik ke Jakarta, tempatnya bekerja sebagai wirausahawan sosial, tak dibolehkan pulang karena pembatasan sosial berskala besar diberlakukan di Makassar dan Jakarta.
Uphy mengaku, kalaupun ia ke Jakarta waktu itu, ia pasti memutuskan untuk pulang dan mengabdi di desa, lebih-lebih ia mendapat kabar teman-temannya di Ibu Kota banyak yang dirumahkan dan diberhentikan dari pekerjaan. “Wabah memakasa saya kembali ke kampung, dan pandemi ini banyak memberikan hikmah,” kata Uphy saat dihubungi PINISI.co.id.
Di desanya, Uphy justru produktif. Pengetahuan yang dipelajari secara otodidak perihal cara bercocok tanam lewat sistem hidroponik ia kembangkan empat bulan terahir. Dan kini ia sudah panen dan banyak pihak yang ingin membeli sayuran dari Uphy. Apalagi sayuran hidropoink ini tergolong organik yang sehat dan bersih dari pestisida.
Sewaktu ke kampung, kebetulan ia membawa bibit sayuran dari Surabaya. Tanpa pikir panjang, ia memodali untuk membuat 10 instalasi. Dengan bekal pipa paralon sebagai penghubung tanaman dan media air sebagai sumber makanan tumbuhan, Uphy mulai berbudidaya tanaman.
Uphy menanam segala macam sayuran hijau seperti kangkung, selada, pakcoy, sawi, bayam merah dengan masa panen kurang sebulan. Semula sayuran ini ia bagi ke tetangga yang terdampak pandemi.
Ahli trauma healing bidang kebencanaan ini, melibatkan sejumlah remaja putus sekolah dan ibu rumah tangga di kampung untuk bertani.”Biayanya murah dan cuma butuh lahan sempit,” ucap perempuan kelahiran Parepare 24 Mei 1985 ini.
Panen yang dilakukan pada Sabtu, (26/9/2020) ini, menyertakan Ketua PKK Kabupaten Pinrang A. Sri Widyati yang juga istri bupati yang memetik berbagai sayuran. Ia menilai Uphy sebagai petani milenial yang bisa dijadikan contoh penggerak anak-anak muda di desa, sementara anak muda di desa ini, merantau ke kota dan bekerja di sektor informal.
Tak dimungkiri, Uphy adalah orang pertama di Kecamatan Lembang yang bertani secara hidroponik, — lasimnya orang perkotaan yang bertani dengan cara ini.
Uphy yang pernah jadi sukarelawan saat Tsunami Aceh, gempa bumi Sumbawa dan bencana likuifaksi di Palu, kini mengembangkan desanya untuk menjadi desa mandiri dari pangan, khususnya tanaman olerikultura (sayuran).
Memanfaatkan lahan sempit seluar 600 meter persegi di pekarangan rumahnya, Uphy membuat 2.000 lubang instalasi yang sekali panen bisa menghasilkan nilai penjualan sekitar Rp 6 juta. “Kalau dijual ke Makassar bisa lebih mahal harganya,” ujar Uphy.
Sebenarnya Uphy telah mewujudkan program pemanfaatan pekarangan untuk pertanian sebagaimana yang dicanangkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Karena itu Camat Lembang Muhammad Yusuf mempromosikan produk hidroponik Uphy ke berbagai tempat dan pertemuan. Uphy sendiri berniat menjadikan desanya sebagai desa wisata yang menjual pertanian hidroponik sebagai obyeknya.
Harapan Uphy yang tersisa adalah permodalan agar tercipta sebuah ekosistem pertanian yang melibatkan banyak anak muda putus sekolah di desanya dan ingin membuktikan bahwa desa selalu bisa bertahan ketika krisis menerjang. (Lip)