PINISI.co.id- BRI Insurance genap berusia 31 tahun tepat pada 17 April 2020. Ibarat manusia sedang berada pada masa-masa produktif, dan energik dalam berkarya. Begitu juga dengan perseroan ini. berbagai terobosan dan inovasi baru diluncurkan agar misi dan visi bisnis industri perasuransian tetap eksis di tengah pandemi.
Terkait dengan itu, BRI Insurance kini sedang fokus melakukan beberapa pembenahan dengan bertransformasi agar target dapat tercapai optimum.
“Meski di tengah masa sulit seperti sekarang ini akibat Covid-19, kita perlu bertransformasi dan berinovasi menjawab perubahan yang tengah terjadi di masyarakat,” ungkap Direktur Utama BRI Insurance Fankar Umran kepada sejumlah media, termasuk PINISI.co.id, Kamis (30/7/2020).
Menurut Fankar, BRI insurance sedang mengakomodir kebutuhan nasabah melalui bisnis model dalam bentuk transformasi digital marketing yang memakai kanal distribusi digital. Di antaranya adalah aplikasi smartphone bernama BRINS Mobile.
“Dengan aplikasi ini, kebutuhan nasabah akan terlayani, mulai dari memilih sendiri jenis produk asuransi yang dibutuhkan, hingga mengajukan klaim secara online,” jelas Bendahara Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP-KKSS) ini.
Fankar menambahkan, melalui transformasi yang sedang berjalan ini, bisnis industri BRI Insurance yang dipimpinnya dapat menjadi salah satu asuransi terbaik pada masa yang akan datang.
“Dengan target yang jelas kami berusaha menjadi yang terbaik di kelasnya, Insya Allah dalam beberapa tahun lagi akan tercapai,” kata pria kelahiran Soppeng, 1 Januari 1964 ini.
Bergabungnya BRI Insurance dalam grup BRI, makin mempermantap panetrasi ke dalam ceruk pasar BRI dan disversifikasi bisnis.
Hal ini sejalan dengan fokus jangka panjang BRI Insurance untuk menyeimbangkan bisnis di segmen mikro, ritel, dan korporasi.
“Sekarang ini 60-70% di captive (BRI) yang 30%, kami berikan kepada yang lainnya. Dengan demikian, kami melakukan disversifikasi bisnis dan risiko,” kata Fankar.
Selain melakukan transformasi bisnis, BRI Insurance juga telah melakukan transformasi budaya, dalam mengantisipasi berbagai tantangan di masa depan. Karena bagi perusahaan, kulturberkaitan erat dengan kinerja dan keberhasilan.
“A healthy strong culture is a key driver of corporate strategy. Culture yang sehat, membuat perusahaan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang berubah. Jadi, kunci sukses strategi adalah kulturyang sehat dan kuat,” tutur Fankar.
Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2019, indeks literasi keuangan nasional hanya mencapai 38,03%. Dari indeks tersebut, sektor perbankan menduduki presentase tertinggi dengan 36,12%, kemudian asuransi 19,40%.
Menurut Fankar, segenap tantangan di atas harus dijawab oleh semua pemangku kepentingan demi kesejahteraan dan kemajuan Rakyat Indonesia. [Solihin Samad]