Kolom Ruslan Ismail Mage
Stanford Research Institute Internasional menemukan data 75% kesuksesan pekerja di tentukan oleh Soft Skill dan sisanya 25% adalah Hard Skill. Riset ini sesungguhnya memberikan pesan kepada institusi pendidikan tinggi, tidak hanya fokus memberikan teori-teori keilmuan kepada mahasiswa sesuai bidang studinya untuk mendapatkan ijazah sarjana (Hard Skill), tetapi harus juga membekali keterampilan tambahan Soft Skill. Walaupun hanya keterampilan tambahan tetapi justru menjadi penentu kesuksesan.
Berdasarkan riset itu, saya sebagai akademisi, inspirator dan penggerak, serta penulis buku-buku motivasi mencoba mengirim gambar dua orang sedang bertinju dengan pertanyaan kepada mahasiswa melalui aplikasi WhatsApp. Pertanyaanya tidak ada di mata kuliah apa pun dan sangat sederhana, “Dimanakah kemenangan seorang petinju ditentukan? Apakah di atas ring atau di luar ring?”
Dari 35 mahasiswa yang mengirim jawaban, 32 diantaranya menjawab kemenangan petinju di tentukan di atas ring dengan argumentasi beragam tapi intinya sama. Sisanya tiga orang mahasiswa menjawab berbeda di luar ring walaupun argumentasi yang kurang mendukung.
Artinya 32 orang mahasiswa konsisten menjawab di atas ring. Entah terpengaruh dengan jawaban pertama, kedua, dan ketiga yang sudah lebih dulu menjawab di atas ring, namun pada umumnya mahasiswa menjawab berdasarkan apa yang dilihat dan dibayangkan pada umumnya orang bahwa kemenangan petinju di tentukan di atas ring. Bisa jadi kontruksi pemikirannya sudah terbentuk sekian lama ketika menonton pertandingan tinju di televisi atau di media sosial misalnya, bahwa kemenangan seorang petinju selalu ditentukan di atas ring katika memukul KO atau menang angka dengan lawannya.
Tiga orang mahasiswa tidak terpengaruh pikirannya dan berani keluar dari jawaban pada umum dengan menjawab di luar ring. Persoalannya kemudian apakah hanya ingin disebut berbeda dari jawaban pada umumnya, atau memang begitu pemahamannya. Namun yang pasti argumentasinya tidak memperkuat jawabannya di luar ring. Lalu mana yang benar? Apakah di atas ring atau di luar ring? Untuk mencari jawabannya berikut kita ikuti proses lahirnya sang juara.
Hukum Proses
Sang juara tidak dilahirkan, tetapi dilatih, dibimbing, dan dibina. Artinya untuk menjadi juara tidak harus dilahirkan dari orang tua juara, tetapi bisa diciptakan atau dibentuk melalui proses panjang. Seorang juara sejati memupuk kemampuannya perlahan-lahan, menabung kekuatannya sedikit demi sedikit. Untuk kemudian dikeluarkan semua kelebihan dan kekuatannya di atas arena.
Adalah John C. Maxwell yang mengurai hukum proses melalui bahasa analogi seorang petinju dalam bukunya berjudul, “The 21 Irrefutable Laws of Leadership”. Menurutnya, ada ungkapan kuno bahwa, “Para juara tidak menjadi juara di atas ring, hanya saja mereka dikenal menjadi juara di atas ring. Jika ingin melihat dimana seorang juara sejati dilahirkan, lihatlah rutinitasnya berlatih hari demi hari”.
Dari titik ini pertanyaan sudah terjawab bahwa kemenangan seorang petinju di tentukan oleh ketekunannya berlatih keras hari demi hari di luar ring. Seorang juara sejati hanya memperkenalkan dirinya menjadi juara di atas ring. Sebesar apa pun semangatnya, dan sehebat apa pun strategi bertinju yang dikuasai, kalau tidak didukung latihan fisik keras berhari-hari, bahkan berbulan-bulan di luar ring, tidak akan menjadi pemenang di atas ring.
Itulah yang disebut hukum proses yang mengajarkan, “Tidak ada kesuksesan dalam sehari, dan kemenangan dalam semalam”. Pesannya, untuk menjadi juara esok hari, konsistenlah gunakan hari-harinya berlatih keras. Untuk menjadi sarjana yang sukses, gunakanlah hari-harinya belajar serius setiap semester.
Berpikir Alternatif
Kembali ke jawaban mahasiswa di pragraf awal yang pada umumnya menjawab kemenangan petinju ditentukan di atas ring, itu disebabkan karena mahasiswa hanya fokus menilai apa yang dilihat. Hanya cenderung mengikuti pendapat umum, dan tidak berani mencoba menawarkan pendapat berbeda yang bisa jadi justru mengandung nilai-nilai kebenaran lebih. Dalam bahasa Soft Skill harus berani menginternalisasikan cara berpikir alternatif yang mengajarkan tidak mungkin ada satu obat untuk semua penyakit, dan tidak mungkin ada satu pemecahan untuk semua masalah.
Para penemu dunia yang tercatat dalam sejarah, itu karena berani berpikir alternatif menantang pemikiran pada umumnya. Christopher Colombus menemukan benua Amerika, itu karena berani berpikir dan meyakini dunia itu bulat. Pemikiran Colombus ini benar-bemar menantang pendapat umum atau kepercayaan dunia pada waktu itu yang mempercayai bahwa bumi itu datar seperti piring atau seperti papan catur. Jadi berani berpikir alternatif adalah kunci kesuksesan para pembuat sejarah dunia.
Penulis, akademisi, inspirator dan penggerak, penulis buku-buku motivasi