Kolom Arfendi Arif
Setiap muslim pasti akan selalu berusaha meningkatkan Iman dan Taqwanya kepada Allah. Namun, untuk mencapai itu tidak selalu mudah. Iman manusia selalu digoda dan digoyang oleh kehidupan. Godaan itu baik berupa kenikmatan hidup maupun beban kesusahan hidup.
Iman yang menjadikan manusia dekat dengan Allah merupakan dambaan setiap manusia beragama. Tetapi, untuk mencapai dekat dengan Allah manusia harus selalu rajin beribadah dengan khusyu dan sepenuh hati kepada-Nya.
Khusyu bisa diartikan bahwa pusat perhatian kita kepada Allah. Meyakini Allah selalu hadir dalam kehidupan kita. Ibadah adalah salah satu jalan untuk kita mendekatkan diri kepada-Nya. Selain ibadah, metode lain untuk kita dekat kepada Allah dengan melakukan aktifitas lainnya seperti puasa, zikir, membaca Al-Qur’an, mendengarkan dakwah, membaca buku-buku agama, dan belajar dari sejarah dan kisah-kisah kehidupan orang-orang shaleh.
Kisah kehidupan orang shaleh
Saya memiliki buku yang bercerita kisah teladan tentang orang beriman dan muslim shaleh kepada Allah. Buku tersebut berjudul 30 KISAH TELADAN karya KH. Abdurrahman Arroisi (Penerbit CV Rosda, Bandung, 1987).
Saya ingin mengutip sebagian dari kisah-kisah tersebut semoga menjadi pelajaran dalam rangka meningkatkan keimanan kita kepada Allah. Seorang sahabat Nabi yang bernama Sa’ad bin Abi Waqqash adalah muslim yang sangat mencintai dan berbakti pada ibunya yang bernama Hamnah binti Sufyan bin Abi Umayyah. Tidak pernah sekalipun ia membangkang pada ibunya.
Tetapi, hari itu wajah Sa’ad bermuram durja dan sedih. Ia mendengar kabar tokoh Quraisy yang dikaguminya, Abu Bakar, telah masuk Islam mengikuti agama Nabi Muhammad Saw. Demikian juga sahabat Nabi yang lain juga telah mengucapkan syahadat seperti Zaid bin Haritsah, Ali bin Abi Thalib dan lainnya.
Dari Abu Bakar ia telah menerima penjelasan tentang agama Islam. Dijelaskan bagaimana cara beribadah yang benar, memuji Allah Swt dan lainnya menurut Islam. Akhirnya, Saad yang cerdas ini memeluk Islam dengan sadar dan yakin.
Namun, sudah lama Sa’ad merasa tersiksa bersama ibunya menyembah berhala Lata, Manata, dan Uzza. Dalam pikirannya bagaimana mungkin berhala yang meski besar fosturnya ini dibuat oleh manusia dan bahkan diperjual belikan lalu disembah oleh manusia. Ini tidak masuk akal pikirnya.
Itulah sebabnya, Sa’ad kemudian memeluk agama Islam secara sembunyi-sembunyi karena khawatir diketahui ibunya. Ia ingin menjaga perasaan ibunya yang sangat setia kepada agama leluhurnya.
Tetapi,naas pada suatu hari ketika Sa’ad sedang bersujud shalat kepada Allah, ibunya secara tidak sengaja memergokinya. Dengan mata marah dan murka ibunya berteriak,” Anakku, apa yang kamu lakukan itu”, tudingnya.
Sa’ad yang belum selesai shalat terpaksa diam saja. Setelah selesai shalat baru ia menjelaskan,” Saya sedang beribadah kepada Allah, Tuhan Yang Esa ibu,” jawab Sa’ad.
Bukan main berang dan naik pitam ibunya mendengar jawaban Sa’ad. “ Jadi engkau telah meninggalkan agama nenek moyang? Tidakkah engkau tahu bakal dikutuk para berhala?” tukas ibunya.
“Berhala-berhala itu cuma patung yang kita bikin sendiri, Ibu. Mereka tidak memberi manfaat , dan tidak pula menyebabkan bahaya atas kita,” jawab Sa’ad.
“Anak durhaka. Aku tidak rela anakku menjadi pengikut Muhammad.”, balas Ibunya makin naik pitam. Dengan lemah lembut Sa’ad berujar,” Maaf, Ibu. Muhammad adalah utusan Allah. Dan Tuhan yang kami sembah adalah Tuhan yang sebenarnya, yakni Allah Azza wa Jalla. Ia sendiri. Tidak ada sekutu bagi-Nya”.
Ibu Sa’ad makin marah. Ia mengancam, apabila Sa’ad tidak mau kembali kepada kepercayaan lama, ia akan mogok makan dan minum. Ia akan menyiksa diri sampai mati. Kecuali jika Saad bersedia keluar dati agama Muhammad.
Ternyata itu bukan ancaman kosong. Ibu Sa’ad benar-benar tidak mau makan dan minum selama beberapa hari. Akibatnya, badannya menjadi kurus kering dan matanya layu. Sa’ad berusaha membujuk ibunya untuk makan dan minum serta menyediakannya dengan penuh perhatian, tapi ibunya tetap bersikeras tidak mau makan dan minum. Bahkan, ancamannnya lebih keras jika tidak mau menyembah Lata, Manata, dan Uzza, biarkanlah aku mati sekarang juga,” ancamnya.
Sa’ad tertunduk mendengar ancaman ibunya. Dengan suara bergetar ia men jawab,” Ibu, di dunia ini tidak ada yang lebih berharga bagi saya kecuali Ibu. Tetapi untuk keluar dari Islam, walaupun Ibu misalnya mempunyai seratus nyawa dan nyawa itu keluar satu demi satu, jangan harapkan saya bergeser dari keyakinan dan keimanan saya, bahwa Muhammad adalah urusan Allah dan bahwa Tuhan yang patut disembah hanyalah Allah. Sekarang terserah, bagaimana keputusan serta kebijaksanaan Ibu sendiri.”
Hamnah menangis tersedu-sedu. Kejadian inipun terdengar oleh Rasulullah. Beliau ikut berduka. Akhirnya turun ayat surat al-Luqman ayat 14-15,” Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kamu kembali”.
“Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Ayat di atas mewajibkan setiap anak berbakti kepada kedua orang tuanya, meskipun mereka tidak mau seiman, terutama kepada Ibu yang telah mengandung dan melahirkan dengan susah payah.
Dengan turunnya ayat tersebut, Sa’ad bersujud kepada ibunya sambil memohon ampun. Dan disampaikannya ayat tersebut kepada ibunya.
Mendengar keterangan Sa’ad dan ayat Al-Qur’an serta melihat mulianya ajaran Islam, Hammah binti Suryan bin Umayyah lumer kekerasan hatinya. Akhirnya dengan penuh kesadaran ia masuk Islam dan mengucapkan dua kalimah syahadat.
Peristiwa dan kisah di atas sebuah pelajaran buat kita untuk selalu menghormati dan memuliakan kedua orang tua. Ketaatan kita kepada Allah membuka jalan untuk mendapatkan kebahagiaan dan akhir yang menyenangkan yang diberikan oleh Allah.
Dan, semoga menambah dan menguatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada-Nya. Allahu’alam.