Ketua RT 008 Bang Darsa Berpulang, Doa dan Cucuran Air Mata Mengalir

0
1544
- Advertisement -

PINISI.co.id- Dasa Warsa Bin Matamin, 57 tahun, akrab disapa Bang Darsa adalah segelintir orang yang dipuji puja di negeri ini, sekalipun di lingkungan terbatas. Hari ini, di Bilangan Pertani Duren Tiga Pancoran, linangan, cucuran air mata tak kuasa terbendung pada orang yang pernah berinteraksi dengannya. Bang Darsa berpulang tadi pagi, Senin 8 Agustus 2022. Kehilangan Bang Darsa membawa duka yang cukup dalam.

Pengumuman di beberapa masjid dan musollah bersambut. Berpulangnya sang Ketua RT 008/RW 03 di bilangan Pertani Kelurahan Duren Tiga Pancoran Jakarta.

Marni asisten di rumah berlari kecil menghampiri menangis tersedu-sedu…

“Ibu, Bang Darsa meninggal. Ibu Bang Darsa meninggal,” isak tangis Marni memeluk pundak saya sambil menenggerkan kepalanya.

“Ya Allah, Bang Darsa baik banget,” lanjut Marni…

- Advertisement -

Setelah Marni puas menangis. Ia melanjutkan cuci piring sembari minta izin lebih cepat pulang.

Marni juga menyampaikan, anaknya Bang Darsa minta saya sampaikan ke ibu kalau Bang Darsa sakit. Eh, sudah keburu meninggal.

Tak lama kemudian, saya beranjak keluar melihat suasana sekitar. Mama Ines juga sudah menangis tersedu-sedu sambil bercerita tentang kebaikan Bang Darsa.

“Bang Darsa orangnya baik banget, jujur, pokoe jujur, suka nolong orang,” isak Mama Ines asal Solo mengaku mengenal Bang Darsa sekitar 40 tahun.

Mpok Ani juga menimpali dengan mata berlinang, orangnya baik banget, nyapa orang dan suka bercanda.

Bang Darsa bukanlah Ketua RT di tempat tinggal saya…hanya tetangga RT. Betul apa yang dirasakan orang…kehilangan mendalam. Haji Ayo yang ditanya, sulit berucap banyak. Singkat, orangnya baik. Begitupun lainnya, hampir serempak jawabannya. “Bang Darsa orangnya baik.”

Namanya cukup dikenal di wilayahnya. Saya pun mendengar kepulangannya, rasanya kehilangan sosok pemimpin besar. Air mata sayapun berlinang sembari mengirim doa untuk almarhum.

Sosok Jujur dan Tanggung Jawab

Tubuh tinggi dan gempal. Jalannya tegap. Darsa rajin menyapa siapa saja yang berpapasan dengannya. Mampir ngobrol, dll. Sosok humanis.

Darsa juga dipercaya di BUMN Pertani sebagai pengamanan.

Di kala ada perhelatan di tingkat provinsi dan bahkan nasional-pileg dan pilpres Bang Darsa tampil berkeliling menyapa. Senyumnya tak pernah lepas.

Masa pandemi mencekam, kala bansos di Republik ini banyak diselewengkan, Darsa tak berpikir untuk dirinya. Ia membagikan dengan rapi kepada semua warganya yang berhak.

Ia adalah pemimpin di level akar rumput yang memegang teguh prinsip keadilan. Tak membedakan warga pendatang dan asli Betawi, apalagi hanya berpikir untuk keluarganya.

“Saya kagak berani Bu, ngambil hak orang. Apalagi bantuan sosial. Ngeri. Alhamdulillah warga saya aman,” kata Darsa suatu hari.

Di saat ada kesulitan bagi warganya, Darsa senantiasa hadir menjadi solusi. Bukan menambah masalah, tapi bagaimana ia memberi layanan terbaik.

Pelayat silih berganti memasuki gang kecil menuju rumah duka. Pejalan kaki, sejumlah motor berjejer rapi…barisan penyambut mulai anak-anak hingga orang dewasa berdiri menyapa.

Darsa bukan hanya keluarga dan warganya yang kehilangan, tapi kami semua yang pernah disapanya juga kehilangan.

Tokoh masyarakat bersama Warga berkumpul untuk melayani akhir perjalanan Bang Darsa. Sesama Ketua RT, Syukron mengabari, Darsa menjabat Ketua RT 30 tahunan.

Selamat Jalan Bang Darsa. Semoga kerja ikhlas, kejujuran
Keteguhan prinsip
Dalam memimpin warganya
Adalah jalan membentang luas menghadap Sang Pencipta.
Menuju keharibaan abadi di tempat yang mulia di sisiNya.

Semoga titisan benih kebaikan yang pernah ditebar
Cepat bertunas menjadi penyambung hilangnya sosok pengayom di akar rumput.

Sang Ketua RT
Idola warga
Di rindu oleh warga RT lainnya.
Linangan air mata
Cucuran air mata
Adalah bukti
Ketua RT 008 telah merebut hati hampir semua orang yang pernah berinteraksi dengannya.

Lalu bagaimana dengan pemimpin di level atasnya.
Bang Darsa memang bukan yang terbaik. Tapi di penghujung usianya, doa mengalir untuknya.
Air mata mengalir untuknya, bukan hanya dari keluarga dekatnya
Tapi juga dari di sekitarnya
Rasanya masih enggan terpisah darinya.

Ia telah membuktikan
Melayani dengan hati
Mempersembahkan sebagian besar hidupnya untuk menjadi pelayan.
Tiada mengambil hak yang dilayani

Adakah kita telah memberi sentuhan itu?
Bahwa perjalanan hidup pasti akan berujung.
Di saat jazad terwujud
Adakah orang kehilangan kita?

Kehilangan akan hadir
Tak kala ada manfaat pada sesama…

Di tengah hiruk pikuk ibu kota negara Jakarta
Di tengah himpitan ekonomi
Masih ada sosok yang dirindu
Hari ini telah berpulang.

Alfatiha untuk almarhum Dasa Warsa Bin Matamin.

(Jumrana Salikki)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here