PINISI.co.id- Dalam sebuah buku biografi lembar catatan penting selalu tersimpan. Disajikan pada sejumlah halaman yang berisi rangkaian peristiwa dan pengalaman seorang aktor-tokoh. Namun tentunya tidak hanya itu saja, berbagai lika-liku interaksi antara sang tokoh bersama tokoh lainnya yang menarik dibincangkan. Setiap peristiwa adalah ladang inspirasi
Interaksi antar aktor selalu menarik untuk diketahui melalui teks dalam konteks yang tercatat. Teks merupakan konstruksi bahasa dari satuan kata hingga wacana yang terekam dengan tujuan menyampaikan makna. Konteks adalah aspek-aspek internal teks dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah teks. (Sumarlam, 2003:14).
Rangkaian teks yang tersaji dalam paparan buku ini adalah tentang suka duka riwayat hidup Dr. Drs.H. Basmin Mattayang Andi Sennu, M.Pd. (Opu Daeng Mamenteng ) yang di sajikan dalam gaya penulisan roman biografi. Ceritanya bermula dari kampung Wara tepatnya di Desa Senga Selatan, Kecamatan Belopa, tanah berjuluk Bumi Sawerigading. Saat itu tanggal 12 Desember 1957 lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Basmin Mattayang. Ayahnya bernama, H. Mattayang Andi Sennu( Opu Ambena Andi Tenri ), Ibunya Sinapati Andi Makkawaru ( Opu Daengna Batangeng).
Usai lulus SMAN 158 Palopo tahun 1975, Basmin segera hijrah dari Palopo ke Makassar, Ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Jarak antar kota tersebut adalah 371 kilometer, dapat ditempuh dengan menggunakan bus kendaraan umum dalam rentang waktu sekira 5 jam perjalanan.
Sebagai putera Luwu, Basmin mewarisi jiwa dan semangat petarung, karakter Pasompe, yang seperti terwujud dalam kalimat: “Pura babbara sompe’ku’, pura tangkisi’ gulikku, ulebbirenni tellenng nato’wali. ” artinya ketika layar sudah terkembang, kemudi sudah terpasang, aku lebih baik tenggelam dari pada surut langkah pulang ke pantai.
Tarung awalnya adalah saat mulai bekerja sebagai pengawai negeri sipil (PNS-Kini ASN) di Kantor Wilayah Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan, Tamalanrea. Di instansi tersebut Basmin belajar untuk lebih mengenal jati diri, mengenal lingkungan dan menanamkan rasa tanggungjawab terhadap tugas, fungsi yang diberikan pimpinan kepadanya.
Selanjutnya Basmin pulang untuk berjuang di tanah kelahiran karena ada kata yang selalu terpatri indah dalam benaknya yang sudah bertahun-tahun pergi merantau. Kembali jalan pulang untuk menunaikan amanah dan aspirasi masyarakat, maju dalam pemilihan bupati Kabupaten Luwu periode 2004-2009.
Bersama pasangannya (Drs. H. Basmin Mattayang, M.Pd dan Ir. Bahrum Daido) terpilih pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Luwu periode 2004 — 2009. Dalam periode ini, tercatat sejarah penting tentang lika-liku proses legitimasi hukum pemindahan Ibu kota Kabupaten Luwu pindah dari kota administratif Palopo ke Belopa.
Setelah jeda sepuluh tahun Basmin kembali maju dalam kontestasi Pilkada tahun 2018. Basmin Mattayang berpasangan dengan Syukur Bijak. Terpilih jadi Bupati dan Wakil Bupati periode 2019-2024. Dalam kurun waktu itu, pembangunan Kabupaten Luwu semakin aktif dan progresif, menyerap kearifan lokal dalam mewujudkan pembangunan Kabupaten Luwu yang berdimensi budaya. Langkah nyatanya adalah dengan penamaan pada beberapa lembaga, instansi, pusat layanan masyarakat, penyematan nama yang mengadopsi nama-nama lokal dari wacana budaya Luwu. Seperti pada nama Bandara Luwu bernama Bandara Andi Djemma , Eumah Sakit Batara Guru, sejumlah infrastuktur lainnya yang telah selesai dibangun.
Seperti itu ringkas sajian dalam buku Dr.Drs.H.Basmin Mattayang Andi Sennu, M.Pd. Pemimpin Visioner, Pendobrak Perubahan, Pembawa Kesejukan menegaskan kalau sosok Opu Basmin Mattayang adalah pemimpin yang menjujung tinggi nilai-nilai humanis yang relegius. Basmin telah bekerja dengan semangat dalam bingkai Wija To Luwu, Wija mappideceng temmappija yang berarti keturunan orang Luwu senantiasa selalu memperbaiki dan tidak merusak. Buku yang diterbitkan menyambut HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus 2023 ini, disusun dan ditulis Bachtiar Adnan Kusuma, Anwar Amir, Irfan Khaeruddin Yudhistira Sukataya.
Cerita-cerita tentang apa yang dibincangkan tentu akan menjadi pengetahuan yang berguna, menginspirasi generasi muda. Karena itu, Tokoh Literasi Nasional Penerima Penghargaan Tertinggi Nugra Jasadharma Pustaloka Perpustakaan Nasional RI dan Deklarator Nasional Asosiasi Penulis Profesional Indonesia Pusat ini, menegaskan kalau sosok Opu Basmin Mattayang, pemimpin yang memiliki karakter, berjiwa pejuang dan sangat menjunjung tinggi nilai-niali karifan lokal, kejujuran dan integritas.
Semoga maksud kehadiran buku ini terkabul, dibaca dan menginspirasi banyak orang. Selamat mendarasnya, harap Ketua Umum Gerakan Nasional Guru, Pustakawan Bergerak Menulis Satu Buku untuk Indonesia ini,” kunci BAK. (Van)