PINISI.co.id- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa pembenahan ekosistem perberasan nasional dilakukan untuk memastikan kesejahteraan petani sekaligus menjaga harga beras tetap terjangkau bagi masyarakat.
“Negara hadir. Petani harus sejahtera, pedagang untung, masyarakat tersenyum. Mafia pangan tidak boleh lagi menguasai rantai perberasan kita,” tegas Amran.
Amran mengungkapkan, selama bertahun-tahun ekosistem perberasan tidak sehat akibat praktik curang seperti beras oplosan dan permainan harga oleh segelintir pelaku usaha besar. Investigasi terbaru menemukan 212 dari 268 merek beras premium tidak sesuai standar, dan kasus ini telah dilaporkan ke aparat penegak hukum.
Untuk memutus praktik tersebut, pemerintah melakukan langkah konkret, antara lain menjaga harga gabah petani di level Rp6.500/kg sesuai HPP, meningkatkan serapan Bulog hingga 6.000 ton per hari (dua kali lipat dari sebelumnya).
Selanjutnya menggelontorkan 1,3 juta ton beras cadangan pemerintah melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) bersama Bulog, TNI/Polri, dan instansi terkait.
Dampak dari kebijakan tersebut kini cadangan beras pemerintah mencapai 4,2 juta ton, tertinggi dalam 57 tahun (tahun lalu hanya 1 juta ton). Harga beras turun di 15 provinsi, termasuk Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, Aceh, dan Sumatera Utara.
Demikian pula harga ritel modern turun rata-rata Rp1.000/kg, nilai Tukar Petani (NTP) naik menjadi 122,64 pada Juli 2025, menandakan peningkatan nyata kesejahteraan petani.
Amran menegaskan, stok beras yang melimpah, harga yang mulai stabil, serta tindakan tegas melawan mafia pangan menunjukkan keberpihakan pemerintah kepada petani dan rakyat.
“Kami tidak hanya ingin swasembada, tapi juga kedaulatan pangan agar bangsa ini berdiri tegak tanpa tekanan. Petani adalah pahlawan pangan bangsa, dan kesejahteraan mereka tetap menjadi prioritas,” pungkasnya. (Lif)