Sahabat M. Anis Kaba Mewariskan Mantera Bumi

0
529
- Advertisement -
Anis Kaba yang identik dengan rokoknya.

Wafat 3 Desember 2023 dalam usia 82 tahun di Makassar

Kolom Fiam Mustamin 

BUKU kumpulan 56 puisi itu saya dihadiakan pada 10 November 2006.

Bukunya diberi pengantar oleh M. Armin, dosen Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin yang testimoninya : ‘ Mantera Bumi ‘ menggambarkan harmoni dan pertautan tragik antara Tuhan, Manusia dan Alam Semesta … mengisyaratkan kesederhanaan yang mengandung kematangan, kedewasaan, stabil serta kontrol perasaan dan emosi yang kuat.

Bukunya didedikasikan kepada dua cucunya : Indah dan Fatma dengan pesan: jaringlah waktu yang melayang agar tidak menjadi orang yang hilang.

- Advertisement -

MENGAWALI tulisan ini saya mengutip dua syair almarhum :

BULAN SUDAH MATI

Bulan itu sudah mati
tertusuk karang di hati
berlumpur tanah api
terpanggang api
tiada henti

Bulan itu mati
oleh gemuruh yang tiada sunyi
beragam belati
menusuk sepi

Bulan sudah mati
tenggelam di laut mati

2002.

PAMIT

Manisku, manisku
kali ini kutinggalkan kau
pergi menjenguk sepi

Manisku, manisku
hentikanlah tangismu
nanti kita bersua kembali

1960.

Mengenang Makassar Kota Almamater

SAMPAI kapan dan kemana pun perginya saya tak akan pernah melupakan dengan kota Makassar.

Di kota itu telah memberikan banyak hal dalam memori pergaulan kehidupan terutama dalam berkesenian dan berkebudayaan.

Semua itu saya menyerapnya dari senior dan guru seniman budayawan.

Kemudian hal itu pula yang menjadi pemandu dalam kehidupan ini.

Setiap kali datang ke kota Makassar saya selalu mengunjungi Senior antaranya Rahman Arge, Husni Jamaluddin, Arsal Al Habsy, Ramiz Parenrengi, Munasiah Daeng Jinne dan M. Anis Kaba. Empat diantara itu telah berpulang. Adapun Aspar Paturusi sudah lama berdomisili di Jakarta.

Ke Makassar saya selalu mengunjungi senior sastrawan penyair Anis Kaba di rumahnya yang sangat sederhana di lorong jalan.

Di rumahnya itu tersimpan koleksi pustaka yang terawat rapih dalam lemari. Koleksinya berupa buku-buku lama, klipping koran dan foto-foto tentang karya sastra khususnya.

Kami bisa berlama lama berbincang mengenai bagaimana bisa mengumpulkan koleksi dan merawatnya yang memerlukan ketekunan dan kesabaran yang dilakukannya sendirian.

Karena pertemuan itu berselang waktu lama maka saya tidak terburu buru waktunya dan terpikir masih adakah umur bisa betemu kembali, mengingat senior seangkatannya sudah mendahului.

Terahir jumpa setahun lalu, almarhum begitu senang dikunjungi dan mengantar saya saya sampai ke ujung lorong rumahnya.

Ada firasat dapatkah kami bertemu kembali. Kepulangan beliau menghidupkan kenangan dengan kak AM Mochtar, kak Udhin Palisuri, kak Anwar Ibrahim, sahabat Fahmy Syarif, Yacob Marala, Andi Tajuddin, Hasan Mintaraga, Megy, Baso Makatang, Amir Sinrang, Kamal, Amin Ansari dan lain lain.

Merawat Koleksi Pribadi

MENGINGAT senior Anis Kaba dan Rahman Arge yang memilki koleksi pustaka di rumahnya. Pustaka itu menjadi warisan kenangan untuk keluarga dan karena itu terpikir perawatannya menjadi perhatian Perpustakaan Daerah. Sebagian koleksi itu bisa disimpan di Perpustakaan Daerah.

Selain itu dapat pula diadakan pertemuan berkala yang membicarakan karya para Senior mendiang di momentum Ulang Tahun Dewan Kesenian Makassar/ DKM dan Kota Makassar.

Diadakannya pagelaran seni teater, tari, musik dan pameran seni rupa.

Hal itu sebagai bentuk apresiasi dan pengenalan terhadap senior pendahulu bagi generasi yang tidak terputus pemahamannya dengan sejarah kelampauan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here