Kolom Zaenal Abidin
Radjiman adalah anak rakyat biasa, tapi bukan dokter biasa. Ia anak kopral bumi putra bernama Sutodrono. Ibunya adalah putri Jawa yang berakar dari Kajoran. Sementara akar ayahnya berasal dari Bugis dan Gorontalo. Radjiman masih kerabat Dr. Wahidin Sudirohusodo. Ayah Dr. Radjiman sering dipanggil Mbah Talo oleh turunan dan masyarakat sekitanya.
Dr. Radjiman merupakan figur yang moderat, dapat diterima oleh semua kalangan. Selain berpengalaman, brilian, usia matang, juga pengaruhnya terhadap bangsawan dan kelompok intelektual memegang peran penting untuk menyeimbangkan gejolak usia mudanya.
Meski perannya sangat penting dan strategis menjelang Proklamasi Kemerdekan RI, 17 Agustus 1945, namun Dr. Radjiman adalah dokter yang jarang dibicarakan orang bahkan oleh kalagan dokter sendiri.
Pada masa Jepang dan menjelang kemerdekaan, Rajiman menduduki posisi penting. Beliau anggota Chuo Sang In, Ketua Chuo Sang In Cabang Madiun, anggota Jawa Hohokai, Ketua BPUPKI, dan anggota PPKI.
Posisi paling penting Dr. Radjiman mencapai puncaknya pada saat ia diangkat sebagai Ketua BPUPKI, yang berhasil membidani landasan dasar Negara Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Keduanya merupakan produk langsung di bawah kepemimpinan dan tanggung jawabnya. BPUPKI telah membicarakan perumusan dasar negara pada sidang pertamanya (29 Mei – 1 Juni 1945). BPUPKI yang beranggotakan 69 orang (67 orang laki-laki dan 2 perempuan) dibentuk pada tanggal 29 April 1945.
Karena ada perempuan maka menurut Yudi Latif kurang menggunakan founding fathers. Jadi, jika para Anggota BPUPKI tersebut dikatakan sebagai pendiri bangsa, maka Ketua pendiri bangsa Indonesia adalah seorang Dokter. Dr. Radjiman namanya.
Kepemimpinan dan kebrilianan Radjiman dapat dilihat bagaimana penghormatan Soekarno kepadanya yang terlihat pada kutipan potongan pidato Soekarno, pada hari ketiga Sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, di bawah ini.
“Paduka Tuan Yang Mulia! Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokoritzu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari PADUKA TUAN KETUA yang MULIA untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan menepati permintaan PADUKA TUAN KETUA yang MULIA. Apakah permintaan PADUKA TUAN yang MULIA? PADUKA TUAN yang MULIA meminta kepada sidang Dokoritzu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan DASAR INDONESIA MERDEKA…”
Tampak jelas dalam kutipan pidato Soekarno di atas, bahwa Dr. Radjiman-lah yang mengusulkan/meminta pada pembukaan Sidang hari pertama BPUPKI (29 Mei 1945) agar dirumuskan dasar Indonesia Merdeka, yang kemudian bernama Pancasila.
Dr. Radjiman adalah pemimpin sangat brilian dan demokratis (moderat). Rasanya sulit membayangkan bagaimana sidang BPUPKI dipenuhi perdebatan dapat berlangsung, andaikata dipimpin oleh orang yang kurang wawasan dan otoriter. Juga sulit membayangkan bagaimana Proklamasi 17 Agustus dapat berlangsung andakata Dr. Radjiman selaku Ketua BPUPKI tidak meminta dirumuskannya dasar Indonesia merdeka. Wallahu a’lam bish-shawab.
Penulis adalah, Ketua Departmen Kesehatan KKSS, Ketua Umum PB IDI, 2012-2015).
*Disampaikan pada webinar IDI Wilayah Riau, 15 Agustus 2021.