Meraih Rahmat dan Keutamaan Ramadhan

0
1316
- Advertisement -

Kolom Zaenal Abidin

Awal Ramadhan 1443 H (2022 M) lalu, Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi bersama Klinik Budhi Pratama, Literasi Sehat Indonesia, Rumah Sakit Sandi Karsa Makassar, dan Bakornas LKMI-HMI menyelenggarakan webinar dengan tema besar: “Siap Jiwa dan Raga untuk Berpuasa.”

Pada webinar seri pertama itu mengambil topik , “Meraih Rahmat Ramadhan dengan Gizi yang Berkah” dengan menampilkan nara sumber yang pakar di bidangnya masing-masing. Seperti: Ir. Hanifa Husein (Koordinator Presidium Majelis Nasional Forum Alumni Kohati), Prof. Dr. Mustari Mustafa, M.A. (Dosen Filsafat UIN Alauddin Makassar/mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Bangkok Thailand) dan dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc., Sp.GK (Ketua Yayasan Gema Sadar Gizi, dokter Spesialis Gizi Klinik di RS. Pondok Indah dan RS. Bunda Margonda Depok).

Sedangkan pengantar webinar disampaikan oleh Drs. Amir Hamzah Pane, Apt., S.H., M.H. (Apoteker, pengacara, dan pendiri Yayasan Gema Sadar Gizi). Drs. Amir Hamzah Pane dalam sambutan pengantarnya menekankan tiga hal penting, yaitu: Pertama, Puasa merupakan momentum untuk menginternalisasi nilai-nilai yang dianjurkan di dalam bulan Ramadhan sehingga kita dapat menapaki bulan-bulan dengan perilaku dan tindakan yang dianjurkan.

- Advertisement -

Kadua, momentum untuk merefleksikan nilai-nilai Ramadhan sehingga menjadi ukuran dari setiap perbuatan kita sepanjang tahun. Ketiga, momentum meyelaraskan seluruh ajaran Rasulullah di dalam bulan Ramadhan agar menjadi amalan yang tidak terputus sepanjang tahun. Karena Pak Amir Pane mengajak kita semua untuk menjadikan Ramdhan sebagai ladang ibadah khususnya ibadah yang akan menjadi penolong kita di yaumil akhir kelak.

Ir. Hanifa Husein dalam paparannya mengatakan bulan Ramdhan adalah bulan penuh keberkahan, ampunan dan rahmat. Bulan Ramadhan juga memiliki keistimewaan, antara lain sebabagi bulan tatihan menuju derajat takwa, bulan diturunkannya Al-Qur’an yang petunjuk dan pembeda antara hak dan batil. Ramadhan adalah dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu neraka, diikatnya setan-setan. Pada bulan ini pula terdapat satu malam yang lebih mulia dari seribu bulan (Lailatul Qodar). Allah melipat-gandakan pahala hambah-Nya yang beribadah pada malam tersebut. Jika ingin merai rahmat Ramadhan, selain memperbanyak ibadah individu seperti puasa, sholat sunnah, zikir, dll., juga dianjurkan memperbanyak ibadah sosial, seperti kepedulian terhadap sesama, memberi makan tetangga yang lapar, membantu orang miskin, memuliakan anak yatim dan sebagainya.

Menurut Ibu Hanifah, agar tubuh tetap sehat serta bisa beraktivitas normal selama bulan Ramadhan, ada lima asupan gizi yang perlu diperhatikan: Makanan yang mengandung karbohidrat kompleks, minuman atau cairan, protein untuk membuat merasa kenyang lebih lama dan juga membantu menstabilkan kadar gula darah, buah-buahan seperti kurma yang memiliki kandungan gula alami dan mineral (Kalium dan Tembaga) serta serat yang cukup, dan sayur-sayuran.

