Kolom Fiam Mustamin
HIBURAN masa kanak-kanaku di kampung itu adalah sungai dan sawah.
Di sungai tempat bermain untuk adu kecepatan berenang, daya tahan lamanya menyelam, bermain pasir membentuk serupa patung orang orangan dan menangkap ikan.
Menangkap ikan pada umumnya dilakukan dengan cara menyebarkan racun yang membuat semua ikan mabuk dan muncul di permukaan air.
Racun itu namanya Tua, sejenisnya akar akar pohon yang ditumbuk dan diberi air.Tua berwarna putih bearoma khas seharum rempah.
Wilayah sungai yang di dasarnya akan diambil ikannya (ikaja) air Tua itu ditabur sekitar 50 meter ke hulu atau menyelam membawa akar-akaran tumbukan ke lubang persembunyian ikan.
Beberapa menit setelah itu, ikan yang terbius pada mengapung dan anak-anak berlomba menyeropnya/alat tangkap dari jaring kecil.
Ikan Tidak Mengapung
IKAN yang terbius dan tidak mengambang adalah ikan besar seperi gabus, lele dan masapi. Sejenis itu berada di lubang di sela batu di kedalaman dasar sungai 3 sampai 5 meter.
Aroma Tua itu membuat ikan terdiam di tempat tidak bergerak liar. Anak-anak yang bernyali dengan ketahanan mengatur nafas dalam air akan menyelam seraya membawa semacam tempat pengamanan ikan disebut bakabaka.Tidak ada perlengkapan pengaman diri lainnya.
Dengan keberanian mengabaikan keraguan/puno bata bata; dari kedalaman sungai yang dipercayai ada buaya penunggunya/pangonroanna punnana salo.
Anak-anak menyelam ke dasar sungai mengamati dan meraba dalam gelap batu atau akaran kayu, adakah ikan yang tersentuh tangannya.
Bila itu ada, maka kedua belah tangannya segera mengusap-usap permukaan ikan itu dengan pelan lalu mengangkatnya dan memasukkan kedalam bakabaka.
Ikan yang ditangkap tangan itu umumnya jenis gabus/bale bolong dan ikan lele berjanggut disebut bale samelang atau keliling. Ikan- ikan tersebut tidak bereaksi berontak untuk melepaskan diri.
Ia tunduk dengan tangan yang menyentuhnya seolah akan diselamatkan dan dipindahkan tempatnya yang lebih aman.
Sungguh mengherankan yang tidak bisa dilakukan dalam keadaan normal. Kepada anak-anak yang akan menyelam, ada tetua yang memberi wejangan, semacam adab di dalam air.
Ada juga cerita lain dari seorang tetua mengatakan bahwa bila ia ingin makan rusa ( jonga ) ia berburu membawa senapan burung bersama beberapa anjingnya.
Tetua itu menangkap isyarat bahwa dalam hutan rimba belukar ada kawanan rusa, lalu menembakkan senapannya ke arah rimba, lalu segera berlarian anjing anjing itu masuk rimba dan menemukan rusa terkapar.
Ke Permukaan Sebagai The Winner
LAMANYA di dalam air tergantung dari ketahanannya. Perolehan banyaknya ikan tangkapan menjadi perhatian dari para orang kampung yang menyaksikannya
Meskipun itu bukan sebuah perlombaan, akan menjadi sebuah kenangan tersendiri bagi anak-anak di antara sesama nya ternasuk dengan para bocah perempuan yang menyaksikannya.
Sungguh bangga dan bahagia bagi anak anak kampung di masa itu, tidak ditemukan lagi di masa milinea saat ini; mereka memancing ikan di kolam ikan dan berburu di kebun binatang.
Legolego Pondok Ciliwung 22 Februari 2022
Subhanallah. Teringat masa kecil yg penuh keberkahan dari Allah Azza wa Jalla.