Kolom Jumrana Salikki
Pagi buta, hari ini di semua group Watshapp di komunitas Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan terjadi polemik tentang beredarnya video Ketua Umum PP Ikatan Wanita Sulawesi Selatan (IWSS), memberi dukungan atas nama IWSS dan KKSS pada salah satu paslon cagub di sebuah wilayah dan mengajak untuk memilih dan memenangkan paslon tersebut. Pertama buka WA, vidio tersebut malah datang dari KKSS Luar Negeri.
Bahwa di Anggaran Dasar KKSS tentang pasal sifat: KKSS adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat kekeluargaan dan tidak berafiliasi dengan organisasi sosial politik maupun organisasi kemasyarakatan lainnya.
Ini artinya bahwa KKSS didesain menjadi rumah besar tempat bernaung, bersilaturrahim dalam nuansa kekeluargaan bagi seluruh warga di luar Sulawesi Selatan baik di Indonesia maupun di luar negeri. Ini juga terkait dengan dukungan politik di semua pesta demokrasi baik itu pilpres, pileg maupun pilkada.
Independensi KKSS adalah dalam rangka menjaga marwah KKSS di mana saja ia ada.
Bisa dibayangkan akan seperti apa kepengurusan di tingkatan apa saja mulai dari pusat hingga level paling bawah yaitu ranting, jika KKSS tidak independen. Beda pilihan, dan tiap masing-masing calon atau pendukung bawa atribut KKSS. Tidak akan ada saling mappatabe’, sipakalebbi. Semua merasa kuat dan berhak membawa atribut/simbol KKSS.
Lalu bagaimana tujuan KKSS akan dicapai antara lain: meningkatkan hubungan kekeluargaan, persaudaraan dan kebersamaan antar warga serta mempererat kerjasama di antara warga dengan warga masyarakat lainnya di mana saja.
Bisa dibayangkan kisruhnya KKSS di tiap pilkada, pilpres dan lainnya, jika KKSS secara kelembagaan berpihak pada salah satu calon. Terlepas, apakah calon tersebut bukan KKSS atau KKSS.
Walau sang calon bukan anggota KKSS, ada saja pendukung yang beda pilihan dari warga atau pengurus KKSS. Apalagi jika calon lebih dari satu yang KKSS seperti yang biasanya terjadi di Kalimantan, di mana KKSS memang besar.
Hak politik individu tentu tidak dibatasi, justru bagaimana warga KKSS mampu memainkan perannya dalam tiap even perjalanan daerah maupun bangsa ini.
Pengusungan perjalanan tokoh sekaliber pak Jusuf Kalla (JK) sebagai cawapres berpasangan SBY pada Pilpres empat periode lalu tentang bagaimana sikap KKSS di bawah kepemimpinan Bapak H M Taha juga melalui mekanisme organisasi. Sesungguhnya saat itu, JK adalah calon tunggal dari KKSS, Beberapa yang berpendapat untuk Ketua Umum H M Taha turun kampanye atas nama KKSS. Tapi di lain pihak ada yang tidak setuju jika memakai atribut KKSS dan itu termasuk penulis yang menolak.
Alasannya, JK adalah tokoh sentral hari ini. Alangkah eloknya jika keberhasilan beliau menjadi Wapres di Republik ini adalah dengan tetap menjaga marwah organisasi KKSS. Persoalan Ketua Umum BPP KKSS Bapak HM Taha secara peribadi dan jajarannya sampai level bawah turun kampanye ke lapangan, itu lain soal. Yang penting panji-panji KKSS tidak dibawa serta.
Boleh dikata, dukungan anggota KKSS di seluruh Indonesia dan Luar negeri luar biasa. Mereka aktif menjadi garda terdepan pemenang JK di tiap pertarungan politik. Anggota KKSS adalah pendukung militan, sekalipun beda warna. Low cost politik.
Dalam perjalanan politik dukungan ke JK, di pengurus KKSS membuat jaringan relawan, SBY-JK, JK-WIN dan Jokowi-JK. Nama relawannya pun berganti di tiap pilpres.
Kemenangan JK di pertarungan adalah kemenangan yang elok dan cantik. Karena kita tahu di kepengurusan KKSS mulai tingkat pusat sampai daerah ada yang beda pilihan. Sekalipun jumlahnya sangat sedikit.
Yang ikut dalam barisan memenangkan tidak di atas angin apalagi sombong/matempo. Yang kalah pun tidak keok apalagi hina. Sehingga di tiap usai pesta demokrasi. Siapa yang menang dan kalah tetap duduk kembali dalam naungan KKSS yang sejuk dalam damai. Sipakatau, sipakalebbi. Di KKSS ini aneka warna partai, profesi, dll.
Jadi, begitulah elok berorganisasi KKSS. Sejatinya membaca rambu, kapan harus bertindak atas nama organisasi dan kapan atas nama peribadi. Ini harus dimaknai pada tiap level tingkatan kepemimpinan KKSS, termasuk badan otonom, di mana KKSS adalah indung organisasi. Demikian pula halnya Pilar sejatinya selalu bersinergi dengan KKSS dan sebaliknya. Saling membesarkan.
Mari kita membangun dan membesarkan SDM KKSS yang mumpuni, baik di tingkat lokal maupun nasional. Termasuk SDM bangsa ini yang memang dibutuhkan saat ini. Adalah kewajiban pengurus untuk memberikan panggung pada SDM handal dan layak pada level kepemimpinan tertentu.
Teriak dengan narasi dukung mendukung pakai baju KKSS, badan otonom adalah cara tidak tepat dan kurang elok. Tapi mari gendong sang kandidat pada suasana kebathinan kekeluargaan menyapa, menyambung ada/kata pada ade’ yang terpelihara selama ini.
Besarnya suara pemilih di rantau adalah ibarat kue khas Bugis Makassar yang manisnya lekat di lidah dan tenggorokan bahkan di ingatan. Rawat dan rajutlah itu.
(Wakil Ketua Umum BPP KKSS 2019-2024 membidangi Seni Budaya Dan Humas)