Hikmah Abdul Hamid Husain
Di zaman yang penuh ujian ini, tidak jarang kita mendengar anak tega membunuh orangtuanya demi mendapatkan harta warisan. Ada pula anak-anak yang saling bertengkar, bahkan bermusuhan, hanya karena berebut harta peninggalan orang tua yang telah wafat.
Maka, sebelum kita meninggalkan dunia fana ini dan mewariskan harta kepada ahli waris, marilah kita hayati pesan-pesan Rasuulullaah ﷺ berikut ini.
1. Rasuulullaah ﷺ berwasiat agar berhati-hati dalam mencari nafkah:
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ
لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ.
(رواه البخارى)
“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.”
(HR. Al-Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah RA)
2. Yang paling dahsyat siksanya di alam kubur dan kelak di akhirat adalah:
مصيبة العبد عند موته
يترك ماله كله
ثم يحاسب عليه كله
لا تطمع بجمع ما ليس لك.
(من كلمات الشيخة منى عبد الجابر)
“Sungguh amat celaka dan tersiksanya seseorang, jika setelah meninggal ia meninggalkan harta warisan, karena saat itulah ia harus mempertanggungjawabkan di hadapan Tuhan dari mana harta itu diperoleh. Maka jangan pernah mengambil yang bukan hakmu, dan jangan pernah mencari uang dengan cara-cara haram.”
Contoh, 1. Harta haram yang sangat dahsyat siksanya antara lain menyerobot batas tanah.
Rasuulullaah ﷺ bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم؛
لا ياخذ احد شبرا من الارض بغير حقه الا طوقه الله الى سبع ارضين يوم القيامة.
(متفق عليه والرواية لمسلم)
“Jangan pernah ada seorang pun yang mengambil tanah orang lain walau hanya sejengkal tanpa hak, karena Allaah akan menimpakan dan menjeratnya dengan tujuh lapis bumi kelak di akhirat.”
(Hadits Sahih Muttafaqun ‘Alaih; oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Muslim)
2. Menerima dan memberi risywah (suap, sogokan, atau uang pelicin). Rasuulullaah ﷺ mewanti-wanti bahwa Allah SWT melaknat pemberi, penerima, dan perantaranya:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم الرَّاشِىَ وَالْمُرْتَشِىَ.
Sahabat Abdullah bin ‘Amr RA menuturkan:
“Rasulullah ﷺ melaknat pemberi suap dan penerima suap.” (Hadits Sahih riwayat Al-Imam Ahmad no. 6532, 6778, 6830; Abu Dawud no. 3582; Tirmidzi no. 1337; Ibnu Hibban no. 5077)
Dan ditegaskan lagi:
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ وَالرَّائِشَ يَعْنِي الَّذِي يَمْشِي بَيْنَهُمَا
Sahabat Tsaubaan RA menuturkan bahwa Rasuulullaah ﷺ melaknat pemberi suap, penerima suap, dan perantaranya, yaitu orang yang menghubungkan keduanya.
(Hadits Sahih riwayat Al-Imam Ahmad no. 22452; Ibnu Abi Syaibah no. 21965)
3. Memanfaatkan “kesempatan dalam kesempitan.” Memberi pinjaman bukan untuk menolong, tetapi untuk mencekik. Inilah bagian dari riba, yaitu memberi pinjaman kepada orang yang kesulitan dengan tujuan mengambil keuntungan sebesar-besarnya. Seolah membantu, padahal hakikatnya menjerumuskan.
4. Mengakali timbangan, curang dalam ukuran dan kualitas.
5. Memakan harta anak yatim.
6. Mencari nafkah dengan cara bermaksiat: menipu, menjual diri, memperdagangkan barang-barang terlarang, dan sejenisnya.
7. Berdagang dengan kebohongan dan tanpa amanah.
8. Jika harta diperoleh dengan cara-cara tersebut, lalu diwariskan, maka harta itu akan menjadi sumber petaka. Dosanya akan terus mengalir, menjadi dosa jariyah yang mengejar pemiliknya meskipun ia telah meninggal dunia.
9. Marilah kita bersihkan cara mencari nafkah agar hidup tenang dan damai, serta agar ahli waris kita kelak dapat menikmatinya dengan berkah, bukan menjadikannya sumber malapetaka.
10. Mari kita sucikan harta dengan rajin berinfak, bersedekah, dan menunaikan zakat.
11. Hafalkan dan seringlah membaca doa yang diajarkan Nabi Muhammad ﷺ agar dijauhkan dari harta haram:
اللَّهُمَّ اكْفِني بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Allaahummakfinii bihalaalika ‘an haraamika, waghninii bifadhlika ‘amman siwaaka.”
Artinya:
“Ya Allaah, cukupkanlah aku dengan rezeki yang halal dan jauhkanlah aku dari yang haram, serta cukupkanlah aku dengan karunia-Mu agar aku tidak bergantung pada selain-Mu.” (HR. Tirmidzi no. 3563; Ahmad 1:153; dan Al-Hakim 1:538
Penutup
Marilah kita berdoa dengan doa yang diajarkan Rasuulullaah ﷺ:
اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
Allaahumma a’innaa ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik.
Artinya:
“Ya Allah, bimbinglah kami untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya.”