PINISI.co.id- Pertemuan Cendekiawan Bugis Makassar II ditutup Ketua Umum KKSS Muchlis Patahna, menjelang Magrib, Senin (7/11) di Perpustakaan Nasional Jakarta.
Sebelum dibuka Dewan Kehormatan KKSS Jusuf Kalla, penanggung jawab PCBM II Prof. Dr. Awaluddin Tjalla menyampaikan bahwa gelaran ini sebagai salah satu program tahunan BPP KKSS sebagai wadah pertemuan para cendekiawan Sulawesi Selatan, bertujuan untuk merekatkan tali silaturrahim dan meningkatkan akolaborasi para cendekiawan dalam hubungannya dengan tanggungjawabnya sebagai seorang
cendekia.
Tjalla menuturkan PCBM II ini mengambil tema “Transformasi Kepemimpinan Nasional dalam Perspektif Budaya Sulawesi Selatan”. Acuan tema ini didasari pada tanggungjawab sebagai warga Sulawesi Selatan dimanapun berada dan berkiprah menjunjung nilai-nilai budaya Sulawesi Selatan, tak terkecuali dalam hubungannya nilai-nilai kepemimpinan.
“Berkenaan dengan nilai-nilai budaya tersebut, banyak diantara warga Sulsel di perantauan yang menjadi tokoh dan panutan, sekaligus menjadi pemimpin bagi masyarakat
setempat yang sebagian diantaranya bahkan memiliki reputasi dan pengaruh kuat di level nasional hingga internasional,” kata Tjalla.
Beberapa tokoh yang berasal dari Sulawesi Selatan, lanjut Tjalla yang bisa dijadikan sebagai rujukan penting bagi warga milenial Sulawesi Selatan ke depan diantaranya Syaikh Yusuf Al- Makassari seorang ulama, sufi dan pejuang yang diakui oleh pemerintah RI dan Afrika Selatan sebagai pahlawan nasional, Raja Ali Haji seorang sastrawan, sejarawan dan
negarawan yang berkiprah di Tanah Melayu yang dikemudian hari diakui sebagai Bapak Bahasa Indonesia dan pahlawan nasional, serta banyak lagi.
Kemudian, lanjut Tjalla, almarhum Jenderal (TNI) Muhammad
Yusuf seorang tokoh militer yang dikenal kharismatik dan tegas, dan Prof. Dr. Baharuddin Lopa, pendekar hukum yang dikenal jujur dan berani dalam menegakkan hukum.Tentu saja masih
banyak lagi tokoh yang berasal dari Sulsel yang memiliki reputasi luar biasa dalam segala bidang.
“Merujuk kepada karakter dasar dari ke empat tokoh yang disebutkan di atas, rupanya memiliki kesamaan prinsip hidup dalam menapaki sejarahnya masing-masing yaitu siri’ na pacce/pesse yang merupakan nilai-nilai budaya yang dianut secara umum oleh masyarakat Sulsel, disamping
nilai-nilai kepemimpinan yang berakar dari budaya Bugis Makassar sepertijujur (lempu : Bugis, lambusuk: Makassar), m berani/tegas (warani: Bugis, barani: Makassar), kokoh dalam prinsip kebenaran (ade’ tongeng: Bugis, kontu tojeng: Makassar), dan adil bagi semua pihak (temmapaisailengeng: Bugis, tappasisala: Makassar,” papar Tjalla.
Semua nilai-nilai ini memberikan semangat dan pembelajaran bagi kita semua terutama bagi warga milenial Sulawesi Selatan, di berbagai tempat mukim di dunia ini.
Oleh karena itu, tambah Tjalla, beberapa rekomendasi akan dihasilkan dari PCBM2 hari ini, disampaikan kepada Ketua Umum BPP KKSS, untuk dilanjutkan kepada pihak yang berkompeten perihal Acuan Kepemimpinan Nasional dalam Perspektif Budaya Sulawesi Selatan, sebagai Code of Conduct bagi Warga Sulawesi Selatan dimanapun berada. (Lip)