PINISI.co.id- Sepeninggal istrinya beberapa tahun lewat, Marmin Majid Pontoh tampak lebih religius dan menjadi lelaki pendiam. Tidak seperti biasanya, jebolan 75 PPSP IKIP Ujungpandang ini, berubah drastis dan kelihatan makin bijak dan bajik. Ia cenderung menahan diri seraya sesekali mengumbar senyum tipis manakala mendengar celetukan para yuniornya di DAJ Jabodetabek.
Marmin yang kerap melempar humor dan candaan yang erotis, tidak lagi pernah kita dapatkan darinya. Kalaupun berbicara seperlunya saja, dan ia lebih banyak menjadi pendengar pasif.
Agaknya sejak jantung hatinya wafat, Marmin benar-benar merasa kehilangan orang yang begitu dicintainya. Maklum, butuh waktu lama untuk menerima kenyataan ini. Tidak mudah ia dapat mengatur rasa sedihnya. Karena itu dengan banyak meluangkan waktu untuk bersilaturahmi dan jalan-jalan, sebagaimana acara Jokka-jokka DAJ Jabodetabek 3 Maret lalu di Kota Yogyakarta, adalah relaksasi yang menyegarkan.
Tidak ada batasan waktu berduka harus sampai kapan, sejauh tergantung pribadi seseorang. Namun kelihatannya buat Marmin, ia begitu menghayati kehilangan dalam sedu sedan yang panjang.
Itulah sebabnya ketika DAJ menggelar famili gathering di Sentul, Bogor, 13 November 2021, Marmin bebar-benar menjadi lelaki dingin dan penyendiri. Berbeda saat DAJ ke Lembang Bandung, saat sang istri masih hidup, Marmin tak pernah luput dari banyolan-banyolan yang penuh senda gurau dan sedikit seronok. Tanggapannya sering tak terduga.
Terakhir sewaktu ke Yogyakarta, Marmin bergeming saat digoda oleh adik-adiknya dalam perjalanan bis yang menyenangkan. Ia duduk terpaku dan hanya senyam senyum belaka. Humornya yang ditunggu-tunggu tak pernah lagi terlontar darinya. Ia sungguh menjadi seorang yang alim.
“Akhir Mei 2023 nanti, kami akan ke Yogya lagi,” ujarnya waktu itu.
Usai shalat Subuh berjamaah di mushalla penginapan DAJ, Marmin memberi kultum bahwa DAJ harus sesering mungkin melakukan silaturahim dan merawat nilai-nilai kekeluargaan. “Budayakan usai shalat berjamaah ada kultum di mana kita bisa saling berbagi kebaikan,” katanya berwasiat.
Hal sama diucapkan Marmin saat shalat Subuh berjamaah di Lembang Bandung beberapa tahun lalu. “Selain hura-hura, jangan lupa saling mengingatkan,” katanya.
Dalam berbagi cerita, Marmin mengenang dirinya sebagai penangkap ikan yang ulung. Saat itu ia menjadi nakoda kapal ikan yang memburu ikan-ikan tuna untuk diekspor ke Jepang.
“Kalau kita berhasil menangkap ikan tuna sirip biru selesai sudah perburuan. Satu ekor harganya bisa miliaran,” kenangnya sumringah.
Seperti diketahui harga ikan tuna sirip biru di Jepang bisa dibandrol lima miliar seekornya bahkan lebih dalam sebuah lelang.
Seperti Lelaki Tua dan Laut ( The Old Man and the Sea ) dalam cerita Ernest Hemingway, Marmin berburu ikan hingga ke laut lepas dan bergulat dengannya dalam pertarungan yang hebat dan melelahkan.
Namun, kini lelaki berjenggot itu telah tiada dan kembali ke Ilahi menyusul istrinya, dan dua sahabatnya di DAJ yang telah lebih dulu menunggu di surga. Bachran Mile dan Nurdin Arsyad, masing-masing berpulang pada 5 dan 12 April 2023.
Rupanya di Kota Gudeg itu, Sang Pencipta memanggilnya pada Sabtu malam, 27 Mei sebelum hari berganti pagi.
(Alif we Onggang)