PINISI.co.id- Suasana khidmat menyelimuti kawasan depan Gua Belanda, Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Juanda, Dago, Kota Bandung, Sabtu pagi, 13 Desember 2025. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) berkumandang, gaungnya menembus rimbun dedaunan dan memantul di antara dahan-dahan pohon yang hingga kini tetap terjaga kelestariannya.
Lantunan lagu tersebut menandai pembukaan acara peringatan Hari Korban 40.000 Jiwa Sulawesi Selatan yang digelar oleh KKSS Kota Bandung. Peringatan ini menjadi refleksi atas salah satu peristiwa kelam dalam sejarah bangsa, ketika puluhan ribu rakyat Sulawesi Selatan menjadi korban kekerasan kolonial Belanda pada masa awal kemerdekaan.
Acara ini dihadiri sekitar 90 warga diaspora Sulawesi Selatan yang berdomisili di Bandung Raya. Tampak hadir Wakil Ketua Umum KKSS sekaligus Ketua Persatuan Olahraga Domino Indonesia (PORDI), Dr. Andi Jamaro Dulung.
Kepada PINISI.co.id, Andi Jamaro menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada KKSS Kota Bandung atas terselenggaranya kegiatan tersebut.
“Atas nama BPP KKSS, saya merasa bangga berada di sini bersama warga KKSS Kota Bandung. Warga KKSS Kota Bandung boleh dikata telah mewakili kita semua untuk memperingati peristiwa heroik yang seharusnya dapat menjadi peristiwa nasional dan agenda negara,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pakar KKSS Kota Bandung, H. Ir. Muchdar Umar, memaparkan secara runtut upaya Belanda untuk kembali menjajah Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945. Ia menjelaskan bahwa pada periode 1946–1947, kolonial Belanda mengerahkan pasukan khusus di bawah pimpinan Raymond Westerling ke Sulawesi Selatan.
Dengan pemaparan yang lugas, Muchdar menjelaskan pembagian wilayah kekuasaan kolonial ke dalam empat afdeling, yakni Makassar, Bantaeng, Parepare, dan Mamuju. Ia juga mengisahkan heroisme berbagai kelompok pejuang, mulai dari Lipang Bajeng yang berbasis di Polongbangkeng, Takalar, Laskar Pemberontak Turatea (Laptur) di Jeneponto, perlawanan yang dipimpin Andi Bau Massepe di Parepare, hingga perjuangan rakyat di Mamuju.
Sementara itu, Ketua KKSS Kota Bandung, Ir. F. Ermaula Aseseang, MT, IAP, dalam sambutannya mengajak seluruh warga KKSS untuk terus menebarkan kebaikan di mana pun berada.
“Kita sebagai warga Sulawesi Selatan yaitu Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja, khususnya yang berdomisili di Kota Bandung, harus bisa menjadi manusia yang bermanfaat dan berbuat yang terbaik di mana pun berada. Karena sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada sesama, dan seburuk-buruknya manusia adalah yang paling banyak membuat kerusakan,” tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Ermaula juga memperkenalkan jajaran kepengurusan KKSS Kota Bandung, mulai dari Dewan Pakar, Dewan Pembina, Dewan Penasihat, para wakil ketua, sekretaris, hingga para kepala bidang.
Peringatan Hari Korban 40.000 Jiwa ini tidak hanya menjadi ajang mengenang sejarah dan para syuhada, tetapi juga menjadi penguat identitas, solidaritas, serta komitmen warga KKSS untuk terus berkontribusi positif bagi bangsa dan negara. (Solihin Samad)














