Kolom Arfendi Arif
Tahun berganti dan kita memasuki mentari baru. Setiap perputaran zaman orang berharap ada peningkatan kualitas kehidupan dan kesejahteraan. Kepada siapakah perbaikan nasib itu digantungkan. Jawabnya, harus dilakukan oleh upaya diri sendiri dan upaya yang dilakukan oleh pemimpin bangsa.
Perubahan yang dilakukan oleh diri sendiri adalah berusaha untuk makin rajin, makin giat berusaha dan makin berfikir untuk mencari peluang kehidupan yang lebih baik. Menghilangkan sifat malas, memanfaatkan waktu dengan baik dan mengurangi waktu terbuang dengan percuma dan sia-sia. Jika hal ini dilakukan dengan baik, In Syaa Allah kesejahteraan dan perbaikan nasib akan terjadi.
Kehidupan yang lebih baik dan sejahtera juga ditentukan oleh pemimpin, yaitu pejabat yang dipilih untuk memimpin negara ini. Pemimpin diberikan kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan, membuat kebijakan-kebijakan baik dalam bidang politik, ekonomi, hukum dan lainnya yang terkait dengan kehidupan. Kebijakan ini diharapkan target utamanya adalah mensejahterakan dan membahagiakan rakyat.
Bagi pemimpin sejati, rakyat selalu diutamakan kepentingannya. Ia tidak akan merasa hidup tenang kalau rakyatnya susah dan menderita. Karena itu ia akan berusaha keras untuk mengatasinya. Pemimpin sejati atau yang disebut juga pemimpin mulia tidak pernah memikirkan atau mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, sementara rakyatnya hidup dalam serba kekurangan. Bahkan, ia rela hidup menderita dan rela hidup serba kekurangan atau apa adanya sebagaimana yang dialami rakyatnya.
Dalam sejarah ada diceritakan kehidupan pemimpin mulia yang semata bekerja untuk rakyat dan mereka hidup jauh dari kemewahan, bahkan kehidupannya tak jauh berbeda dengan rakyat. Namun, pemimpin tersebut mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. Sejarah Islam misalnya mengenal kehidupan para khalifah ur rasyidin, yaitu khalifah yang empat pasca Nabi Muhamnad plus khalifah Umar bin Abdul Azis, yang memerintah berdasarkan keadilan, bijaksana, mengutamakan rakyat banyak dan hidup sederhana.
Kita di Indonesia membutuhkan pemimpin sesuai dengan problem yang dihadapi, terutama untuk mengatasi masalah kemiskinan, keterbelakangan, pendidikan, keadilan dan demokrasi, paling tidak membutuhkan suatu tipe kepemimpinan yang merupakan gabungan dari kepemimpinan manajerial dan visioner.
Kepemimpinan manajerial adalah yang mampu mengatasi problem kongkrit yang terjadi di masyarakat, problem yang membutuhkan pemecahan secara kongkrit atau kepemimpinan problem solver. Kepemimoinan ini biasanya cepat bekerja dan bertindak.
Namun, kepemimpinan manajerial biasanya berjangka pendek, kurang melihat persoalan ke depan, ia hanya mengatasi masalah secara sesaat, dan kurang melihat wawasam ke depan. Karena itu disamping kepemimpinan manajerial juga dibutuhkan kepemimpinan yang visioner yang bisa melihat jauh ke depan.
Kepemimpinan visioner bisa melihat apa yang akan terjadi di masa depan, sehingga upaya awal untuk mengatasi masalah bisa dilakukan. Kepemimpinan visioner juga lebih intens mengatasi persoalan yang dirasakan oleh rakyat, sehingga komuniikasi dengan rakyat lebih mendalam penghayatannya. Artinya, ada empati dan kepedulian memahami masalah yang dirasakan rakyat. Dan ini tentu akan berpengaruh dalam mengeluarkan kebijakan yang pro rakyat untuk meningkatkan kesejahteraan.
Jika kepemimpinan visoner dan kepemimpinan manajerial berhasil dipadukan, kita optimis Indonesia masa depan akan tumbuh baik dengan kemajuan di semua bidang.
Tentu saja kombinasi kepemimpinan ini tidak bisa ada di satu tangan atau satu figur. Misalnya, seorang presiden adalah pemimpin visioner, mungkin wakilnya atau wapres bisa bercirikan pemimpin manajerial. Demikian pula di tingkat menteri, gubernur atau bupati ada kombinasi kepemimpinan ini, termasuk pada eselon-eselon di bawahnya.
Semoga di pilpres 2024 nanti kita menghasilkan pemimpin mulia yang berhasil mensejahterakan rakyat lahir dan batin. Membawa kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Aamiin Yaa Mujibas Saailiin.