Kolom Fiam Mustamin
MENGHITUNG tak lama lagi beberapa hari tiba tanggal 12 November 2020 akan diperingati kelahiran organisasi paguyuban/kekeluargan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan ( KKSS ).
KKSS adalah paguyuban pembinaan Sosial Budaya sebagaimana disebutkan dalam anggaran dasar dan rumah tangga organisasi yang dikukuhkan sebagai organisasi kemasyarakatan yang sampai saat ini sudah memiliki 34 Wilayah Provinsi, 340 Kabupaten/ Kota, 12 Perwakilan Luar Negeri serta beberapa Paguyuban Pilar Kabupaten/Kota dan Otonom yang berada dalam kesatusan pembinaan KKSS.
Menurut taksiran bahwa KKSS ini memiliki warga kisaran antara 10 sampai 12 juta jiwa di luar Sulawesi Selatan yang perlu pencatatan lebih lanjut.
Dengan jumlah warga sebesar itu memang cukup seksi dan potensi untuk pemenangan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di setiap daerah dan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres)
KKSS secara institusi tidak berpolitik atau berafiliasi dengan kekuatan politik manapun Ini tegas dinyatakan dalam anggaran dasar organisasi. Namun secara individu sebagai warga negara, warga KKSS bebas menyalurkan aspirasi politiknya kemana saja.
Hal ini terkadang menjadi bias apabila suatu kompetisi terdapat warga menjadi kandidat peserta Pilkada di suatu daerah atau pada Pilpres.
Karena itu warga perlu bagaimana?
Dengan pertanyaan itu yang oleh Dr H. Andi Jamaro Dulung menawarkan suatu konsep tentang Pedoman Berpolitik KKSS secara elegan, yang perlu kita dengarkan.
Di momentun 44 tahun KKSS ini, kita bersyukur dan berterima kasih kepada para orang tua yang menjadi pemekarsa melahirkan wadah berhimpun dalam rumah besar bernama
KKSS.
Para deklator pendiri KKSS itu bermufakat menyatukan diri terbebas dari sekat-sekat kedaeraan dari asal kelahiran memilih menjadi satu dalam KKSS yang sebelumnya bernama Perhimpunan/Persatuan Keluarga Sulawesi (PKS).
Restropeksi
ADA perlunya kita melihat sejumlah capaian dari paguyuban kekerabatan pembinaan sosial dan budaya yang didasari oleh peradaban Sipakatau/Sikamaseang yang saling memuliakan.
Sejauhmana pula kehidupan sosial kemasyarakatan itu terjalin baik antarsesama warga maunpun dengan warga dimana kita bermukim.
Dalam hubungan sosial ini perlu menjadi perhatian bersama untuk hidup dalam suasana kerukunan/kekerabatan yang saling menghormati dan menghidupi.
Dalam hubungan budaya yang menampilkan perilaku akhlakul karimah; solidaritas/ kepedulian antarsekerabat, sedaerah sepemukiman, sebangsa dan se Tanah Air.
Pada usia 44 tahun KKSS ada baiknya menampilkan testimoni dari pendiri yang masih ada; Asrul Azis Taba, para mantan Ketua Umum Beddu Amang, Hasanuddin Massaile, Jenderal Abdul Rivai, Sattar Taba, sekjen H.A. Pawenei, Ulla Nuchrawati dan Muchlis Patahna.
Pengorbanan 40.000 Jiwa
BUKAN saja karena jumlah banyaknya korban jiwa dalam mempertahankan Kemerdekaan 17 Agustus 1945 akan tetapi nilai-nilai kejuangan rakyat di Sulawesi Selatan itu yang perlu dihayati bagi generasi saat ini.
Apa arti kemerdekaan yang asasi bebas dari segala bentuk penjajahan secara politik ekonomi dan kebudayaan.
Adakah kita sudah merdeka dari Trisakti yang didengungkan oleh Proklamator Bung Karno. 11 Desember 2020 tetap penting diperingati oleh kita/KKSS sebagai hari berkabung, sama pentingnya dengan peringatan 10 Nopember hari Pahlawan Nasional.
Beranda inspirasi Ciliwung 7 September 2020