Sementara itu, Prof. Mustari Mustafa menyampaikan bahwa puasa merupakan kewajiban turun-temurun. Dilaksanakan hanya beberapa hari dan tidak memberatkan. Guru Besar Filsafat UIN Makassar ini melanjutkan bahwa di dalam tubuh manusia ada penyatuan iman dan nafsu. Iman adalah tubuh ruhani, sedang nafsu adalah tubuh jasmani. Tubuh ruhani bertumpu pada alam sebelum kehidupan (alam primordial). Tubuh jasmani bertumpu pada alam sesudah kehidupan (alam kultural).
Mantan Atase Pendidikan dan Kebudayaan ini selanjunnya mengutif pendapat filosof Al Ghazali yang menggambarkan nafsu sebagai sesuatu yang paling besar di dunia ini. Nafsu adalah hal penentu dalam diri manusia. Ingin bahagia yang hakiki, kendalikan nafsu. Ingin celaka selamanya, turuti hawa nafsu. Pengendalian nafsu adalah kunci dalam hidup ini. Pertempuran akbar di dalam medan mikro dan makro kosmos (manusia) berlangsung tanpa jeda. Puasa merupakan salah satu sarana untuk memperkuat energi manusia ruhani (iman) agar dapat mendominasi tubuh ruhani dan jasmani manusia. Tubuh ruhani dan jasmani yang didominasi oleh iman, berbentuk muttaquun (yakni kondisi kehidupan yang senantiasa rapat dan intim dengan Allah SWT.
Kehadiran puasa seperti juga ibadah lainnya yakni: bersyahadat, sholat, zakat, haji, merupakan ikhtiar penyatuan manusia ruhani dan manusia jasmani menjadi manusia fitrah yang sempurna. Mempertahankan kedekatan dengan Allah SWT dapat diraih melalui puasa. Karena itu puasa sangat bersifat personal. Maka di dalam berpuasa, manusia melakukan pengosongan hati dari segala sesuatu selain Allah.

Ibnu Atha”illah as Sakandari berkata, “Kadang cahaya-cahaya mendatangimu, namun mereka menemukan hatimu masih dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Maka cahaya-cahaya itu kembali ke tempat semula. Oleh karena itu kosongkan hatimu dari segala sesuatu selain Allah, maka Allah akan memenuhinya dengan pengetahuan(syariat dan tariqat) dan rahasia (hakiqat dan makrifat).”
Kosongkan hatimu serupa dengan bebaskan dirimu dari kebersamaan selain kebersamaan dengan Allah. Kebebasan bersama Allah itulah kebebasan yang sebenarnya, karena melalui puasa, manusia dibebaskan dari kebahagiaan karena hanya sekedar makan, minum, seks, jabatan, hura-hura, dll. Justru kemampuan mengendalikan itu semualah kebebasan yang sesungguhnya, kemerdekaan yang lurus, kemerdekaan yang universal. Dan kemerdekaan sejati adalah manakala tindakan jiwa raga sejajar secara lurus dengan agama (Islam). Ungkap Prof Mustari.

Nara sumber ketiga, dr. Tirta Prawita Sari. Dokter spesialis gizi klinik yang sering disama dr. Wita ini lebih banyak mengupas puasa dari perspektif kesehatan. Menurutnya puasa bukan hanya dilakukan oleh umat muslim saja. Jauh sebelum Islam datang, puasa telah dilaksanakan oleh umat-umat terdahulu. Puasa adalah mata rantai yang menunjukkan kontinuitas agama-agama yang diturunkan dan juga kontinuitas dari cara umat manusia untuk meningkatkan status kesehatannya.
Menurut dr. Wita, banyak sekali filsuf yang menggunakan puasa untuk meningkatkan status kesehatannya. Plato misalnya, melakukan intemittent fasting dengan mengatur waktu makan dan waktu puasa dalam durasi tertentu namun boleh minum tanpa kalori. Plato menggunakan puasa untuk memperbaiki kondisi fisik dan mentalnya. Jadi puasa adalah sebuah gaya hidup yang memberi banyak manfaat kesehatan. Namun terkadang puasa ini kurang kita perhatikan. Bahkan, hewan sekalipun dalam keadaan terluka atau sakit biasanya akan memilih untuk berpuasa sebagai bagian dari upaya penyembuhannya. Hewan yang sakit ini bukan makan banyak tapi memilih berpuasa. Karena itu, bukan tempatnya lagi kita meragukan manfaat puasa.

Kedokteran kuno sendiri sudah banyak menggunakan puasa sebagai terapi.
Baru-baru ini seorang ilmuan dari Jepang bernama Yoshinori Ohsumi mendapatkan hadiah Nobel karena berhasil menemukan konsep autofagi dan bagaimana autofagi dapat memperbaiki status kesehatan manusia. Karena penemuan itu maka orang ramai membicarakan mengenai aotofagi ini. Autofagi adalah mekanisme pembersihan diri yang terjadi ketika tubuh dilatih untuk puasa selama kurun waktu tertentu. Mekanisme ini memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan. Jadi puasa adalah bagian dari autofagi ini. Kalau kita pernah membaca topik intemittent fasting maka kita akan banyak sekali menyaksikan penelitian yang menunjukkan hasil yang baik dari intermittent fasting ini.

Lebih lanjut dr. Wita mengemukakan puasa begitu diterima oleh semua orang, karena itu kembali lagi ia menegaskan bahwa tidak pada tempatnya kita meragukan manfaat puasa. Dalam konteks puasa, yang berarti tidak adanya makanan yang masuk ke dalam tubuh kita atau energi intake atau yang banyak dibicarakan orang adalah kalori. Karena itu pada saat berpuasa ada beberapa prameter yang mengalami perubahan. Salah satu parameter yang sangat jelas terjadi perubahan adalah menurunnya kadar gula darah yang disertai menurunnya kadar horman insulin di dalam tubuh kita. Penurunan ini tentu saja memberi manfaat yang sangat banyak.

