PINISI.co.id- Berbagai anjuran kebajikan pada bulan Ramadhan ini, di antaranya mengajak umat untuk saling berbagi, — lebih-lebih di masa wabah di mana banyak lapisan warga yang ditimpa kesulitan hidup.
Hal itulah yang disambut Ophan Lamara, pemilik kafe Playmaker yang menginisiasi teman-temannya maupun koleganya untuk berbagi amal di bulan suci Ramadhan. Setiap hari, Wakil Sekjen KKSS ini, membagikan 150 paket makanan siap santap dari kafenya ke penduduk sekitar Playmaker.
“Pemulung, pengojek online, tukang parkir, atau kaum tak mampu lainnya kita berikan bekal buka puasa, selain ke panti asuhan. Kadang pemesan memberikan sepenuhnya ke Playmaker untuk disalurkan kepada yang berhak,” kata Ophan yang kadang menyisihkan paket makanan hingga 20 kotak dari dirinya untuk menggenapi sedekah pemesan.
Para penerima takjil berupa es buah dan nasi boks yang mengular, antre satu persatu menanti pemberian Ophan yang berdiri di pelataran kafenya “Berbagi kepada sesama, sama dengan kita memuliakan si penerima,” jelas Ophan yang juga dikenal sebagai presenter sepak bola.
Meski Playmaker dikitari gedung-gedung pencakar langit nan gemerlap di pusat bisnis Jakarta, akan tetapi di balik kemilaunya sejumlah permukiman padat dan kumuh terserak situ, khususnya daerah Sabang dan Kebon Sirih. Tidak sedikit warga dari sini menjadi sasaran paket Ramadhan Playmaker.
Tak ayal, Playmaker membuka layanan spesial selama Ramadhan. Paket yang ditawarkan takjil dan menu cukup nutrisi seharga 10.000 hingga Rp 30.000. “Saya buka khusus untuk layanan antar saja, dan tutup untuk tamu,” tuturnya.
Sebenarnya sebelum bulan puasa, Ophan sudah meladeni paket makanan siap santap. “Kalaupun pandemi sudah berakhir, Playmaker tetap melakukan paket makanan kepada kaum duafa,” janji Ophan.
Karyawannya yang 12 orang digilir dan diupah sepenuhnya. Walaupun masa wabah semua pegawainya tetap bekerja.
Istimewanya, Ophan lah yang meracik dan meramu berbagai menu buka puasa. Pria asal Enrekang ini, memang dikenal piawai sebagai seorang chef. Maklum, Ophan sempat menjadi chef di kapal pesiar, di Bali, Makassar dan di Italia Selatan.
Diana dan Dewi
Hal sama dilakoni Diana hampir sebulan terakhir ini. Perempuan asal Jeneponto itu, bersama teman-temannya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Utara, saban hari selama Ramadhan menghimpun donasi untuk dibuatkan menu pembatal puasa. Takjil ini kemudian disedekahkan kepada orang-orang di sekitar tempat tinggalnya di Cempaka Putih, maupun ke warga yang tidak dikenalnya yang melewati jalan depan mal Cempaka Putih Mas atau di daerah Jatinegara, Jakarta Timur.
“Minimal tiga puluh paket takjil setiap bari kami salurkan Bahagia rasanya, bisa saling berbagi,” kata Diana, yang bekerja sebagai ASN di Jakarta.
Setiap saat ibu muda ini mengolek donasi dari kerabatnya, sesama teman kerja, atau kawan se komunitasnya. Sedikitnya sehari ia mendapat kisaran Rp 300.000.
Hasil buruan ini lantas Diana belikan bahan baku untuk diolah jadi takjil berupa penganan khas Makassar seperti es pisang ijo, kolak, cendol, es buah. “Bahannya yang terbaik. Kalau kita memberikan sesuatu kepada seseorang seyogianya yang terbagus,” kata yang bernama asli Rosdiana Sampara, ini kepada PINISI.co.id.
Empat keluarganya dari Jeneponto yang terkunci di Jakarta karena tidak bisa mudik kampung, dimanfaatkan Diana setiap hari untuk membuat penganan. “Saatnya beramal di bulan Ramadhan. Apalagi banyak yang lagi susah. Kapan lagi kita bisa berbagi kepada sesama kalau bukan di bulan puasa,” kata mantan wartawan Suara Bahari ini.
Minimal Diana bisa berbagi 50 hingga 100 takjil sehari. Menu buka puasa ini ia sebarkan di sekitaran rumahnya, lalu sisanya Diana bagikan di jalan raya. Dengan mobilnya ia juga kerap ke kawasan Jatinegara dan berbagi kepada kaum rentan miskin di sana. Misal pegerobak, pemulung, gelandangan, atau pengojek daring.
Sama seperti Diana, walau tidak setiap hari, Dewi yang orangtua tunggal, membagikan apa yang ia makan kepada tetangganya, di daerah Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Termasuk kiriman uang dari anak remajanya ia belikan kebutuhan pokok dasar lalu ia salurkan ke sejumlah tetangga. “Kasiang, banyak tetanggaku lagi sulit. Ramadhan ini saya harus isi dengan kegiatan positif yang berdampak positif juga baik bagi diri sendiri. Menjadi manfaat bagi sesama tetangga,” kata Dewi yang juga dikenal sebagai sukarelawan selama pandemi. [Lip]