Frederik Batong: 230 Warga Toraja Telah Dipulangkan, Sesama Papua Juga Dibantai

0
3792
Ketua Perhimpunan Masyarakat Toraja Frederik Batong
- Advertisement -

PINISI.co.id — Ketua Umum Perhimpunan Masyarakat Toraja (PMT) Frederik Batong mengatakan sampai kemarin sudah 230 warga KKSS asal Toraja dipulangkan ke kampung halamannya di Tana Toraja, menyusul kerusuhan yang meluluhlantakkan Wamena, Papua 23 September lalu. Rinciannya, 140 pengungsi diangkut dengan kapal Ceremai milik Pelni, sedangkan pesawat Hercules milik TNI AU menerbangkan 90  penumpang dari Jayapura, Rabu (2/10/2019) .

“Kita memulangkan sementara ke kampungnya untuk menghilangkan trauma. Dari Makassar para pengungsi kemudian diangkut dengan bis ke kampung halamannya masing-masing. Kalau situasi sudah pulih benar, maka kita kembali ke Papua untuk memulai lagi dari nol,” kata Batong kepada PINISI.co.id. 

Dari data lapangan, PMT mencatat, warga Toraja yang mengungsi ke Jayapura sebanyak 300 jiwa. Di kota Jayapura mereka diungsikan ke rumah tongkonan —  rumah adat Toraja yang bisa menampung hingga 1.000 orang.

Menurut Batong, warga Toraja di Wamena berjumlah sekitar 5.000 jiwa, dan merupakan generasi kedua yang bekerja di berbagai bidang seperti menjadi guru. Banyak sekolah-sekolah yang rusak dan dibakar. “Rumah dan ruko dibumihanguskan sehingga hanya sedikit bangunan yang tersisa buat warga,” kata Batong yang juga Wakil Ketua Umum KKSS.

Sampai kemarin HMT mendata warga Toraja yang meninggal berjumlah lima orang, sementara yang mengungsi di Kodim Wamena, sebanyak 1152 orang. “Bukan saja warga pendatang yang dihabisi namun sesama orang Papua juga dibantai. Orang Papua turun dari pegunungan menuju kota dan mereka membunuh saudaranya sendiri sesama Papua yang tinggal di wilayah pesisir,” ujar Batong sedih.

- Advertisement -

Sekitar 80.000 jiwa warga Toraja tersebar di berbagai kawasan di Papua dan Papua Barat.  Di Wamena, orang-orang Toraja dikenal sebagai pekerja ulet. Jika orang Bugis bekerja sebagai pedagang, sebaliknya orang Toraja lebih banyak yang menjadi guru, atau pegawai daerah dan pekerja konstruksi. “Warga kita trauma, karena kehilangan rumah, harta benda, dan kerabat. Dibutuhkan waktu lama untuk memulihkan kondisi ini,” katanya lagi.

Ketua KKSS Papua, Mansur yang berada di Wamena kesulitan membeli barang kebutuhan pokok sehari-hari lantaran masih banyak toko yang tutup. “Walaupun  Polri dan TNI menjamin keamanan, warga masih belum berani beraktivitas,” ungkap Mansur.

Mansur dan Batong setiap saat berkoordinasi untuk menangani pengungsi warga KKSS yang berjumlah ribuan orang.  

“Karena itu kita harus tingkatkan sumbangan untuk Papua. Saatnya kita membantu saudara-saudara kita, dan mari kita keluarkan lagi rejeki yang dititip di saku kita untuk warga yang terkena musibah,” harap Batong yang ditunjuk sebagai Koordinator Tanggap Darurat untuk Wamena.

(M. Alif)        

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here