Kolom Fiam Mustamin
MENYADARI bahwa negeri ini terbangun dari sebuah proses sejarah perjalanan panjang yang dimulai dari era kerajaan di Nusantara. Pra Islam kesultanan yang meleburkan/menyatukan hukum adat ke syariat Islam sekitar abad ke-16.
Sebut beberapa kerajaan / kesultanan dimana raja yang memeluk / menerima Islam sebagai agamanya. Seperti Pasai Aceh, Deli, Pagar Uyung, Sriwijaya Palembang, Siak Riau, Dan Lampung di Sumatera. Kerajaan Goa, Tallo, Luwu, Wajo, Bone, Soppeng, Mandar, Bulu Kumba dan Buton di Sulawesi. Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku, Jogjakarta, Surakarta, Mataram, Banten, dan Cirebon di Jawa. Mempawa, Banjar, dan Kutai Kartanegara di Kalimantan serta Bima di Nusa Tenggara.
Nama kerajaan tersebut memiliki budaya dan kearifan dalam tata kepemimpinan/ pemerintahan antara lain dicontohkan dalam kepemimpinan di tanah Bugis yang dikenal dengan falsafah Sulapa Empat (Empat Sifat) yang dikembangkan oleh raja Arung Matoa Matinroa Rikananna yang memerintah di sekitar awal abad ke 16.
Bahwa individu yang cocok untuk memimpin itu haruslah memiliki empat sifat yang diuraikan oleh Prof. Dr. Mashadi Said dalam bukunya Jati Diri Manusia Bugis, Juni 2016.
Adapun empat sifat itu adalah:
1. Jujur, yaitu jika bersalah atau dipersalahkan dia minta maaf.
2. Berpengetahuan, Yaitu mampu melihat kemungkinan akibat yang akan terjadi suatu kebijakan dan menjadikan kejadian yang telah lampau sebagai soko guru yang baik.
3. Memiliki keberanian moral, yaitu tidak terkejut apabila mendengar berita buruk / baik dan mampu menyatakan “iya” atau “Tidak”.
4. Pemurah, yaitu memberikan minuman siang dan malam. Artinya, mampu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya.
Pemimpin demikian disebut “Mattumpuk Batu” (Pemimpin yang mampu memakmurkan rakyatnya). Hanya apabila tidak tertidur matanya, siang dan malam memikirkan rakyatnya dia disebut pemimpin (Abidin, 1969 : 25).
Selain tahta kepemimpinan/ pemeritahan di kerajaan juga dikenal adanya pedoman kehidupan adat istiadat, tata cara bercocok tanam pertanian, pelayaran dan perikanan, perniagaan barang dan ekspresi berkesenian.
Dengan unsur unsur kearifan itulah tercipta Pemerintahan Kerajaan yang kemudian lahirnya faham Kesadaran untuk Berbangsa dan Bernegara ( pergerakan kebangsaan Boedi Oetomo 1908). Seterusnya dengan ikrar Sumpah Pemuda : Satu Nusa satu Bangsa, satu Bahasa dan satu Tanah Air, Indonesia sampai ke perjuangan Kemedrdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Indonesia Yang Beragam
INDONESIA adalah negara kepulauan terbesar dengan 17.000 pulau, berpenduduk terbesar ketiga sebesar 270 Juta jiwa saat ini. Lanjut memiliki 1.128 Suku-suku dari 300 kelompok etnik dan 360 ragam bahasa.
Sementara itu Indonesia itu juga memiliki Kelembagaan Agama dan peradaban yang berbasis di masjid untuk komunitas Islam, pura untuk komunitas Hindu dan Budha dan klenteng untuk komunitas Cina.
Selain itu, tumbuh kehidupan peradaban yang terbangun di Pendopo dan Balai Rung untuk komunitas Jawa, Rumah Gadang dan Nagari untuk komunitas Minang, Baruga dan Saoraja untuk komunitas Bugis dan Makassar dan seterusnya di masing-masing komunitas yang ada di Nusantara.
Kebesaran keragaman ini menjadi sebuah anugerah, potensi yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Keragaman ini hendaknya menjadi kekuatan sebuah bangsa yang bernilai dari sumber daya alam yang luas yang berada di posisi garis khatulistiwa. Memiliki sumber daya energi, mineral, hewan dan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam yang memerlukan perawatan dan pengelolaan untuk kemaslahatan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat.
Selain itu, Indonesia juga dikenal dengan sumber daya alam dan budaya bangsa yang memiliiki nilai potensi Pariwisata yang berkualitas (Indonesia Wonderful World) menjadi tujuan (Destinasi wisata dunia).
Semua itu hendaknya diperuntukan bagi kemaslahatan dengan kesiapan sumber daya manusia yang memumpuni yang memerlukan suasana kehidupan politik dan pemerintahan yang kondusif untuk stabilitas keamanan Bangsa dan Negara.
Karena itu, semua hal yang merongrong dan menjadi ancaman yang mengacaukan jalannya pemerintahan yang amanah untuk kemaslahatan rakyat perlu dihadapi bersama.
Kita perlu kestabilan politik dan keamanan negara untuk bersama membangun bangsa yang Bermatabat dan Berkesejahteraan.
Ancaman nyata yang dihadapi oleh bangsa dengan hadirnya faham radikalisme yang memaksakan kehendak, penyebaran ucapan ujaran kebencian yang mengadu domba dan tidak mempercayai pemerintahan. Demikian pula ancaman terorisme yang terencana atas nama gerakan agama masih terus membayang dan menjadi bahaya laten adanya penyebaran dan pengguna narkoba yang melanda dunia serta merusak masa depan generasi bangsa.
Mari kita teguh bersatu untuk menegakkan al Amar bin Maruf wa Nakhyu Anil Munkar dan berfastabikul Khaira untuk kejayaan Bangsa dan Negar
Kita songsong tahun baru 2021 dengan penuh keyakinan dan optimisme.
Selamat Natal dan Gong Xi Phai Chai.
Beranda Inspirasi Ciliwung 25 Desember 2020