Selamat Datang di Dunia Keabadian

0
693
- Advertisement -

Kolom Ruslan Ismail Mage

Kalau seorang penyair dilahirkan, seorang penulis dibina. Artinya menjadi penyair itu biasanya ada keturunan dari orang tuanya atau salah satu anggota keluarganya terdahulu. Sementara menjadi penulis itu bisa dipelajari dari orang lain. Faktanya hampir semua penulis besar berangkat dari ketidakmampuannya mengeja kata terlebih kalimat. Namun karena terus belajar dan mencoba akhirnya menjelma menjadi penulis besar.

Pada dasar kemampuan menulis setiap orang sudah ada sejak memasuki usia sekolah. Bukankah tiga ilmu dasar yang pertama kali diajarkan ketika mulai masuk sekolah, adalah membaca, berhitung, dan menulis. Artinya setiap orang berpotensi menjadi penulis besar selama ada kemauan untuk belajar menulis.

Karena itu, siapa pun yang berminat menjadi penulis, wajib mematuhi “Hukum Proses” yang mengajarkan “Tidak ada kesuksesan dalam sehari, dan tidak ada kemenangan dalam semalam.” Pesan hukum proses ini kepada penulis pemula adalah teruslah berlatih untuk menjadi penulis besar. Kalau gagal membuat tulisan pertama, silahkan istirahat, tetapi jangan berhenti. Mulailah menulis lagi sambil mempelajari dimana letak kesalahan tulisan pertama. Semakin banyak sampah kertas tulisan berserakan tergulung-gulung di lantai berarti semakin dekat menemukan dirinya sebagai penulis.

Sebuah ungkapan kearifan bangsa Yunani mengatakan “Kata-kata lisan seketika bisa lenyap menguap tak berbekas, sementara kata-kata tulisan akan abadi selamanya.” Hal ini kemudian dipertegas oleh satrawan Pramoedya Ananta Toer, “orang boleh pandai sertinggi langit, tetapi selama tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah dunia keabadian. Senada dengan pesan penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Benjamin Franklin, “Jika tidak ingin dilupakan setelah meninggal dunia, tulislah sesuatu yang patut dibaca.” Sementara itu Mulyadhi Kartanegara dalam bukunya Lentera Kehidupan mengurai, “Menulis adalah salah satu cara meniru keabadian sifat hidup Tuhan, karena dengan menulis, kita, sebagai manusia, beserta segala pemikiran, gagasan, perasaan, dan renungan-renungan, akan tetap hidup sekalipun kita sudah meninggalkan dunia ini.

- Advertisement -

Untuk lebih memicu semangat mudanya segera menulis, menjadi penting pernyataan Sayyid Quthb seorang penulis dan penyair Mesir kelahiran 9 Oktober 1906 di kedepankan, “Sebuah peluru hanya bisa menembus satu kepala, sedangkan sebuah buku dapat menembus ribuan, bahkan jutaan kepala.” Ibnu Sina, seorang filsuf, ilmuwan, dokter, dan penulis produktif, kelahiran Persia 23 Agustus 980 M telah membuktikannya hidup dalam keabadian. Ia adalah “Bapak Kedokteran Modern.“ Meninggal 22 Juni 1037 di Iran, tetapi karya-karya bukunya masih dipakai sampai sekarang di dunia kedokteran modern. Sahabat, segera ambil penanya, lalu tembakkan peluru penanya kemana-mana. (Selamat datang di dunia keabadian).#

Penulis : Akademisi, Penulis Buku Produktif, Inspirator dan Penggerak

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here