PINISI.co.id- Malam penganugerahan Cimahi Small Business Innovation (CSBI) Awards 2020 digelar dengan protokol kesehatan yang ketat di Cimahi Technopark pada Sabtu (5/12/20).
Acara dihadiri oleh Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Prof. Rully Indrawan, Sekretaris Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Provinsi Jawa Barat Suhra, Plt Wali Kota Cimahi Letkol (Purn) Ngatiyana, dan Ketua DPRD Kota Cimahi Achmad Zulkarnain. Acara dimeriahkan oleh bintang tamu Naff, Ki Daus, Ceu Popon, home band Sakatalu Gamelan Orchestra, dan dipandu oleh duet MC Elmi Urband dan wanda Urban.
Seteleh melalui proses verifikasi berkas pendaftaran, verifikasi lapangan, dan penjurian daring, penghargaan diberikan kepada 10 kelompok usaha mikro dan kecil (UMK) Pemenang I, 25 kelompok UMK Pemenang II, dan 41 kelompok UMK Pemenang III yang merupakan kolaborasi antara pelaku UMK di klaster kuliner, kerajinan tangan, tekstil dan produk tekstil, dan multimedia.
Dari 10 kelompok UMK Pemenang I, Mor&Mor berhasil mencuri perhatian banyak orang. Ibarat tim “rookie” dalam bola basket, kelompok yang beranggotakan 16 pelaku UMK ini terbilang solid untuk jumlah anggota terbanyak dan sebagian baru saling kenal atau hanya kenal sekilas. Konsep inovasi yang diangkat pun cukup menarik, yaitu pemanfaatan tanaman kelor sebagai added value dari setiap inovasi produk yang dikembangkan.
Bukan Mitos, Tapi Fakta
Saat ini, sebagian besar masyarakat masih menganggap tanaman kelor identik dengan hal-hal yang bersifat mistis. Daun kelor digunakan untuk memandikan jenazah, mengusir jin, dan menangkal sihir. Faktanya, tanaman kelor memiliki kandungan nutrisi yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman pangan yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Secara keseluruhan, filosofi dari manfaat tanaman kelor ini berhasil divisualisasikan secara sempurna dalam bentuk lukisan dan gaun “Miracle Queen” atau Ratu Kelor.
Berdasarkan fakta tersebut, Mor&Mor merancang inovasi pemanfaatan kelor, terutama bagian daunnya, sebagai tambahan dalam komposisi menu kuliner dan pangan olahan. Selain menambah nutrisi, pemanfaatan kelor ini berhasil menarik minat konsumen untuk mencoba. Ada yang tertarik dengan warna hijaunya dan ada juga yang penasaran dengan rasanya. Semua menu kuliner dan produk pangan olahan ditawarkan kepada publik dengan satu merek dagang (one single brand) “Mor&Mor”. Lebih menarik lagi, ternyata merek dagang “Mor&Mor” tersenbut sudah langsung didaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual.
Tidak hanya di klaster kuliner, inovasi pemanfaatan kelor ini pun berhasil diterapkan pada tekstil dan produk tekstil. Bagian daun, biji, bunga, dan polong kelor dijadikan ide dasar pembuatan motif batik. Ke depannya, motif batik kelor ini sangat mungkin untuk dikembangkan sebagai motif baru batik khas Cimahi.
Lebih jauh tentang motif kelor, bentuk geometrisnya dikembangkan menjadi “Spectakelor”. Di sini dikembangkan 1001 pilihan motif latar kelor yang dapat diaplikasikan pada kerajinan tangan, desain kemasan, interior, eksterior, mozaik, dan berbagai media lainnya, termasuk aplikasi pada produk-produk daur ulang sampah. Bahkan, bagian tanaman kelor pun secara langsung dapat digunakan dalam kerajinan tangan seperti teknik ecoprint daun kelor pada kain dan pemanfataan batang kelor yang sudah besar.
Dalam hal multimedia dan digitalisasi pun Mor&Mor menampilkan sejumlah inovasi. Budi daya tanaman kelor dan pemanfaatannya untuk perbaikan gizi dan derajat kesehatan masyarakat diterbitkan dalam bentuk buku. Sebagai salah satu bentuk saluran pemasaran teritegrasi, Mor&Mor pun sedang mengembangkan platform e-commerce.
Tidak Berhenti di CSBI
Bagi Mor&Mor, kemenangan dalam CSBI bukanlah tujuan. Justru ini menjadi awal kolaborasi dan aksi nyata pelaku UMK untuk naik, mau, dan berkembang bersama. Dalam penjurian daring, Mor&Mor berhasil memukau tim juri dengan menampilkan produk-produk yang beragam dalam satu identitas merek dagang, Business Model Canvas (BMC) yang rinci, dan road map (peta jalan) pengembangan bisnis yang terstruktur hingga 2024.
Tanpa menunggu pengumuman pemenang CSBI, Mor&Mor sudah langsung mempersiapkan diri untuk melegalkan kelompok dalam bentuk koperasi. Susunan dewan pengurus dan dewan pengawas koperasi sudah disepakati secara mufakat. Berkas-berkas pendaftaran koperasi sedang disiapkan. Tidak tanggung-tanggung, Mor&Mor pun sudah menyiapkan lokasi kantor/galeri dan workshop.
Tidak hanya bergerak di usaha produksi dan perdagangan, Mor&Mor pun sudah mempersiapkan diri sebagai penyedia jasa pelatihan. Menjelang 2021, Mor&Mor sudah siap menggulirkan program Pelatihan Usaha Kreatif Berbasis Hobi Tanaman Kelor atau disingkat “Pelakor” dan berbagai program pelatihan hard skill dan soft skill kewirausahaan.
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial, Mor&Mor pun sudah mulai menggulirkan wacana program “Mor&Mor Peduli”. Segmen yang akan segera digarap adalah para perempuan kepala keluarga (PEKKA). Selanjutnya bisa berkembang ke segmen lainnya seperti peserta Program Keluarga Harapan (PKH), yatim/piatu, dan lansia. Intinya untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Demikian rilis Founder mor&mor dan Ketua Kewirausahaan Sipil Institute Kuspriyanto.
Founder Sipil Institute Jakarta Ruslan Ismail Mage, sampai terperangah mengetahui mor&mor mendapat penghargaan spektakuler dari Pemda Kota Cimahi. Penghargaan ini sebagai bukti kreativitas tanpa limit, usaha tanpa ngeluh, dan selalu mematuhi hukum proses. Penghargaan ini adalah trigger lahirnya inovasi-inovasi baru dari mor&mor untuk kehidupan. (Man)