Dalam proses inflamasi atau peradangan salah satu hormon yang mengalami gangguan adalah insulin karena sensitifitasnya berkurang. Pada saat kita berpuasa sensitifitas hormon insulin biasanya akan membaik sejalan dengan menurunnya kadar gula darah, karena hormon insulin ditriger oleh hadirnya glukose di dalam darah. Dengan menurunnya kadar gula darah yang disertai menurunnya kadar insulin maka tubuh akan dipaksa menggunakan sumber energi lain yang sebenarnya banyak sekali tersimpan di dalam tubuh kita. Jadi seperti ada pergeseran penggunaan sumber energi dari glukose ke penggunaan sumber energi asam lemak dari sel-sel lemak sehingga kadarnya akan berkurang.

Dengan adanya pergantian seperti ini maka tubuh kita seolah-olah sedang melakukan pembersihan. Dengan berpuasa maka tubuh kita akan membongkar dan memakai cadangan-cadangan lemak yang selalu setiap hari menumpuk. Jadi, dari sinilah kita dapat memahami puasa sebagai detoksifikasi. Puasa adalah cara detoksifikasi terbaik, murah dan mudah. Manusia modern telah menerapkan puasa untuk berbagai tujuan. Puasa tampil dengan berbagai jenis, metode dengan durasi dan teknis yang berbeda, dengan satu kesamaan: zero calorie within certain of time, dengan cut off point minimal selama 12 jam.

Banyak sekali manfaat puasa, namun apakah semua manfaat puasa akan kita peroleh pada akhir Ramadhan? Itu semua tergantung apakah kita melakukan pola konsumsi yang tepat atau salah pada saat berbuka maupun sahur. Karena iru, dr. Wita menyampaikan beberapa pola atau tips konsumsi saat puasa, antara lain: 1). Perhatikan asupan zat gizi saat berpuasa. 2) Pilih karbohidrat kompleks dan kombinasikan dengan protein dan lemak baik untuk tajil. 3) Hindari atau kurangi penggunaan gula sebagai tajil. 4) Pilih buah potong bukan jus buah, sebab buah fresh lebih baik daripada yang sudah diolah. 5) Perhatikan asupan protein dan serat saat sahur. 6) Kurangi metode menggoreng dan penggunaan santan. 7) Tetap beraktifitas dan jangan banyak berbaring atau duduk. 8) Cukup tidur. 9) Perhatikan asupan cairan. 10) Kurangi garam.

Pada akhir paparannya, dr. Wita menegaskan bahwa puasa memberikan manfaat metabolik yang baik bagi tubuh. Fungsi metabolisme yang baik akan memengaruhi keseluruhan status kesehatan termasuk fungsi kekebalan tubuh kita. Manfaat metabolik puasa dapat dirusak oleh pola konsumsi yang salah. Karena itu pengaturan pola konsumsi yang memerhatikan faktor resiko terhadap inflamasi serta jumlah asupan energi akan menjaga manfaat puasa bagi kesehatan.
Hal penting yang penulis catat selama berlangsungnya webinar seri pertama itu dan tentu saja sangat bermanfaat bagi umat Islam yang akan berpuasa Ramdhan, yaitu: Pertama, puasa Ramadhan merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari puasa umat-umat terdahulu, sebagaimana yang tercantum pada QS. Al-Baqarah Ayat 183.

Kedua, nafsu adalah sesuatu yang besar dan menjadi penentu dalam diri manusia. Karena itu jika ingin bahagia maka kedalikan nafsu, begitu pula bila ingin celaka selamanya maka turutilah nafsumu. Dan, puasa Ramadhan adalah salah satu metode efektif untuk mengendalikan nafsu.
Ketiga, puasa merupakan ibadah individu, namun di dalamnya juga terkadung ibadah sosial untuk berbagi dengan sesama. Keempat, dari sisi kesehatan, puasa memberikan manfaat metabolik yang baik bagi tubuh. Puasa adalah cara detoksifikasi terbaik, murah dan mudah. Dan, manusia modern telah menerapkan puasa untuk berbagai tujuan termasuk untuk terapi. Karena itu dari aspek kesehatan manfaat puasa tidak perlu lagi diragukan. Wallahu a’lam bishawab.

(Penulis adalah Ketua Umum PB Ikatan Dokter Indonesia, periode 2012-2015 dan Ketua Dep. Kesehatan BPP KKSS)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here