Pena : Sipil Institut
Kobaran api cinta sang pangeran flamboyan yang tampan rupawan ternyata tidak pernah padam, baik di laut terlebih di darat. Ketika sudah turun dari perahunya untuk melanjutkan pengembaraan di daratan Cina mencari cintanya, ia ketemu di tengah perjalanan iring-iringan yang mengusung jenazah. Sang pangeran kemudian memerintahkan salah satu pengawalnya bertanya siapa yang meninggal. Dari informasi yang di terima, pengawal melapor ke Sawerigading kalau yang meninggal itu seorang putri tercantik dari kampung sebelah. Seketika Sawerigading kaget dengan raut muka gelisah, jangan-jangan yang meninggal itu dan sedang dimasukkan ke dalam liang lahat adalah We Cudaiq, katanya membatin. Bukankah menurut rombongan pengusung jenasah itu yang meninggal adalah seorang putri tercantik di kampungnya. Lagi-lagi akal sehatnya tercabut kekuatan cinta yang terus membara dalam jiwanya.
Ketika jenazah putri itu sudah dimasukkan ke dalam liang lahat untuk ditimbun tanah, secepat kilat Sawerigading langsung melompat masuk ke dalam liang lahat yang akhirnya tertimbun dan terkubur bersama jenasah putri yang dikira We Cudaiq itu. Setelah pengantar jenazah sudah pulang semua, sesaat kemudian dengan kesaktiaannya Sawerigading sudah berdiri di tengah-tengah pengawalnya sambil berkata jenazah itu bukan We Cudaiq. Pengembaraannya pun mencari We Cudaiq kembali dilanjutkan.
Sebenarnya isyarat alam kedatangan Putra Mahkota Kerajaan Luwu di negeri Cina sudah sampai ke istana Raja Cina. Paginya ketika matahari mulai merekah, Ratu Cina melihat sebuah matahari bergerak di depan matahari yang sedang naik ke Horison. Ternyata matahari yang bergerak itu adalah I La Walenrennge, perahu induk Sawerigading yang sedang mendekati bibir pantai Cina.
Sekarang Sawerigading sudah terdampar di negeri Cina. Apakah perjalanannya mencari cinta sudah mulus? Ternyata tidak semudah yang dibayangkan, ia masih harus melewati sejumlah ujian dan rintangan berliku untuk bisa menemukan dan memiliki cintanya. Sawerigading masih harus menempuh perang penghancuran untuk menggiring We Cudaiq ke pelaminan. Terlebih setelah mengetahui We Cudaiq sudah bertunangan dengan seorang pemuda Settia Bongah yang dikalahkan dalam pertempuran di tengah laut. Karena itu untuk melihat langsung kecantikan wajah We Cudaiq, Sawerigading memutuskan untuk menyamar menjadi seorang pedagang berkulit hitam pekat. Pangeran tampan rupawan ini kemudian menyulap dirinya menjadi pedagang berkulit hitam, baru pergi menuju istana.
Setibanya di istana, ia sempat melihat sekilas wajah We Cudaiq dan langsung membenarkan dalam batin kata adiknya We Tenriabeng kalau We Cudaiq teramat sangat cantik juga. Perawakan dan kecantikan keduanya benar-benar mirip serupa, bagaikan pinang dibelah dua, kata Sawerigading lagi-lagi membatin.
Setelah menyaksikan kecantikan We Cudaiq, Sawerigading tidak mau lagi buang-buang waktu. Ia segera menghadap Raja. Ampun, Baginda Raja. Mohon waktunya sejenak ananda ingin menghadap memperkenalkan diri. Ananda adalah Sawerigading Putra Raja Luwu Batara Lattu dari tanah Bugis Sulawesi Selatan. Ananda datang membawa amanat Ayahanda, sudilah kiranya Baginda menerima Ananda sebagai menantu Baginda. Kata Sawerigading penuh hormat.
Baginda Raja pun langsung menjawab. Hai, anak muda! Siapa gerangan engkau berani mengaku-ngaku! Apakah engkau mempunyai bukti anak dari saudaraku Raja Luwu Batara Lattu? Tanya Raja Cina.
Sawerigading pun segera memperlihatkan titipan We Tenriabeng berupa “sehelai rambut, sebuah gelang dan cincin”. Sang Raja kemudian memanggil anaknya We Cudaiq untuk mencocokkan rambut, serta memasang gelang dan cincin. Hasilnya sangat sempurna, ternyata cocok semua.
Raja Cina kemudian berdiri mendekati Sawerigading lalu berkata, baiklah! Sekarang aku percaya bahwa engkau adalah keponakanku. Ayahandamu dulu pernah mengatakan kepadaku kalau ia mempunyai anak kembar emas. Anaknya yang perempuan bernama We Tenriabeng sama persis dengan We Cudaiq, dan anaknya yang lelaki bernama Sawerigading yang sekarang sudah berada di depanku. Raja Cina pun langsung menerima lamaran Sawerigading (si’hitam pekat) mempersunting We Cudaiq.
Lalu bagaimana reaksi We Cudaiq yang kecantikannya melebih bidadari dilamar seorang pemuda berkulit hitam pekat? Mari bersabar menungggu kelanjutannya besak. (Bersambung)