Hikmah Abdul Hamid Husain
Di zaman ini, kezaliman sering dilakukan secara terang-terangan. Pelakunya bahkan berani menampilkan diri di hadapan orang ramai dengan senyum dan kegembiraan, meski di balik itu tersimpan kebohongan dan kemungkaran.
Sungguh, pelaku kezaliman, dan mereka yang berpihak atau bersimpati kepadanya, akan menanggung akibatnya. Cepat atau lambat, mereka akan terpuruk dan menderita. Siksa kubur dan api neraka pun menanti.
Ingatlah, orang zalim dan para simpatisannya tidak akan mendapatkan ampunan Allaah sebelum orang yang dizalimi memaafkannya.
Firman Allaah SWT:
وَلَا تَرۡكَنُوۤا۟ إِلَى ٱلَّذِینَ ظَلَمُوا۟ فَتَمَسَّكُمُ ٱلنَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ مِنۡ أَوۡلِیَاۤءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ (هود: ١١٣)
“Janganlah kalian condong atau menjadi pendukung orang-orang zalim, karena kalian akan tersentuh api neraka. Dan sekali-kali tidak ada bagi kalian pelindung selain Allaah, lalu kalian pun tidak akan mendapatkan pertolongan.” (QS Hud: 113)
Kisah Nyata
Fatwa Imam Sufyân Ats-Tsaurî
Seorang tukang jahit datang kepada beliau dan bertanya, “Saya menjahit pakaian untuk para penguasa. Apakah saya termasuk membantu orang-orang zalim?”
Beliau menjawab, “Engkau adalah pelaku kezaliman itu sendiri. Adapun yang membantu orang zalim adalah mereka yang menjual jarum dan benang kepadamu.”
Jawaban Imam Ahmad bin Hanbal
Diriwayatkan oleh Imam Abu Bakar Al-Marwadzî: Saat Imam Ahmad dipenjara, seorang penjaga penjara bertanya:
“Apakah hadits tentang orang-orang zalim dan para pembantunya sahih?”
Beliau menjawab: “Ya.”
Penjaga itu bertanya lagi:
“Apakah aku termasuk pembantu orang-orang zalim?”
Imam Ahmad menjawab:
“Pembantu orang zalim adalah mereka yang mencukur rambutmu, mencuci pakaianmu, menyiapkan makananmu, atau berdagang denganmu. Sedangkan engkau adalah orang zalim itu sendiri.”
Teguran Ibnu Taimiyah kepada Algojo
Di penjara Damaskus, seorang algojo berkata kepada Ibnu Taimiyah, “Maafkan saya, wahai guru, saya hanya menjalankan perintah.”
Beliau menjawab, “Demi Allaah, kalau bukan karena engkau, mereka tidak akan mampu berbuat kezaliman.”
Poin Penting
1. Waspadalah! Jangan sampai menjadi bagian dari orang zalim, membantu, atau berpihak kepadanya.
2. Agama memerintahkan untuk mencegah kemungkaran. Jika tidak mampu, maka minimal jangan ikut mendukung.
Rasuulullaah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ ﷺ يَقُوْلُ: “Siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangan (kekuasaan)nya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman.” (HR Muslim No. 49)
3. Agar terhindar dari kezaliman, amalkan doa ini setiap selesai shalat fardhu:
> يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ، أَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ، وَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ
“Wahai Allaah Yang Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh urusanku, dan jangan biarkan aku bergantung pada diriku sendiri walau sekejap mata.”
Mari kita berdoa sebagaimana diajarkan Rasuulullaah ﷺ: اللَّهُمَّ أَعِنَّا عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya Allaah, bimbinglah kami untuk selalu mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan sebaik-baiknya kepada-Mu.”