Wafat di Manila, Mantan Anggota Dewan Pertimbangan KKSS Andi Tabusalla Akan Dimakamkan di Karet Bivak, Jakarta

0
6455
- Advertisement -

PINISI.co.id- Andi Tabussala, Anggota Dewan Pertimbangan BPP KKSS 1995-2000, telah berpulang selamanya pada usia 92 tahun.  Ayah tokoh olahraga Andi Darussalam Tabusalla ini meninggal di Manila karena sakit, Kamis siang sekitar pukul 12.30 Wib.

Sejak 1998, ketika pancaroba politik meruyak,  Tabusalla tinggal bersama istrinya, warga Filipina, di Kota Manila. Dari perempuan yang terpaut usia darinya, Tabusalla memperoleh tiga orang anak.

Menurut kerabat keluarga, jenazah akan dimakamkan di pekuburan Karet Bivak, Jakarta. “Sementara dalam pengurusan pengiriman jenazah ke Jakarta. Bisa tiga hari. Rencana jenazah akan disatukan dengan almarhumah istrinya yang lebih dulu meninggal,” kata Abriadi Muhara kepada PINISI.co.id.

Semasa aktif di KKSS, di bawah Beddu Amang menjadi Ketua Umum, Tabusalla pernah menjamu PSM Makassar ketika pasukan Juku Eja ini juara Piala Suharto tahun 1992 di Hailai Restoran Jakarta dan juara Liga pada tahun 2000 di Hotel Indonesia. Ia juga kerap hadir di sejumlah acara yang digelar KKSS, termasuk pemberian donasi.  

Tabusallah jualah yang membawa erang-erangan sewaktu playmaker PSM Suardi Arland menikah dengan Wasimah Sapo di Jakarta, 1973.

- Advertisement -

Tabusalla adalah seorang pengusaha sukses kelahiran Parepare 10 Oktober 1928. Ia sebenarnya risih menyandang nama Andi di depan namanya meski ia turunan bangsawan.

“Bagaimana ya, masyarakat sendiri yang suka memberi gelar, jadi melekatlah gelar itu,” ujar Tabusalla, dalam buku Tentang Sejumlah Orang Sulawesi Selatan, 1998, yang disusun Alif we Onggang.

Berbadan tinggi besar 180 cm, sejak kecil ia gemar bermain bola sodok. Para jagoan kabur selagi ia datang. “Padahal kalau berkelahi belum tentu saya yang menang,” kenang ayah 12 anak, kakek 21 cucu dan 15 buyut ini.

Sejak tahun 40-an, Tabusalla sudah mencoba berdagang antara lain membeli barang bekas dari tentara Australia lantas menjualnya kembali dengan keuntungan tipis.

Saat remaja, ia merantau ke Surabaya dan kuliah di Universitas Airlangga, namun tidak tamat. Tabusalla lebih sibuk membantu mertuanya menjual barang seni.   

Pada 1956 ia balik lagi ke Makassar berdagang kopra. Tak puas, ia kembali ke kota buaya itu untuk berbisnis hasil bumi yang dikirim ke Singapura.

Belakangan, putra tunggal Andi Tjalo dan Zubaedah ini, dikenal sebagai pengusaha perkayuan. Bersama Susanta Liman, tahun 1964, Tabusalla dipercaya pemerintah untuk mengelola hutan dengan HPH lebih satu juta hektar.

Ia juga sempat berkongsi dengan Liem Sioe Liong, orang terkaya di Indonesia saat itu.

“Modal saya cuma kepercayaan, dan bisa membawa diri. Sekali orang tidak percaya, maka musnalah segala impian yang kita harapkan,” terangnya.

Tabusalla paling suka olahraga golf. Ia beserta kelompok golfer — anggotanya antara lain Sudomo (Menteri Tenaga Kerja waktu itu) kerap main di luar negeri. Pertemanan Tabusalla dengan Sudomo mulai terjalin saat Sudomo bertugas di Makassar dan berlanjut saat Sudomo menjabat KSAL. Tak heran jika Tabusalla dan Sudomo sudah merumput di lapangan golf terbaik seluruh dunia.

Kini Andi Tabusalla telah tiada. Semoga Allah melapangkan jalannya dan diberi keindahan di sisi-Nya.(Lip)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here