Ruslan Rilis Buku Politik Kebhinnekaan

0
41
- Advertisement -

Menata buku wisata jiwaku paling menyenangkan, membaca buku petualangan intelektual paling mengasikkan, dan menulis buku adalah puncak pengembaraan literasi paling membahagiakan”. (Ruslan Ismail Mage)

PINISI.co.id- Sudah lebih dari dua dasawarsa Ruslan Ismail Mage berkecimpung sebagai akademisi di bidang ilmu politik, perjalanannya tidak hanya sebuah profesi, tetapi juga misi hidup. Dalam rentang waktu tersebut, Ruslan berupaya untuk tetap istikamah menghasilkan karya-karya dalam bentuk buku yang membahas kajian politik, demokrasi, kepemimpinan, dan motivasi kehidupan. Setiap buku yang ditulis adalah sebuah warisan literasi yang diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di lingkungan akademik, serta turut memberikan kontribusi di dunia intelektual pada umumnya.

Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Ruslan membutuhkan satu dasawarsa setelah menyelesaikan studi di Program Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia hingga
akhirnya mampu menerbitkan buku “Politik Kebhinekaan Membangun Bangsa”. Kenangannya saat itu begitu lekat, ketika di salah satu sudut kampus Universitas Indonesia di Salemba Raya, Ruslan membaca buku “Kewargaan Multikultural” karya Will Kymlicka. Buku itu menjadi jendela pertama bagi founder Sipil Institute Jakarta ini untuk memahami bagaimana politik multikulturalisme mampu menjadi instrumen negara-negara
Eropa Barat dalam mengelola keberagaman. Lebih dari itu, pendekatan ini telah menjadi salah satu pilar keberhasilan mereka dalam mendominasi ekonomi dan teknologi global.

Politik multikulturalisme mengajarkan bagaimana merancang keberagaman budaya menjadi kekuatan bangsa. Namun, saat mendalami konsep tersebut, putra Bugis Soppeng ini menyadari bahwa di Indonesia, kita memiliki sesuatu yang lebih kuat yaitu, “Politik Kebhinekaan”. Dari situ kemudian Ruslan terisnpidasi menulis buku dengan keyakinan bahwa Politik Kebhinekaan jauh melampaui politik multikulturalisme dalam hal potensi untuk mempersatukan bangsa. Ia tidak hanya menyatukan keberagaman budaya, tetapi seluruh elemen bangsa—dari suku, agama, bahasa, hingga aspek-aspek lain yang menjadi ciri khas Indonesia. Semua elemen ini diintegrasikan untuk membentuk fondasi kokoh dalam membangun bangsa yang kuat dan berdaya saing.

Ironisnya, nilai-nilai kebhinekaan yang berakar kuat pada Pancasila sering kali hanya menjadi jargon kosong. Elite bangsa kita kerap berseru lantang untuk menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup, namun tidak sedikit kebijakan yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur tersebut. Pancasila tidak cukup diamalkan melalui slogan, baliho, atau imbauan semata. Ia membutuhkan gerakan nyata yang membumi dan konsisten.

- Advertisement -

Di sinilah peran Politik Kebhinekaan menjadi relevan. Konsep ini tidak hanya menawarkan solusi untuk merawat keberagaman, tetapi juga menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk bersatu dalam perbedaan, bersama dalam keragaman. Terlebih dalam konteks Indonesia pasca-reformasi, di mana polarisasi masyarakat menjadi tantangan nyata yang dapat mengancam keutuhan bangsa. Warisan polarisasi dari Pemilu, misalnya, menciptakan sekat-sekat sosial yang harus segera diatasi melalui langkah nyata dan sistematis dari para pemimpin, pengambil kebijakan, dan seluruh warga bangsa.

Buku ini hadir sebagai upaya untuk menawarkan resolusi atas tantangan kebangsaan tersebut. Terdiri dari tiga bagian, buku ini mengurai berbagai dimensi kebhinekaan. Bagian pertama membahas persoalan-persoalan yang muncul terkait kebhinekaan pasca-reformasi. Bagian kedua mengeksplorasi antitesis kebhinekaan di Indonesia, yakni potensi ancaman yang bisa memecah belah bangsa jika tidak diantisipasi dengan baik. Sementara itu, bagian ketiga menghadirkan konsep Politik Kebhinekaan sebagai salah satu bentuk resolusi konflik dan pendekatan strategis untuk membangun bangsa.

Mungkin buku ini adalah salah satu yang pertama membahas Politik Kebhinekaan secara komprehensif. Karena itu, pendiri komunitas menulis Bengkel Narasi dan Pena Anak Indonesia jni berharap masukan dan kritik dari para Pembaca budiman agar buku ini dapat terus disempurnakan di masa mendatang. Harapannya, buku ini dapat menjadi sumbangan berarti dalam literatur politik Indonesia, sekaligus menjadi panduan praktis dalam pengamalan nilai-nilai Pancasila untuk membangun bangsa.

Dengan segala kerendahan hati, Akademisi ilmu politik Universitas Ekasakti Padang ini mempersembahkan karya orisilnya kepada para pembaca yang memiliki harapan dan keyakinan yang sama akan masa depan bangsa Indonesia. Semoga buku ini dapat menjadi inspirasi dan sumber pemikiran baru dalam memperkuat kebhinekaan sebagai pilar utama menuju Indonesia yang lebih kuat dan bersatu. (Iyan)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here