PINISI.co.id- Untuk meningkatkan budaya baca dan daya baca di tengah masyarakat, Sipil Institute Jakarta dan penerbit Elfatih Media Insani menggagas gerakan literasi “Kado Buku untuk Sahabat”. Target utamanya bagaimana orang tua membiasakan memberi kado buku pada hari ulang tahun putra putrinya. Bagaimana sahabat mengapresiasi, menghormati, dan berterimakasih kepada sahabatnya dengan memberi bingkisan buku. Gerakan literasi ini menjadi penting, karena buku laksana “peta” penunjuk arah letak harta karun masa depan.
Menurut founder Sipil Institute Jakarta bapak Ruslan Ismail Mage (RIM), sesungguhnya semua elemen masyarakat khususnya para orang tua penting mendukung gerakan literasi ini. Terlebih dengan serbuan media sosial yang hampir merampas semua waktu anak-anak untuk membaca buku. Kalau kita diam, bisa jadi buku-buku sebagai sumber utama ilmu pengetahun tidak tersentuh dan akhirnya menjadi tidak lebih dari sekedar sampah tak bernilai. Kalau dibiarkan dan tidak melakukan apa-apa, maka tanpa kita sadari telah melakukan kejahatan. Sebagaimana dikatakan Joseph Brodsky, penyair Uni Soviet-Amerika Serikat, pemenang Nobel Sastra tahun 1987 bahwa, “Membakar buku adalah sebuah kejahatan, tetapi ada yang lebih jahat daripada membakar buku, yaitu tidak membaca buku.”
Penggagas “Kado Buku untuk Sahabat” ini mensinyalir semakin menyatunya generasi milenial dalam dunia digital, bukan berarti menjanjikan banyak harapan lahirnya generasi cerdas petarung masa depan. Menurutnya, kultur media sosial bisa saja membangkitkan budaya baca tetapi tidak memicu meningkatnya daya baca. Artinya anak-anak milenial hanya terbiasa membaca tulisan-tulisan pendek (status), membaca berita atau informasi singkat di media sosial yang hanya menampilkan permukaan saja. Terlebih di internet begitu banyak informasi yang dibutuhkan dalam bentuk ringkasan. Ada ringkasan buku, review buku, ada wikipedia. Akibatnya buku yang secara rinci dan sistematis mengurai begitu banyak ilmu pengetahuan menjadi barang langkah karena membutuhkan daya baca yang tinggi.
Pesan pentingnya menurut akademisi penggerak ini adalah, kurangnya daya baca bisa saja berbanding lurus dengan kurangnya semangat dan daya juang anak-anak dalam mengarungi lautan ilmu tak bertepi. Kurangnya daya juang dalam menantang gelombang kehidupan. Kehidupan tidak semudah dan selunak hidup. Kalau hidup hanya butuh makan, maka kehidupan butuh metal baja, butuh semangat membara, butuh spirit, butuh kemampuan bertahan, butuh daya juang tinggi, butuh daya jangkau dan daya jelajah yang luas.
Sementara itu, “Duta” kado buku untuk sahabat di wikayah Makassar, ibu Abby Onety merasa bersyukur, karena kado buku “Pena Cinta Sang Inspirator” yang dikirim Sipil Institute sudah sampai di tangannya. Ini sekaligus menandakan gerakan literasi kado buku untuk sahabat sudah mulai tersemai di bumi angin mammiri. Buku karya cerdas sang inspirator bang RIM ini mengupas dan merekontruksi ulang petualangan cinta sang pangeran flamboyan bermata elang “Sawerigading” yang narasi aslinya dalam karya sastra terpanjang di dunia “Lagaligo”. Semoga gerakan literasi “Kado Buku untuk Sahabat” di Makassar bisa menginspirasi para orang tua, sahabat, kekasih, menjadikan buku sebagai kado atau bingkisan terindah untuk orang-orang yang kita cintai, sayangi, dan hormati. (dika)