Oleh Fiam Mustamin
Merujuk buku LE Manuhuam 70 Tahun, yang diterbitkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia Cabang Makassar tahun 1995, buku itu turut diedarkan ke seluruh perangkat organisasi paguyuban Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) oleh Ketua Umum, Beddu Amang saat itu.
Lazarus Eduard Manuhua, kelahiran Ambon 4 Juni 1925, ini adalah salah satu pendiri koran Pedoman Rakyat. Koran ini tercatat sebagai koran perjuangan di luar pulau Jawa bersama dengan Indonesia Raya, Kami Nusantara, Asia Raya di Jakarta, Cahaya di Bandung, Sinar Baroe di Semarang, Sinar Matahari di Yogjakarta, Soera Asia di Surabaya, Sinar Matahari dan Masa di Ambon.
Manuhua merintis dan membesarkan Pedoman Rakyat bersama tokoh-tokoh pers Henk Rondonuwu, Sungardo, M Basir, Abu Husen, Henny Katili, Nurdin Mangkona dan Ishak Ngelyaratan.
Mengenal lebih dekat dgn ĹE Manuhua sebagai pejuang pers, budayawan dan wartawan senior Rahman Arge, Ketua PWI Cabang Makassar 4 periode dari tahun 1971 sd 1993 dan Anggota Dewan Kehormatan Pers PWI Pusat menulis di buku itu Tete, (sapaan ĹE Manuhua) Teken Mati Jadi Watawan.
Dalam buku itu terabadikan sambutan Menteri Penerangan Harmoko, Ketua PWI Pusat Sofyan Lubis, Gubernur Sulawesi Selatan HZB Palaguna dan Ketua PWI Cab Makassar HM Alwi Hamu.
Testimoni Semangat Perjuangan
Tercatat dua puluh satu jurnalis pejuang pers yang memberikan testimoni itu. Di antaranya : Javob Oetama (Luas Akseptasinya di Kalangan Masyarakat Pers), HM. Daeng Patompo (Teguh dan Konsisten Memegang Prinsip), Prof A. Muis (Konsisten Melawan Resim Nasakom) Harun Rasjid Djibe (Kehormatan Memang Haknya dan Andi Moen MG (Wartawan Pejuang 45 RI).
Saya mengajak teman-teman dan senior yang memiliki kepedulian untuk pelestarian dan pembangunan peradaban bangsa untuk bersama sama menghidupkan semangat perjuangan yang telah disuarakan oleh Pedonan Rakyat, penerbitan pers yang bersejarah di KTI ini sebagai kebanggaan milik kita bersama.
Semoga cita-cita ini dapat terwariskan khususnya kepada generasi bangsa.
Adapun tim penyusun buku itu yang patut dijadikan sebagai tonggak Peradaban Pers di Makassar khususnya terdiri dari Alwi Hamu, ketua PWI Cab Makassar denģan anggota : Nurdin Mangkona, Djamaluddin,Yunus, Burhanuddin Amin, Arsal Al Habsy, Abd Razak Mattaliu, Syalahrir Makkurade, M. Rompas, Ghalib, M. Alie, Syamsu Nur dan Zulkifli Gani Otto.