PINISI.co.id- Kementerian Sosial melalui Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Makassar, dan juga Sentra Wirajaya Makassar mengikuti bazar online melalui Program Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA), bertempat Sentra Kreasi Atensi (SKA) Sentra Wirajaya Makassar, Sabtu (6/5/23)
Beragam produk lokal khas Sulawesi Selatan dipromosikan secara online yang dipandu oleh pendamping SKA masing-masing Satuan Kerja (Satker), baik Herni sebagai pendamping SKA dari BBPPKS Makassar, dan juga Hasni pendamping SKA dari Sentra Wirajaya Makassar.
Beberapa produk lokal yang ditampilkan saat bazar online, diantaranya baju batik corak khas Bugis Makassar, baju pesta, jilbab sibori, tas pesta, kain ecoprint, totebag ecoprint, kaos ecoprint, lampu hias, songkok pamiring dari pelepah daun lontara, aneka kripik (buah naga, daun jeruk, daun kelor), kue baruasa, dan kue putu kacang.
Produk lokal yang ditampilkan di bazar online merupakan hasil kreasi dan atau karya dari warga kelompok rentan, baik karya dari penyandang disabilitas yang menjadi Penerima Manfaat (PM) dan eks PM Sentra Wirajaya, dan juga karya Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang merupakan alumni pelatihan pemberdayaan masyarakat di BBPPKS Makassar.
Kepala BBPPKS Makassar yang juga diamanahkan sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Sentra Wirajaya di Makassar Anna Puspasari yang hadir langsung sangat mengapresiasi kegiatan bazar online tersebut. Bahkan Anna menganggap, bahwa kegiatan bazar online PENA ini menjadi wadah yang tepat untuk memperkenalkan dan mempromosikan karya-karya warga kelompok rentan.
“Selain sebagai wadah promo, diharapkan kegiatan bazar online menjadi momentum untuk menegaskan bahwa Kemensos selalu hadir ditengah-tengah masyarakat, khususnya bagi warga kelompok rentan,” harapnya.
Saat bazar online berlangsung, beberapa warga yang menjadi pengunjung café di SKA Sentra Wirajaya ikut larut dan serius menyaksikan moment bazar online yang digelar. Yayat salah seorang pengunjung café melihat jika kegiatan bazar online ini bisa menjadi contoh bagi tempat nongkrong lainnya yang ada di Makassar.
“Dipahami bersama, bahwa kehadiran café dan warkop memang berorientasi profit, tetapi kepedulian bagi hasil karya warga rentan yang membutuhkan pangsa pasar juga mesti diperhatikan dan dibantu,” tutupnya. (Sol)