PINISI.co.id- Ketua Umum KKSS Prof. Dr. Beddu Amang yang menjabat lebih dari satu dasawarsa (1988-1999), mengungkapkan bahwa untuk menjadi pengurus organisasi KKSS yang paling utama adalah keikhlasan, tanpa pamrih dan tanpa ada kepentingan. Hal itu dikatakan Beddu kepada Ketua Umum BPP KKSS Muchlis Patahna dan jajarannya di kediaman Beddu di Jakarta, Kamis, (27/2/20). Muchlis didampingi Sekjen Abdul Karim, Wakil Ketua Umum Ariefuddin Pangka, Syaiful Buloto, M. Akis, Saleh Mude, Aprial Hasfa dan Alif we Onggang.
Dalam pertemuan silaturahim yang berlangsung hampir tiga jam tersebut, Beddu menjamu dengan makan siang setelah lebih dulu shalat berjamaah.
Beddu yang telah berusia 84 tampak semangat bercerita lewat kilas balik, dengan bahasa yang runut. Ia antusias mengisahkan perjalanan paguyuban KKSS yang sukses dipimpinnya melalui pendekatan kekeluargaan. “Saya mengakomodir semua suku, etnis dan agama dalam KKSS,” jelas Beddu.
“Mengurus KKSS kita tidak boleh ada kepentingan, semata-mata ikhlas berbuat, dan berbuat baik kepada semua pengurus termasuk di daerah, dan jangan lupa belajar pada bawahan,” kata Beddu menambahkan.
Praktis, semua pengurus tampak takzim menyimak kata demi kata apa yang diutarakan mantan Kabulog ini.
Muchlis menyimpulkan bahwa model kepemimpinan Beddu sebagian sulit dicapai mengingat kepemimpinan terpusat pada diri Beddu yang mampu mengendalikan organisasi dan memampukan dan memberdayakan SDM dan pendanaan.
“Sekarang KKSS kita kelola dengan sistem kepemimpinan kolektif kolegial, agar organisasi dapat berjalan dengan baik dan betumpu pada kepercayaan warga,” kata Muchlis yang juga memperkenalkan progres Yayasan Gemiliar yang saat ini telah menghimpun donasi sebanyak 4,7 miliar.
Seperti diketahui, Beddu merupakan orang sipil pertama yang menakhodai KKSS, — tiga Ketua Umum sebelumnya adalah purnawirawan ABRI.
Beddu berhasil mengkonsolidasikan potensi sumber pendanaan organisasi dari beberapa pengusaha asal Sulsel maupun pengusaha nasional yang berketurunan namun pernah dibesarkan di Sulsel.
Sejumlah kegiatan monumental seperti pendirian Masjid Al Markaz yang dibidani kelahirannya Jenderal Jusuf, — dikawal oleh eksponen KKSS, pendirian Yayasan Kemitraan Pembangunan Sulsel yang melahirkan Tanjung Bunga Makassar.
Pola pendanaan yang dilakukan Beddu adalah gotong royong baik di internal pengurus KKSS maupun dari lapisan masyarakat nonpengurus. [Lip]