Resensi Herman Lilo
Tuhan, kembara musyafirku menuju-Mu dengan peluh meniti di atas shirathal pengetahuan, namun sungguh kuamat terbatas, tak ada logika, asumsi dan teori pengetahuan mengenali-Mu”. Puisi “Doa Musyafir Ilmu (3) – Herman Lilo.
Kutipan khas seperti selarik puisi di atas, dapat ditemukan dalam tulisan yang berjudul “Doktor Honoris Causa JK”. Penggalan-penggalan nan cadas lainnya akan selalu tersaji pula dan menjadi pintu masuk untuk membaca setiap judul tulisan Syamril.
Membaca buku ini terasa sangat asyik. Pilihan diksi yang segar seolah menjadi nyanyian indah memahami setiap makna dengan utuh. Tiga puluh dua judul yang disajikan seperti sequel sebuah film yang bercerita dengan runtut dan aktual. Saling bertaut dan memotivasi.
Penuturan penulis sangat jujur merefleksikan penggalan-penggalan pristiwa dalam kerangka akademis. Juga setting pristiwa terpapar dengan jelas dimana tempat catatan kejadiannya diangkat. Setiap tempat dideskripsikan sebagai ilmu, sebagai makna dan juga kebahagiaan. Hal tersebut dapat ditemukan di tulisan pertama, “Meraih Surga di Tempat Kerja”.
Penulis menemukan 3 mujizat dalam perenungan ayat Al-Quran dan Hadist yaitu iman, ilmu dan amal. Jika diturunkan dalam aktivitas menjadi lima yaitu: beribadah (iman), belajar (ilmu), bekerja, berkarya dan berbagi (amal).
Selanjutnya, ada banyak pesan-pesan penting pak JK yang dipungut oleh penulis, diuntai menjadi permata dalam buku ini. Sungguh pesan kebajikan yang tidak terekam oleh media massa justru menjadi harta karun bagi Syamril yang menulisnya dalam “Pesan Jusuf Kalla Tentang Guru”, “Sekolah Unggul Menurut JK”, dan rangkuman orasi ilmiah pak JK saat meraih gelar “Doktor Honoris Causa JK”. Bagi yang ingin tahu rahasia kunci sukses JK, wajib membaca judul-judul tersebut.
Sebagai pendidik, penulis mengangkat tulisan “Mencari Guru Sejati” dan “Tikungan Tajam di Sekolah” dengan membedah dunia pendidikan di Athirah, tempat mengabdi, mulai dari manajerial, SDM, fasilitas dan Guru itu sendiri. Syamril selalu dengan plan jitu untuk melintasi tikungan tajam. Ia memandang persoalan dengan utuh dalam mencari jalan keluar (way out) dan jalan ke dalam (way in). Untuk pembangunan ke dalam, Syamril menawarkan resep 5K yang digunakan yaitu Kesadaran, Keterbukaan, Kesungguhan, Kebersamaan, dan Kesetiaan.
Tulisan ini membuka rahasia dapur Manajemen Kalla yang aplikable di Athirah seperti, Strategy Map yang disusun dari hasil pemetaan masalah (problem map). Selanjutnya setiap strategy dibuat beberapa Key Performance Indicator (KPI) yang dilanjutkan dengan Strategy Initiative, Time Schedule dan Person In Charge (PIC).
Syamril mencoba mengungkap variable lain menuju sebagai pendidik yang berbahagia berupa metode Kaizen atau dalam bahasa Jepang “perbaikan berkelanjutan”. Kegiatan ini diikuti sekitar 200 Guru dan karyawan Athirah, aktif dalam final presentation hasil project improvement yang dilakukannya melalui metode Kaizen ala Jepang. Targetnya untuk menciptakan kepekaan melihat masalah (critical thinking), kreatif dan solutif (creative thinking), dilanjutkan dengan kerjasama team (team work and collaboration).
Kesetiaan penulis terhadap pesan-pesan kebajikan yang kuat dalam ranah local wisdom dipahatnya dalam maknawi sipakatau-sipakalebbi. Nampak jelas kelihaian penulis menyelipkan slogan Bugis ketika membahas High tech-high touch. Bukan hanya itu slogan motivasi lain seperti “Resopa Temmangingngi” dalam mengolah amuk spirit seorang Chairul, lelaki Pinrang yang viral karena sukses menciptakan pesawat.
Bahkan plesetan yang menggelitik ala humor Bugis terasa renyah dalam “Literasi dan Lemoterasi”. Sebuah bahasan yang padu tentang kemajuan literasi di negara maju yang menjadikan ilmu sebagai bagian dari wisata, dibandingkan di Indonesia atau di Makassar yang lebih membanggakan wisata kuliner, yang dipersonifikasi sebagai lemoterasi.
Keseriusan penulis menyelami samudera terdalam dunia pendidikan tercermin dalam “Mengoptimalkan Potensi Anak” yang mengangkat tema pendidikan parenting hingga dewasa. Syamril menukil pendapat Daniel Goleman dalam buku “Kecerdasan Majemuk”. Bahwa ada 8 jenis kecerdasan manusia yaitu spasial, linguistik, intrapersonal, musikal, natural, interpersonal, logika matematika, dan kinestetik. Anak-anak harus berkembang dengan bahagia, tidak terpaksa!
Sebagai praktisi pendidikan sekaligus manajerial, penulis sangat fasih mencermati keinginan orang tua peserta didik dan menyimpulkan dengan tiga kata yaitu: cerdas, komprehensif, dan kompetitif. Satu tarikan nafas dengan Visi 2045 Kementerian Pendidikan Nasional yaitu Insan Indonesia yang Cerdas Komprehensif dan Kompetitif.
Menyoal tema pendidikan karakter, penulis menghindangkan menu “Ujian Kejujuran” dan “Ujian Harga Diri” serta tulisan lain tentang gambaran Ujian Nasional Berbasis Komputer. Lanjut menuliskan peta jalan bagaimana “Memilih Jurusan Kuliah”
Dalil-dalil Al-Qur’an yang relevan dengan pendidikan karakter, motivasi bahkan metode berpikir analitik kritis dikaji sebagai keseimbangan ilmu pengetahuan umum dengan agama. Asupan spiritual dimunculkan dalam judul “Al-Quran dan High Order Thinking Skill”, yang mengutip “afalaa tatafakkaruun”, “afalaa yanzhuruun”, dan lain sebagainya yang mendorong manusia berfikir, memperhatikan, sebagai langkah awal analisis.
Intinya penulis sangat bahagia saat menuliskan semua dimensi dalam buku ini yang dirangkumnya dengan indah “Mendidik itu Membahagiakan”. Satu yang pasti, semua guru yang total mengabdi hidupnya relatif lebih bahagia. Meskipun mungkin gajinya lebih rendah dari profesi lain seperti dokter dan karyawan swasta tapi kebahagiaanya lebih tinggi.
Judul Buku : Mendidik itu, Membahagiakan, Penerbit: Yapensi 2021, 98 Halaman Penulis :Syamril Pengantar: Hery Sumiharto Penyelaras Akhir: Bachtiar Adnan Kusuma