PINISI.co.id- Kasus Covid-19 kini memasuki gelombang ketiga di Indonesia khususnya pada galur Omicron. Terkait hal itu, Prof. Fachmi Idris mengingatkan bahwa gelombang ketiga pandemi Covid adalah nyata dan dapat memberikan tekanan pada sistem kesehatan Indonesia. Fachmi menyampaikan, “memang benar saat ini tingkat keterisian RS masih rendah, namun harus diingat karena Omicron menyebar cepat, maka kasus akan sangat banyak, sehingga walau persentase yang terkena Covid membutuhkan rumah sakit kecil.
Hal itu diungkapkan Fahmi pada webinar yang dihelat MPP ICMI Bidang 6 (Kesehatan, Perempuan, Anak, dan Pemuda) dengan topik, “Perkembangan Terbaru Omicron: Bangsa Indonesia Harus Berbuat Apa?”, pada Jumat (4/2).
Webinar live ICMI TV ini menghadirkan dua narasumber expert yang membuka beragam perspektif. Pertama, ketua Satgas Covid-19 PB IDI sekaligus Guru Besar Penyakit Dalam Universitas Indonesia, Prof. dr. Zubairi Djoerban. Kedua, Prof Ridwan Amiruddin, Guru Besar Epidemiologi Universitas Hasanudin yang saat ini sebagai Ketua Umum Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia. Bertindak sebagai moderator adalah Dr. Zaenal Abidin Ketua Umum PB IDI 2012-2015 dan Ketua Departemen Kesehatan BPP KKSS.
Webinar dibuka dengan saling sapa antar pengurus dan peserta zoom yang berdomisili dari berbagai daerah. Keynote speaker oleh ketua umum MPP ICMI, Prof. Dr. Arif Satria yang mengingatkan tentang cara hidup yang sangat berubah karena disrupsi akibat pandemi. “Disrupsi telah merubah cara hidup kita. Untuk itu perlu langkah-langkah yang adaptif agar umat manusia mampu bertahan dalam perubahan yang terjadi,” imbuh Arif.
Dalam acara tersebut Prof. Riri sebagai wakil ketua umum ICMI yang mengadakan acara Webinar memberikan sambutan. Selanjutnya, pengantar Webinar dipapaparkan oleh ketua koordinasi bidang MPP ICMI, Prof Fachmi Idris, M.Kes.
Prof. Fachmi mengingatkan bahwa Gelombang ke 3 Pandemi Covid di Indonesia adalah nyata dan dapat memberikan tekanan pada sistem kesehatan Indonesia. Fachmi menyampaikan saat ini tingkat keterisian RS masih rendah, namun harus diingat karena Omicron menyebar cepat.
Fachmi mengkhawatirkan penularan di tingkat komunitas tinggi, banyak tenaga kesehatan tertular di rumah tinggal mereka, akibatnya tidak dapat bertugas karena harus isoman. Ini menambah tekanan kepada sistem kesehatan yang juga harus diantisipasi. Bukan hanya menghitung kesiapan tempat tidur semata.
Narasumber menuturkan bahwa perkembangan Omicron begitu cepat. Melihat perkembangan terbaru varian Covid-19 dan untuk mendukung langkah-langkah pencegahan serta mitigasi yang dilakukan pemerintah dan masyarakat, MPP ICMI menyampaikan pandangan-pandangan bahwa kita harus waspada terhadap Virus Omicron, membantu edukasi untuk vaksin dan booster, tetap patuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker, melakukan aktifitas secara daring
dan menyiapkan kontingensi plan utk Menyiapkan rencana penanganan bila terjadi ledakan pandemi.
Selain itu perketat karantina orang dari luar yang masuk ke Indonesia dan Perketat 3 T (Tracking, Testing dan Treatment).
Narasumber memberikan saran agar tidak menggunakan masker kain, namun menggunakan masker N95 untuk jaga prokes. Tak lupa jangan ragu untuk vaksin booster.
Yang paling penting, “ICMI harus bergerak diupaya counter hoax. Membantu menghimbau masyarakat untuk tetap tenang, tidak panik, dan terus mengupdate informasi resmi juga waspada terhadap informasi yang sumbernya tidak dapat dipertanggungjawabkan”, demikian kesimpulan webinar yang dirangkum dr. Zaenal sebagai moderator acara. (Aco)