PINISI.co.id- Nurdiana Kasim, nama penanya Alfatihah merupakan novelis dari Negeri Timur, Kota Bulukumba, tepatnya di Kelurahan Tanah Beru, tempat dimana perahu pinisi diabadikan.
Karakter introvert dan sedikit blak-blakan jika bertemu dengan manusia se-sinyal, yang kini telah memuncratkan kata-katanya menjadi sebuah inspirasi dan motivasi untuk semua generasi di berbagai kalangan.
Mulai berkawan pena dan dikenal sebagai penulis yang kalem di tahun 2012. Terbitlah novel yang berjudul Sepotong Kain Menuju Hijrah tahun 2017, menyusul “Virus Merah Jambu” pada bulan ini. Penggunaan bahasa menarik yang mampu menghipnotis pembacanya.
Menurut Nurdiana, membaca itu harus pakai hati, sehingga kita mampu menjadi pemeran dari cerita tersebut.
“Sebuah kutipan jangan salah paham padaku, hamba ingin hidup 1000 tahun lagi. Makna yang tersirat dari kutipan tersebut adalah jika ingin hidup meski jasad telah tiada, maka menulislah,” kata Nurdiana, saat obrolan dengan PINISI.co.id, Senin (5/4/2021).
Lanjut Nurdiana mengatakan bahwa dua novel fiksi yang ditulis mengisahkan tentang anak remaja dan keterlibatan orang tua, bagaimana bertoleransi dengan pergaulan mereka yang kadang mengaktifkan kerja emosional diatas normal, tentang ilmu dan hijrahnya pemeran dalam kisah dan pastinya tentang “cinta” yang selalu menjadi tema terhangat disetiap musim.
“Novel yang ditulis dapat menjadi spirit.Bukan hanya dilirik tapi dapat apresiasi berbagai kalangan. Semoga kehadiran novel ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca,” tutupnya.
Jika berminat bisa langsung menghubungi nomor kontak penulis Nurdiana melalui WhatsApp 085757740194.
(Alfian Salassa)