I La Galigo, Kitab Bugis Kuno Pedoman Hidup Manusia Bugis

0
2922
- Advertisement -

Catatan Andi Wahida Tuan Guru Sulaiman

TIDAK perlu diperdebatkan karena Batara Guru itu dalam Kitab I La Galigo bukan hanya milik Sulawesi, tetapi juga Jawa, Kalimantan dan Sumatera.

Koq bisa ?

Karena Batara Guru adalah generasi ke 5 dari Nabi Syits as bin Adam as. Nabi Syits as yang diwasiatkan menjaga Nur Muhammad.

Sebelum melangkah bedakan Batara Guru versi Jawa dan Batara Guru versi Sulawesi dalam hal ini Bugis, karena ditulis dalam bahasa Bugis Kuno.

- Advertisement -

Aksara Bugis / Aksara Lontara atau disebut juga Aksara Sulapa Eppa adalah aksara yang digunakan dalam lontara
I La Galigo. Bukan hanya Lontaranya mengandung makna dan mantera tetapi juga aksaranya mengandung simbol.

Batara Guru versi Jawa adalah Sang Hyang Manikmaya sedang Batara Guru versi Bugis dikenal sebagai Sang Hyang Ismoyo dan di Sumatera dikenal Debata Pane Na Bolon. Sang Hyang Ismoyo dikenal juga sebagai Semar, Sabdo Palon dll.

Agar ceritera I La Galigo dapat dipahami dengan benar maka bedakan zamannya, karena kalau dibuat zaman Tau Manurung abad 9 – 10 maka Kitab ini jadi perdebatan dan akan dianggap epos sebagaimana sekarang.

Mari kita sama – sama mengurainya semoga ALLAH memberi jalan-Nya.

Untuk mengurai Batara Guru yang benar kita juga mencari kisah lainnya untuk melengkapi yang sudah ada karena Batara Guru muncul 4 – 5 kali di zaman yang berbeda, yaitu :

  1. Batara Guru
    zaman Nabi Idris as.
  2. Batara Guru zaman Nabi Sulaiman keturunan Nabi Ilyas as.
  3. Batara Guru zaman Nabi Muhammad SAW di abad 6 – 7

4,5. Batara Guru zaman Tau Manurung abad 9, 10an.

Sedang nama Sawerigading yang ada di Kitab I La Galigo muncul 2 – 3 kali di zaman berbeda, yaitu :

  1. Sawerigading zaman Nabi Sulaiman, as.
  2. Sawerigading zaman Baginda Nabi Muhammad SAW abad 6 – 7.
  3. Sawerigading zaman Tau Manurung abad 9 – 10.

Adakah orang yang begitu panjang usianya ?

Ada.

Kita lanjut tentang kisahnya.

Dulu manusia bisa kawin mawin dengan jin.

Mengenal Silsilah Batara Guru dan kelahirannya.

Rupa Nabi Syith, as sangat mirip dengan rupa Nabi Adam as dan menjadi satu-satunya manusia yang memiliki kebijaksanaan terhebat sepanjang masa.

Begitu mengasihinya Nabi Adam as meminta pada Yang Maha Esa supaya kelak keturunan Syits diizinkan menjadi penguasa atas keturunan saudara-saudaranya.

Saat berdoa, Jin Ngajajil (Iblis) ternyata mencuri dengar. Ngajajil paham, bila doa Nabi Adam as akan selalu didengar dan dikabulkan Yang Maha Esa. Seketika itu pula, tumbuh keinginan Ngajajil untuk mencampurkan darah keturunannya dengan darah keturunan Syits.

Malaikat Ngajajil terus mengintai Syith dan menunggu kesempatan mencampurkan darah keturunannya. Maka ketika Syits menikah dengan #Dewi_Mulat, pada suatu malam, Dewi Mulat di-sirep, diambil Ngajajil, lalu keberadaannya digantikan putrinya, #Dewi_Dlajah, yang telah beralih rupa menjadi Dewi Mulat.

Setelah dibuahi, Malaikat Ngajajil langsung mengangkat Dewi Dlajah dan mengembalikan Dewi Mulat.

Pada suatu pagi, Dewi Mulat melahirkan dua orang anak; satu berwujud laki-laki normal dan satunya berupa cahaya berkilauan (kasat mata). Sore harinya Dewi Dlajah juga melahirkan, wujudnya berupa gumpalan darah yang berkilauan. Oleh Malaikat Ngajajil, gumpalan darah berkilauan itu disatukan cahaya berkilauan anak Dewi Mulat. Dari hasil penggabungan itu, muncullah seorang anak laki-laki yang cakap. #Anak_Dewi_Mulat diberi nama #Sayid_Anwas, sedang anak campuran Dewi Mulat dan Dewi Dlajah diberi nama #Sayid_Anwar.

