Kolom Abdul Hamid Husain
Semua kita telah memahami bahwa Islam mewajibkan kita agar saling menyayangi, saling menghormati dan memuliakan.
Dan Islam mengharamkan kita saling membeci, saling menghina, bahkan dikasi batas maksimal 3 hari saja tidak berteguran, jika lebih, maka dosanya besar.
Rasuulullaah SAW bersabda:
ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ـ ﺃُﺭَاﻩُ ﺭَﻓَﻌَﻪُ ـ ﻗَﺎﻝَ: «ﺃَﺣْﺒِﺐْ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻫﻮﻧﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺑَﻐِﻴﻀَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ، ﻭَﺃَﺑْﻐِﺾْ ﺑَﻐِﻴﻀَﻚَ ﻫَﻮْﻧًﺎ ﻣَﺎ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻥَ ﺣَﺒِﻴﺒَﻚَ ﻳَﻮْﻣًﺎ ﻣَﺎ»
( رواه الترمذى )
“Cintailah orang yang engkau sukai dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang engkau benci. Dan bencilah orang yang tidak kamu sukai dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang engkau benci itu menjadi orang yang engkau cintai”
(Hadits Sahih Riwayah Al Imam
At Tirmidzi).
Pada hadist lainnya, Rasuulullaah SAW bersabda:
«ﺇِﻥَّ ﻗُﻠُﻮﺏَ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ ﻛُﻠَّﻬَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﺇِﺻْﺒَﻌَﻴْﻦِ ﻣِﻦْ ﺃﺻﺎﺑﻊ اﻟﺮﺣﻤﻦ، ﻛَﻘَﻠْﺐٍ ﻭَاﺣِﺪٍ، ﻳُﺼَﺮِّﻓُﻪُ ﺣَﻴْﺚُ ﻳَﺸَﺎءُ»
“Sungguh, semua hati Manusia berada dalam kekuasaan Allaah, Tuhan Yang Maha Pengasih, seperti satu hati. Allaah Menggerakkan hati sesuai kehendak-Nya”.
(Hadits Sahih Riwayah Al Imam Muslim).
ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ اﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ اﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ:
«اﻟﻠﻬُﻢَّ ﻣُﺼَﺮِّﻑَ اﻟْﻘُﻠُﻮﺏِ ﺻَﺮِّﻑْ ﻗُﻠُﻮﺑَﻨَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻃَﺎﻋَﺘِﻚَ»
(رواه مسلم)
Kemudian Rasuulullaah SAW berdoa:
“Yaa Allaah Yang Maha Menggerakkan hati. Gerakkanlah hati kami untuk selalu beribadah kepada-Mu.”
(Hadits Sahih Riwayah Al Imam Muslim)
Sahabat Rasuulullaah SAW bernama Abu Bakrah RA menuturkan, bahwa ada seseorang yang disebutkan di hadapan Rasuulullaah SAW, dan seorang Sahabat lainnya yang ikut hadir memuji muji orang itu. Rasuulullaah SAW menanggapinya;
ويحك قطعت عنق صاحبك، (يقوله مراراً)،
إن كان أحدكم مادحاً
لا محالة، فليقل: أحسِبَ كذا وكذا. إن كان يرى أنه كذلك وحسيبه الله، ولا يزكي على الله أحداً .
( رواه البخارى )
“Celakalah engkau, engkau telah memotong leher temanmu”
(Rasul berulang ulang kali mengucapkan perkataan itu).
Jika salah seorang di antara kalian harus memuji, maka ucapkanlah:
“Saya kira si fulan itu demikian kondisinya.”.
Jika dia menganggapnya demikian.
Adapun yang mengetahui keadaan seseorang yang sebenarnya hanya Allaah dan janganlah mensucikan seseorang di hadapan Allaah.”
(Hadits Shahih Riwayah Al Imam
Al Bukhari).
Abu Musa RA menuturkan, bahwa; “Rasuulullaah SAW mendengar seseorang yang berlebih-lebihan dalam memuji seseorang. Rasuulullaah SAW mengingatkan:
أهْلَكْتُم أو قطعتم ظهرَ الرجل .
رواه البخارى و مسلم)
”Kalian telah menghancurkan dan mematahkan punggung orang itu.”
(Hadits Sahih, Riwayah Al Imam
Al Bukhari. Kitaabul Adab, Bab Maa Yukrahu Minat Tamadduh.
Dan Al Imam Muslim, dalam Kitab Az Zuhd, hal. 67).
Ibrahim At Taimiy dari ayahnya dan menuturkan bahwa: “Kami duduk bersama Amiirul Mukminin Umar Ibnul Khatthab RA, lalu ada seorang pria memuji orang lain yang berada di hadapannya. Kemudian Umar RA berkata:
عقرت الرجل، عقرك الله
. “Engkau telah menyembelih orang itu, semoga Allaah menyembelihmu.”
Catatan
1. Al Imam Umar
Al Khattab RA menambahkan:
المدح ذبح .
“Pujian itu adalah menyembelih.”
(Sahih secara sanad)
2. Muhammad, gurunya Al Imam Al Bukhari menuturkan;
يعني إذا قبلها
“Namun jika dia senang, dan suka menerima akan pujian yang diberikan kepadanya, maka boleh” .
3. Jika memuji Pejabat atau siapapun, jangan lah berlebihan. Dan jika tidak suka, jangan pula mencaci, menghujat dan mencela berlebihan, karena suatu hari bisa saja kondisi berubah; yang kita puja puji, ternyata orang yang tidak pantas bahkan zolim, atau sebaliknya, jika yang tidak kita sukai, ternyata orang baik.
4. Selalu mendahulukan baik sangka.
Penutup, mari kita berdoa:
Yaa Allaah bimbinglah kami untuk selalu eling mengingat Mu yaa Allaah, bersyukur dan beribadah dengan sebaik baiknya:
اللهم اعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك .
Penulis Alumnus Ummul Qura University, Makkah dan King Abdulaziz University, Jeddah