PINISI.co.id- Setelah Dr. Muhammad Idris dilantik sebagai Sekretaris Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2019, ia langsung membuat code of conduct. “Saya merasa hingga hari ini belum dapat diterapkan dengan baik, masih banyak kendala, terutama di kalangan Aparatur Sipil Negara (ASN). Ini satu masalah yang perlu kita cari solusinya bersama,” katanya terkait pentingnya “Reinventing Mandar Malaqbi.”
Untuk mewujudkannya, menurut Idris, kita perlu mulai dari revolusi kultur atau budaya kita. Kita masih rendah dalam menghargai penggunaan waktu, misalnya. Kita sudah 22 tahun memiliki kerangka kebijakan nasional untuk mewujudkan birokrasi malaqbi’, tapi hasilnya masih jauh dari harapan kita,” kata Idris menambahkan.
Idris menyampaikan pada Dialog Awal Tahun: Reinventing Mandar Malaqbi yang digelar oleh STAIN Majene dan Zain Office secara live dan online, Sabtu, (8/1/22).
Idris lalu memberikan satu contoh negara yang dinilai telah menerapkan budaya “Malaqbi” yakni Finlandia, ketika dilihat dari lima aspek: memiliki kekuatan ekonomi, korupsi yang rendah, kebebasan memilih, keramahan terhadap imigran atau pendatang, dan jaminan keamanan terhadap semua warga.
Idris berharap STAIN Majene dapat menjadi lokomotif untuk mereformasi kultur masyarakat Mandar, dimulai dari aspek religiusitasnya, untuk dijadikan role model untuk menghimpun pemikiran-pemikiran aksiologi sebagai sebuah referensi kita bersama dalam mereformasi kultur masyarakat Mandar menjadi masyarakat yang Malaqbi. Bagaimana kita menjadikan etika Malaqbi sebagai sebuah frame atau kerangka dalam berpikir, memandang, dan bekerja atau reactionable.
(M. Saleh Mude)