Sayid Anwas / Nabi Anwas as maupun Sayid Anwar / Nabi Anwar as memiliki rupa yang sangat tampan. Sayid Anwas besar dalam perlindungan Adam, sedang Sayid Anwar besar dalam asuhan Ngajajil. Sebagai keturunan yang terberkati, keduanya memiliki kemampuan yang sama-sama hebat. Bedanya, Sayid Anwas gemar mempelajari ilmu #agama, sedang Sayid Anwar gemar #tirakat dan #bertapa.

Dang Hyang SEMAR – Jawa, / Batara Guru – Bugis (Sanghyang ISMAYA) itu berada pada urutan ke-6 setelah Nabi SYITS as (Sanghyang Ismaya bin Sanghyang Tunggal bin Sanghyang Wenang bin Sanghyang Nurasa bin Sanghyang Anwar (Nurcahya) bin Nabi Syits as bin Nabi Adam as) sedangkan pada silsilah sisi kiri berada pada urutan ke-6 adalah Nabi IDRIS as (Nabi Idris as bin Yarid bin Mahlail bin Qinan bin Anwas bin Nabi Syits as bin Nabi Adam as). Artinya Danghyang SEMAR (Sanghyang ISMAYA) ini hidup sezaman dengan Nabi IDRIS as (dengan asumsi jika urutan umur dalam silsilah persis loh ya atau sekitar itu lah).

Sehingga dengan demikian ATLANTIS diperkirakan ada pada zaman Nabi IDRIS as dan Danghyang SEMAR (Sanghyang ISMAYA) ini. Bukankah dalam riwayat Hadits Rasulullah as digambarkan bahwa umat Nabi IDRIS as sudah makmur dan maju dan ilmu pengetahuan pada zaman Nabi IDRIS as berkembang begitu pesatnya. Namun kemudian diturunkan masa-masa paceklik dan penderitaan kemudian Berangsur-angsur semakin memburuk.

Nah Jika Danghyang SEMAR (Sanghyang ISMAYA) bisa demikian panjang umur saat bertemu Syekh Subakir, maka apakah dia termasuk golongan manusia abadi? Jawabnya karena Danghyang SEMAR (Sanghyang ISMAYA) adalah keturunan Sang Hyang Anwar dan Putri Jin bernama Nurrini yg merupakan putri dari Raja Jin Prabu Nurhadi bin Prabu Wenus Andakara.

Nah dari keduanya Nabi Anwar as dan Nabi Anwas as menurunkan Raja2 dan Pemangku Agama di Nusantara. Keturunan inilah menjadi keturunan Super dan dikenal berdarah putih.

Kisah dimulai di I La Galigo. Kedatuan Luu dan Kedatuan Cina.

Sawerigading dari Kedatuan Luu menikah dengan We Cudai dari Kedatuan Cina ( Terlampir foto makam We Cudai, tempat ditanam Ari2 La Galigo, peta Cina di Pammana Kab Wajo kini ).

Sebaiknya menelitinya jangan di Luu sekarang Luwu saja, tetapi juga di Cina sekarang Pammana dan tempat2 yang ada di Lontara I La Galigo, seperti Wage, Addewatang tempat turunnya Batara Guru. Supaya tidak gagal paham, sehingga sering terlontar tuduhan2 yang tak semestinya. Baik Luu dan Cina Ugi artefak bisa ditemukan dalam bentuk lontara seperti Meong Palo,Lontara Purakani, artefak Batu Moppang, simbol dll.

Collie Pojie mengambil naskah yang tersebar dan semua itu disebut berbahasa Bugis Kuno, orang Bugis menyebutnya Galigo.

Umumnya diambil di Wajo, Soppeng, Luu, Bone, Massenrempulu, mungkin juga di Toraja dan Makassar dan semuanya berbahasa Bugis Kuno.

Ada yang berbahasa ; Makassar, Toraja, Tae, Mandar, Konjo dan lain lain silahkan saja sebagai bagian dari kisah I La Galigo disertai artefaknya.

Membahasnya sebagai jalan keluar dalam mencari kebenaran Siapakah Batara Guru, Sawerigading dan We Cudai isteri Sawerigading.

We Cudai Daeng ri Sompa Putri dari Datu Cina / Opunna Cina yang Negerinya sekarang bernama Pammana terletak diKab Wajo Sulawesi Selatan bukan China atau Tiongkok.

Lamanya perjalanan jangan dilihat dari jarak wilayahnya sehingga membutuhkan waktu berbulan – bulan untuk sampai, itu dikarenakan Sawerigading harus melewati beberapa Negeri dengan armada yang besar dan pertempuran serta ujian untuk mencapai Negeri Cina Ugi.

Untuk semua itu, kita perlu diskusikan lebih konferhensif dalam memperkuat refrensinya.

Catatan ini disampaikan pada Kita semua sesuai dengan apa yang saya fahami secara intuitif.

I La Galigo bukan hanya Kitab tetapi juga sejarah dan Raja – raja Bugis umumnya Silsilahnya tersambung pada Batara Guru.

Wallahu ‘alam bishshawab kebenaran hanya milik ALLAH.I La

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here