Film Lyora, Kisah Meutya Hafid dalam Menjemput Buah Hati

0
167
- Advertisement -

PINISI.co.id- Di tengah gempuran film-film horor yang mendominasi layar bioskop tanah air, hadir sebuah karya berjudul Lyora. Film drama ini menyuguhkan kisah nyata perjuangan seorang tokoh perempuan Indonesia, Meutya Hafid; sosok politisi Golkar yang kini menjabat sebagai Menteri Komunikasi dan Digital.

Bagi masyarakat Sulawesi Selatan, nama Meutya bukan sekadar dikenal di panggung politik. Ia juga tercatat sebagai Anggota Dewan Penasehat Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS), sekaligus putri dari Anwar Hafid, mantan Sekjen BPP KKSS pada era kepemimpinan Beddu Amang. Dengan latar belakang keluarga yang kental dengan nilai pengabdian dan perjuangan, Meutya melanjutkan jejak tersebut dalam jalur yang berbeda, yaitu politik dan pelayanan publik.

Namun, Lyora tidak bercerita tentang panggung politik, jabatan, atau sorotan publik. Film berdurasi 90 menit ini justru mengajak penonton menyingkap sisi paling personal dari kehidupan Meutya: pergulatan batinnya sebagai seorang perempuan yang mendambakan keturunan.

Meutya Hafid (tiga dari kanan) menyambut penonton yang menyaksikan kisah nyata terkait perjuanggnya salam mendapatkan momongan di Plaza Senayan XXI, Jakarta, kemarin.

Bersama sang suami, Fajri, Meutya menjalani kehidupan rumah tangga yang tampak sempurna: mapan, harmonis, saling mendukung satu sama lain. Ia dikenal sebagai sosok perempuan karier yang tangguh, sukses, sekaligus berdedikasi tinggi pada pekerjaan dan pelayanan. Namun, di balik pencapaian itu, ada kerinduan mendalam yang tak kunjung terwujud — kehadiran buah hati.

Upaya demi upaya mereka tempuh. Mulai dari terapi hormon, inseminasi, program bayi tabung, hingga metode alternatif yang dipercaya masyarakat. Namun, hasilnya kerap tak sesuai harapan. Pertanyaan klise, “Kapan punya anak?”, menjadi bayang-bayang yang terus menghantui, seakan menambah luka di hati.

Penderitaan itu mencapai puncaknya ketika Meutya harus mengalami tiga kali keguguran dalam satu tahun. Perasaan kehilangan, rasa bersalah, hingga hampir putus asa, mewarnai perjalanan mereka. Tetapi di tengah badai itu, Meutya dan Fajri tetap saling menguatkan, menghadapi ketidakpastian dengan ketabahan dan doa.

Film Lyora kemudian menjadi medium yang bukan hanya merekam kisah pribadi, melainkan juga cermin bagi banyak pasangan yang tengah berjuang menghadapi ujian serupa.

Pada acara nonton bareng di Plaza Senayan XXI (Senin, 18/8) film ini mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan. Hadir di antaranya Andi Jamaro Dulung (Wakil Ketua Umum), Lyli Amalia Sakurapa (Waketum KKSS),  Sekjen IWSS Andi Sri Awan, Ketua Umum IWSS Andi Nurhiyari, dan warga KKSS lainnya. Dalam suasana hangat dan haru, Nurhiyari mengingatkan para perempuan agar tetap optimis dalam memainkan peran domestik, termasuk dalam menanti kehadiran anak.

Meutya sendiri, dalam sambutannya, menyampaikan pesan, “Jangan lekas menyerah, tetap semangat, dan terus berdoa. Perjuangan ini bukan hanya tentang memperoleh momongan, tetapi tentang bagaimana kita memaknai kesabaran.”

Lebih dari sekadar film, Lyora adalah kisah nyata tentang harapan, dan kekuatan cinta. Sebuah cerita yang menyingkap sisi lain dari seorang Meutya sekaligus menyapa hati para penonton dengan pesan universal, bahwa setiap perjalanan hidup, betapapun pahitnya, selalu mengandung harapan. (Lif)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here