PINISI.co.id- Ketua Umum Forum Silaturahmi Media Mahkamah Agung Republik Indonesia (FORSIMEMA-RI), Syamsul Bahri, menyebut Wakatobi layak disejajarkan dengan Maladewa sebagai destinasi bahari kelas dunia.
“Wakatobi memiliki keanekaragaman hayati laut luar biasa, budaya maritim masyarakat Bajo, dan potensi ekowisata yang berkelanjutan. Itu nilai tambah yang tidak dimiliki Maladewa,” ujarnya.
UNESCO telah menetapkan Wakatobi sebagai Cagar Biosfer Dunia dengan lebih dari 750 spesies karang dan hampir 1.000 jenis ikan. Kawasan ini kini terus dipromosikan dengan ikon Maimo Ka Wakatobi atau “Mari ke Wakatobi” di bawah kepemimpinan Trio HASANA (Haliana, Safia, Nadar).
Seperti diketahui Gugusan kepulauan di Sulawesi Tenggara ini menyimpan keindahan laut luar biasa sekaligus keunikan budaya maritim, menjadikannya layak disejajarkan dengan Maladewa. Wakatobi—akronim dari Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko—merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia.
Bagi para penyelam internasional, Wakatobi dikenal sebagai destinasi selam terbaik. Bukan hanya alamnya yang memikat, kehidupan masyarakat Bajo sebagai “pengembara laut” juga menambah daya tarik. Tradisi hidup di atas laut, cara menangkap ikan tradisional, hingga ritual budaya yang lekat dengan laut memberikan pengalaman otentik yang sulit ditemui di destinasi lain.
“Keunikan budaya Bajo, potensi ekowisata, serta status Wakatobi sebagai kawasan konservasi dunia adalah nilai tambah yang tidak dimiliki Maladewa,” ujar Syamsul Bahri.
Syamsul Bahri berharap, di era Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, Wakatobi dapat menjadi salah satu destinasi unggulan nasional. “Wakatobi harus dijadikan kontribusi khusus daerah wisata guna mendongkrak pendapatan nasional dan memperkuat devisa negara,” tegasnya. (Lip)